Dr. Eng. Sandro Mihradi: Peluang dan Tantangan Sarjana Masa Depan di Era Revolusi Industri Keempat

Oleh Holy Lovenia

Editor Holy Lovenia

skill-skill


BANDUNG, itb.ac.id - Dr.Eng. Sandro Mihradi membawakan orasi ilmiah dengan judul Peluang dan Tantangan Sarjana Masa Depan di Era Revolusi Industri ke-4: Pengembangan Ilmu Biomekanika dan Alat Kesehatan dalam Sidang Terbuka untuk Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana Tahun Akademik 2017/2018 yang dilaksanakan pada Senin (07/08/17) pukul 13:00-15:40 WIB. Lewat orasinya, Sandro Mihradi mengajak para mahasiswa baru untuk turut membuka mata dan mempersiapkan diri untuk menghadapi revolusi industri ke-4, terutama dalam hal inovasi dan penempaan yang dimiliki oleh para mahasiswa.



Revolusi Industri ke-4: Revolusi Digital dan Akses Informasi serta Pengetahuan Hampir Tak Terbatas

Apabila revolusi industri pertama adalah inovasi dalam bidang mekanikal seperti mesin uap atau alat pemintal benang, maka revolusi industri kedua menyajikan terobosan dalam produksi massal tenaga listrik. Sedangkan, revolusi industri ketiga ditandai dengan kemajuan pesat dalam bidang elektronika dan ICT (Information and Communication Technology). Saat ini, revolusi industri keempat mulai dirasakan kehadirannya lewat terobosan dan inovasi digital juga teknologi, seperti dalam bidang robotika, teknologi nano, komputasi kuantum, intelejensia buatan, dan berbagai jenis otomasi.

Revolusi industri keempat jelas berbeda dengan revolusi lainnya. Karena pada saat itu, teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, akses terhadap informasi dan pengetahuan juga semakin membesar. Perkembangan signifikan dalam bidang teknologi tersebut mengguncang banyak industri dan perusahaan, juga mendobrak keterbatasan yang sebelumnya dimiliki oleh industri. Maka, kreativitas tidak lagi terkungkung dalam keterbatasan yang tadinya dimiliki oleh sistem manufaktur atau lainnya. Konsep dan proses perancangan pun juga mengalami penyesuaian dan perkembangan, sehingga sistem produksi, manajemen, dan pengelolaan mulai berubah untuk mengimbangi langkah-langkah revolusi industri keempat.

Perbedaan lainnya adalah dalam penilaian kekayaan suatu perusahaan. Pada umumnya, kekayaan tersebut dinilai dari aset yang bersifat tangible seperti lahan, pabrik, hotel, dan lainnya. Tetapi kini, kekayaan suatu perusahaan bukan hanya dinilai berdasarkan aset tangible, melainkan juga aset yang intangible seperti hak paten, copyright, penguasaan pasar, dan lainnya.



Kesempatan Emas dan Ancaman Menghadang

Akses lebih besar ke dunia digital membuka peluang untuk peningkatan efisiensi, perkembanan produktivitas para tenaga kerja dengan skill tinggi, pertumbuhan ekonomi, dan lainnya. Di sisi lain, para tenaga kerja dengan skill rendah terancam akan tergantikan oleh otomasi-otomasi dan robot yang diterapkan dalam berbagai industri. Hal ini juga dapat diakibatkan oleh kesenjangan skill dan ekonomi. Pada revolusi industri keempat, dunia memiliki peluang untuk menciptakan pasar-pasar baru, sehingga para tenaga kerja yang pekerjaannya sudah tergantikan oleh mesin dan robot, dapat berkreasi dan bekerja pada ruang lain.

Selain itu, untuk menghadapi tantangan yang ada, salah satu laporan World Economic Forum 2016, yaitu "The Future Jobs", membahas 10 skill utama yang paling dibutuhkan pada tahun 2020. Skill-skill tersebut antara lain adalah pemecahan masalah kompleks, berpikir kritis, kreativitas, manajemen sumber daya manusia, koordinasi, kecerdasan emosional, penilaian dan pengambilan keputusan, orientasi melayani, negosiasi, dan fleksibilitas kognitif.



Indonesia dan Pengembangan Biomekanika dalam Revolusi Industri ke-4

Menurut kajian “The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential” yang diterbitkan oleh McKinsey di tahun 2012, Indonesia berkesempatan untuk mencapai posisi ketujuh dalam kekuatan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030. Tetapi untuk meraih kekuatan tersebut, Indonesia masih memerlukan tambahan 60 juta tenaga kerja terampil.

Berdasarkan data pada tahun 2011, kontribusi industri manufakturing terhadap GDP cukup besar, yaitu mencapai 24%. Hambatan utama yang dihadapi oleh industri manufakturing Indonesia menurut hasil riset yang dilakukan oleh World Bank pada tahun 2010 adalah sumber daya manusianya. Sehingga pada umumnya, industri dalam negeri masih menemui kesulitan dalam menghasilkan produk dengan kualitas dan konten teknologi yang tinggi, lalu akhirnya kalah bersaing dengan produk luar negeri. Salah satu contohnya adalah industri alat-alat kesehatan. Berdasarkan dokumen roadmap Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2015, 94% alat kesehatan Indonesia adalah produk impor. Pasar dalam negeri yang dimiliki juga masih sangat sempit. Sedangkan pada tahun 2035, diproyeksikan nilai pasar alat kesehatan dalam negeri akan melambung dari 12 triliun Rupiah menjadi 130 triliun Rupiah, dan ditargetkan bahwa alat kesehatan hasil impor akan turun ke 45%.

Dalam konteks ini, tim riset biomekanika Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB berusaha untuk berkontribusi dengan melakukan riset-riset dalam bidang biomekanika. Berbagai pengembangan telah dilakukan, di antaranya adalah perancangan dan pembuatan lutut prosthesis yang terjangkau bagi menderita cacat kaki transfemoral, dan pengembangan 3D motion analyzer untuk keperluan rehabilitasi medis.