Dua Dekan ITB Dipromosikan Sebagai Guru Besar

Oleh Ria Ayu Pramudita

Editor Ria Ayu Pramudita

BANDUNG, itb.ac.id - Civitas akademika ITB kembali menyambut dua guru besar yang memberikan pidato ilmiah masing-masing pada acara yang diselenggarakan oleh Majelis Guru Besar (MGB) ITB pada Jumat (25/03/11) di gedung Balai Pertemuan Ilmiah (BPI) ITB. Dua orang tersebut adalah Prof. Tati Suryati Syamsudin, Dekan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), dan Prof. Suwarno, Dekan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI). Acara ini dibuka oleh Ketua Majelis Guru Besar dan disaksikan oleh segenap kolega dan keluarga dari masing-masing pembicara.

Prof. Tati: Ingin Mengembangkan Ekologi Tropika

Dalam kesempatan ini Prof. Tati menyampaikan pidato ilmiah yang berjudul 'Transformasi Ekosistem dalam Variasi Distribusi Spasial Invertebrata'. Di dalamnya dipaparkan beberapa contoh invertebrata seperti keong lola, kupu-kupu, dan beberapa jenis kumbang yang mengalami perubahan pola hidup dan persebaran akibat perubahan yang terjadi pada habitatnya.

Perubahan ekosistem pada habitat para invertebrata ini tidak hanya berimplikasi pada pola persebaran saja, namun ternyata juga dapat mengakibatkan kepunahan. Beberapa spesies kupu-kupu memang bisa menyesuaikan diri dengan ekosistem baru dan mulai tersebar di kawasan rural dan perkotaan.

Pada kasus lain, terhitung lebih dari 50% dari keseluruhan spesies kumbang akan punah jika hutan campuran yang merupakan ekosistem alami mereka dialihkan fungsinya menjadi hutan lindung maupun hutan pinus. Tentu saja hal ini menjadi kehilangan yang amat disayangkan di tengah megadiversitas hayati Indonesia yang beranggotakan spesies-spesies unik yang tidak ditemukan di tempat lain.

Namun perubahan ekosistem ini nampaknya masih terus terjadi, yang dibuktikan oleh data yang menyatakan bahwa setiap tahun, 80 hektar hutan di daerah Tangkuban Perahu diubah fungsinya menjadi lahan pertanian. Hal ini disebabkan oleh kekurangpahaman masyarakat mengenai tingginya nilai ekonomi oleh keberadaan biodiversitas yang ada dalam hutan. Terangkum dalam variabel Total Economic Value, sesungguhnya hutan memiliki nilai yang sangat tinggi, direct use seperti produk dan pariwisata, nondirect use, nonuse value seperti kontribusi terhadap hidrologi, irigasi, dan ekologi, dan juga optional use seperti biomassa kayu.

Dalam bidang keilmuan, Prof. Tati menyampaikan bahwa teori-teori ekologi yang ada saat ini sebagian besar diturunkan dari data-data yang berasal dari daerah temperata, sehingga pada dasarnya kurang dapat diaplikasikan di Indonesia yang beriklim tropis. Prof. Tati menyampaikan keinginannya untuk terus mengembangkan ilmu ekologi tropika sehingga teori-teori baru dapat muncul dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.

Prof. Suwarno: Energi Listrik Masa Depan dengan Smart Grid

Pada sesi berikutnya, pidato ilmiah berjudul 'Diagnosis Isolasi Peralatan Tekanan TInggi dan Smart Grid' disampaikan oleh Prof. Suwarno sebagai pembicara kedua. Dalam sesi ini, Prof. Suwarno menyampaikan bahwa hasil riset menyatakan bahwa pendapatan per kapita dari penduduk suatu negara berbanding lurus dengan energi listrik yang dipakai. Dengan begitu, muncul anggapan umum bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk, pemerintah sebaiknya meningkatkan pasokan energi listrik kepada masyarakat.

Namun hal ini tidak bisa dilaksanakan dengan mudah. Salah satu penyebabnya adalah peralatan-peralatan yang menangani listrik tegangan tinggi (untuk memasok energi listrik yang besar) biasanya memiliki permasalahan serius dalam bidang insulasi. Untungnya riset-riset terbaru yang sebagian dilakukan oleh Prof. Suwarno sendiri sudah mampu melakukan permodelan untuk mengatasi berbagai permasalahan insulasi seperti particle discharge dan arus bocor, bahkan telah dikembangkan juga metode-metode diagnosis performa mesin-mesin pembangkit listrik dengan memanfaatkan perilaku dari particle discharge dan arus bocor.

Selain itu, untuk peningkatan pemanfaatan energi listrik, Prof. Suwarno mengusulkan pengaplikasian Smart Grid, sebuah teknologi baru dalam sistem tenaga listrik. Teknologi ini cukup aman (safe dan secure), ekonomis, efisien, eco-friendly, namun membutuhkan kemampuan diagnosis berperforma tinggi.

Permodelan dengan data particle discharge merupakan salah satu alternatif untuk diagnosis berperforma tinggi, yang akan terus dikembangkan oleh Prof. Suwarno. Ke depannya Prof. Suwarno ingin mewujudkan sistem kelistrikan dengan daya yang lebih tinggi, sesuai dengan iklim Indonesia, dan ramah lingkungan (dengan menggunakan biodegradable liquid insulation) demi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.