European Camerata
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Sebuah konser musik klasik hari Rabu (24/05) malam digelar di Aula Barat ITB. Konser musik klasik ini menghadirkan sebuah orkestra kenamaan Eropa, European Camerata. Konser ini hadir sebagai peringatan European Day dan Printemps Français (Musim Semi Perancis) yang berlangsung di berbagai kota Indonesia. Konsep awal konser keluar dari sebuah kelompok pencinta musik Jakarta, Chamber Music Series, yang sebagian besar anggota WNA. Ternyata gagasan ini mendapat dukungan dari Komisi Uni Eropa dan Centre Culturel Français (CCF) Bandung. Konser di kota Bandung turut bekerjasama dengan Goethe Institut Bandung dan ITB. Konser ini sendiri akan berlanjut ke Jakarta dan Yogyakarta.
European Camerata merupakan orkestra kamar yang berdiri sejak tahun 1995. Orkestra ini terdiri atas 18 musisi muda dari berbagai negara di Eropa yang pernah tergabung dalam European Union Youth Orchestra. Delapan belas anggotanya merupakan pemain-pemain berbakat Eropa yang bergabung memadukan citarasa musik klasik Eropa dalam sebuah komposisi musik berkualitas tinggi. Pemimpin orkestra (disebut juga dengan concertmaster) yang bermarkas di South Kensington London ini merupakan pemain biola asal Perancis, Laurent Quenelle. Orkestra ini telah tampil di berbagai festival penting di Eropa, seperti di Spanyol, Perancis, Jerman, Inggris dan sebagainya. Untuk kali pertama, mereka tampil di Indonesia dan ITB sebagai panggung pertama sebelum dua kota lainnya.
Orkestra ini punya aturan unik, yang juga terlihat pada konser malam itu. Mereka memainkan musik sambil berdiri, kecuali pemain cello dan bass, dan tanpa dirigen. Berbalutkan pakaian serba hitam, para pemain memetik instrumen masing-masing tanpa panduan konduktor. ”Setiap pemain sangat disiplin mengenai ketukannya masing-masing,”ujar Tom, salah satu pemain biola. Mereka pun tampil tanpa seperangkat sound system malam itu. Hanya dengan penerangan minimalis yang mengarah ke panggung dan tanpa microphone, alunan musik klasik membius penonton malam itu tanpa kendala. ”Suara instrumennya jelas dan jernih banget,”kata Fajar, salah satu anggota ITB Student Orchestra (ISO) yang diundang untuk hadir malam itu.
Pada konser malam itu, European Camerata membawakan karya-karya dari Bela Bartok (Danses Roumaines), La Folia dari Nicolas Bacri, Simple Symphony dari Benjamin Britten, Langsammersatz dari Anton Webern, dan Sérénade dari Piotr Illyich Tchaikovsky. Seorang solis asal Perancis hadir sebagai bintang tamu malam itu. Jean-Paul Minali-Bella memainkan apergina, instrumen kreasinya berupa pengembangan dari biola-alto dengan hanya lima senar. Instrumen unik ini memberikan sentuhan baru bagi musik yang mengalun indah.
Sebagian besar penonton malam itu datang dari Goethe dan CCF Bandung. Wajar saja, penjualan dan pemesanan tiket berpusat pada dua tempat tersebut. Tiket yang dijual di tempat hanya berjumlah 100 buah, sehingga banyak mahasiswa ITB yang tidak kebagian atau batal menonton. Kursi penonton malam itu dipenuhi oleh muka-muka bule dan petinggi ITB. Bahkan rektor ITB hadir mendampingi Duta Besar Austria untuk Indonesia, HE Bernhard Zimburg. Duta Besar Austria hadir sebagai wakil dari Komisi Uni Eropa, yang saat ini dipimpin oleh Austria.
(Ima)