Dosen Seni Rupa ITB Tisna Sanjaya Diundang Pameran di Galeri Seni Nasional Thailand

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

Foto: Kantor Kealumnian ITB

BANDUNG, itb.ac.id — Dr. Tisna Sanjaya, dosen Program Studi Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB sekaligus seniman tanah air, diundang dalam Indonesian Painting Exhibition di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Bangkok. Pameran tersebut diselenggarakan KBRI Bangkok dalam rangka pelaksanaan rangkaian Kegiatan Promosi Trade, Tourism, Investment, and Culture (TTIC). Persiapan serta pembukaan pameran dilaksanakan mulai Kamis (22/09/2022) sampai Jumat (7/10/2022) di Galeri Seni Nasional Thailand.

Dr. Tisna Sanjaya diundang ke pameran tersebut atas inisiatif jaringan kerja budaya Kedutaan Besar Indonesia di Bangkok, Thailand oleh Duta Besar KBRI Bangkok, yakni Rachmat Budiman. Menurut Tisna, salah satu tujuannya adalah bagaimana dari seni akan timbul hubungan kerja sama dalam berbagai aspek melalui dialog tentang kebudayaan.

Tak hanya Dr. Tisna, seniman dari Bandung dan Yogya lain juga turut diundang sebagai duta seni budaya dari indonesia. Seniman-seniman tersebut antara lain; Nasirun, Putu Sutawikaya, Zico Albaiquni, Erica Hestu Wahyuni, Hari Budiono, Bambang Herras, Rendra Santana, Jumaldi Alfi, Gatot Pujiarto dan Galuh Tajimalela.

Sebelum diundang untuk Pameran Galeri Seni Nasional Thailand, Dr. Tisna juga pernah diundang pada Pameran bertajuk Documenta Fifteen ke 15 di kota Kassel, Jerman. Pameran tersebut berlangsung pada Sabtu (18/06/2022) hingga Jumat (23/09/2022). Di Kota Kassel, Dr. Tisna berkolaborasi dengan beberapa jaringan kerja seni budaya dunia seperti JAF Jatiwangi dan komunitas kolektif seni dunia yang diundang ke kota Kassel.

Pada pameran Indonesian Painting Exhibition KBRI Bangkok, karya-karya yang ditampilkan Dr. Tisna berupa lukisan dan cetak tubuh. Tema yang diangkat adalah “Lockdown, Rakus, dan Kemunafikan”. Tema tersebut merupakan refleksi Dr. Tisna terhadap situasi pandemi yang telah berjalan dua tahun.

Tubuh Bumi, Sekam Padi, Rempah-rempah, Kunyit, Tanah di atas kanvas. Foto: Dok. Tisna Sanjaya

Menurutnya, pandemi memakan banyak korban, fisik maupun psikologis. “Sebab virus yang menjadikan penyakit dunia ini antara lain tumbuh dari kurang adanya kesadaran tata kelola lingkungan hidup keseharian yang baik. Kita sembarangan memperlakukan alam, berperilaku cenderung rakus dan menjadi mental budaya dengan nalar yang merusak,” ujar Dr. Tisna Sanjaya.

Melalui proses kreatif penciptaan karya seni, Dr. Tisna ingin menyampaikan kepada dunia akan pentingnya nilai-nilai kerja sama, gotong royong, kehalusan dan keindahan rasa. Baginya ada sebilah Imajinasi damai di tengah-tengah paradoks perilaku manusia yang kerap amok, perang, serta merusak nalar peradaban. “Kita tidak akan berhenti untuk terus menyampaikan nilai-nilai perdamaian pada dunia melalui kreativitas penciptaan karya seni. Sekecil apapun upaya dan bentuk apapun, kita terus bersama sampaikan seni doa, doa seni, peace,” ujar seniman tanah air tersebut.

Dalam merepresentasikan karyanya, Dr. Tisna tidak hanya menggunakan media cat minyak saja pada kanvas, melainkan beliau juga bereksplorasi dengan media tanah, rempah-rempah, debu, daun, air, dan lumpur. Bahan-bahan tersebut ia gunakan secara kontekstual agar lebih terhubung dengan unsur lingkungan pada tema yang angkat di karyanya. Salah satu proses pembuatan karya dari media tanah dilakukan Dr. Tisna sambil bercengkrama dengan warga di sekitar Cigondewah. Hal itu dilakukan untuk membangun dialog mengenai seni serta lingkungan kepada warga sekitar.

Tubuh Bumi, Sekam Padi, Rempah-rempah_Kunyit, Tanah diatas kanvas. Foto: Dok. Tisna Sanjaya

Selain pameran, Dr. Tisna juga akan berkunjung ke Universitas Chulalongkorn. Kunjungan tersebut untuk memperluas relasi dengan rekan-rekan seniman di sana. Tisna berharap akan terjalin hubungan baik dengan ITB dari sisi akademis, atau bahkan untuk komunitas-komunitas seni budaya di luar kampus dan di luar Bandung sekalipun. Baginya, posisi seniman penting untuk menjalin gerakan dan memperkenalkan kebudayaan.

Terakhir, pesan Dr. Tisna Sanjaya bagi perupa dan calon perupa di Indonesia adalah jangan pernah berhenti berkarya. Menurut Dr. Tisna jika tangan terampil, maka mata, hati, serta gestur juga akan menjadi terampil. “Selain itu, juga harus memiliki waktu untuk meditasi, berdoa. Sehingga dari situ muncul epik, muncul nilai-nilai estetik, muncul nilai-nilai rangsangan dari seni, apakah bermanfaat atau tidak. Jadi, seni itu nantinya mengandung moral, nilai, makna, dan pencarian serta mawas diri. Jadi seni itu sangat penting,” ujarnya.

Reporter: Inas Annisa Aulia (Seni Rupa, 2020)