Orasi Ilmiah Prof. Marlia Singgih Ungkap Peran Mikrobiologi Farmasi terhadap Produk Farmasi di Indonesia

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali mengadakan orasi ilmiah secara daring pada Sabtu (10/7/2021). Empat profesor diberi kesempatan untuk memaparkan orasi ilmiah. Salah satu profesor tersebut adalah Prof. Marlia Singgih Wibowo, Ph.D. dari Kelompok Keahlian Farmakokimia, Sekolah Farmasi ITB.

Profesor yang berhasil memperoleh gelar Doctor of Philosophy dari Strathclyde University, UK, ini mengangkat “Peran Mikrobiologi Farmasi dalam Pengawasan Mutu dan Pengembangan Produk Farmasi di Indonesia”.

Prof. Marlia memulai orasi ilmiahnya dengan memaparkan definisi dan landasan hukum produk farmasi di Indonesia. Dia menjelaskan, sediaan farmasi dapat berupa obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.  Proses produksi dan peredaran produk farmasi meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu. Standar mutunya mengacu kepada Farmakope Indonesia atau baku standar negara lain.

“Hal yang penting untuk diperhatikan adalah syarat produk obat yang beredar di Indonesia mencakup tiga hal, yaitu safe atau keamanan, kualitas, dan khasiat,” terang Prof. Marlia. Ia menambahkan, syarat kualitas produk obat terbagi lagi menjadi beberapa syarat salah satunya adalah kualitas mikrobiologi. “Di sinilah ilmu mikrobiologi famasi berperan,” ujarnya.

Ruang lingkup mikrobiologi farmasi sendiri sangatlah luas. Namun, pada dasarnya, ilmu tersebut memastikan sediaan farmasi yang dikembangkan dan diproduksi dapat tetap terjaga aspek keamanan, kualitas, dan khasiatnya. Oleh karena itu, mikrobiologi farmasi juga berkaitan dengan manajemen risiko suatu produk.

Prof. Marlia memaparkan, produk farmasi terdiri dari produk steril dan nonsteril. Dalam menguji mutu produk farmasi inilah mikrobiologi farmasi berperan lewat berbagai uji. Untuk sediaan steril dilakukan uji sterilitas, uji endotoksin, maupun uji pirogen. Sedangkan untuk sediaan nonsteril pengujian mutu mikrobiologi, bisa dilakukan lewat uji cemaran mikroba.

Selain itu, terdapat pula berbagai jenis uji kompendial yang berbasis mikrobiologi. Misalnya uji potensi antibiotik untuk produk antibiotik, uji efektivitas pengawet, uji aktivitas vitamin B1, dan lain-lain.
Prof. Marlia juga sempat memaparkan tentang mikroba. Menurutnya, mikroba dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan di industri farmasi. Mikroba, misalnya, dapat digunakan untuk produksi bahan aktif seperti antibiotik, enzim, antiparasit, dan antioksidan.

Pigmen dari mikroba juga dapat dimanfaatkan untuk obat dan makanan. Pemanfaatan mikroba digunakan untuk bahan pembuatan vaksin dan protein manusia. Mikroba dapat dikultur untuk fermentasi produk makanan, minuman, dan suplemen kesehatan.

Peran ITB di Bidang Farmasi

Dalam paparan orasi ilmiahnya, Prof Marlia kemudian mengulas beberapa penelitian yang dilakukannya beserta rekan-rekan dosen dan mahasiswa di Sekolah Farmasi ITB. Kebetulan ITB memegang peranan dalam mempelajari mikrobiologi farmasi. Mahasiswa Ilmu Mikrobiologi di Sekolah Farmasi ITB bahkan sudah dikenalkan dengan mikrobiologi farmasi sejak tahun pertama. Pengembangan dan penerapan ilmu mikrobiologi farmasi juga tertuang dalam berbagai penelitian tugas akhir.

Salah satu penelitiannya yang berjudul “Potensi Metabolit Sekunder dari Jamur dan Alga Indonesia untuk Farmasi dan Kosmetik”, melibatkan tim Mikrobiologi Farmasi yang berfokus pada jamur dan alga pada 2003—2018. Beberapa jamur yang diteliti berpotensi menghasilkan pigmen yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna makanan.

Saat ini, Prof. Marlia sedang mengembangkan topik terkait Monascus purpureus. Penelitian ini bekerja sama dengan Prof. Phillipe Blanc dari Universite Toulouse II di Prancis beserta mahasiswa S3. Prof. Marlia terus melakukan penelitian lantaran mikrobiologi farmasi merupakan ilmu yang terus berkembang.

“Mikrobiologi Farmasi merupakan ilmu yang terus berkembang dan sangat diperlukan dalam produksi dan penjaminan mutu produk farmasi, terutama di Indonesia,” tegas Prof. Marlia.

Menurut Prof. Marlia, kekayaan alam Indonesia yang sangat melimpah. Hal itu menjadi peluang anak bangsa untuk mengeksplorasi dan memanfaatkannya demi kesejahteraan bangsa. Oleh karena itu diseminasi hasil penelitian di bidang mikrobiologi farmasi pada media nasional dan internasional sangat diharapkan untuk masa-masa mendatang.

Reporter: Anastasia Meliana (Sains dan Teknologi Farmasi, 2019)