FITB Menyapa dan Berdoa: Kiat Menyikapi Pandemi
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Fakultas Ilmu dan Teknologi Kembumian (FITB) Institut Teknologi Bandung (ITB) mengadakan acara FITB Menyapa dan Berdoa: Tetap Optimis dan Produktif di Saat Pandemi, Jumat (16/7/2021). Ust. Suherman, S.AG., Al Hafizh, Pembina Tahfizh Baitul Quran Pesantren Daarut Tauhid Bandung, diundang sebagai pembicara dengan moderator webinar, Dr. Edi Riawan, S.Si., MT, Ketua Program Studi Metereologi ITB. Turut hadir juga Wakil Dekan Bidang Akademik FITB ITB, Dr. Agus Mochamad Ramdhan, S.T, M.T, Ph.D.
Pandemi COVID-19 telah dikategorikan oleh pemerintah sebagai bencana nasional. Musibah ini belum pernah dirasakan siapapun yang hidup pada masa sekarang. ”Bencana yang biasa kita hadapi di FITB ini gempa, tanah longsor, banjir, dan tsunami,” ujar Dr. Agus.
Bagaikan dua sisi mata uang, pandemi COVID-19 tidak hanya berkaitan dengan sisi kajian kelimuan seperti Biologi, Farmasi dan Kedokteran, tetapi juga berkaitan dengan sisi transenden. Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa tidak ada satu musibah pun yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah. ”Nah yang kita cari itu mengapa Allah kasih izin,” ujar Ust. Suherman.
Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut. Seorang mahasiswa mendapat izin dan kelonggaran dari ketua program studi (kaprodi) untuk tidak menghadiri kuliah atas suatu alasan. Teman kelasnya yang tidak mengetahui alasan dibalik izinnya merasa bahwa mahasiswa tersebut merupakan seorang pemalas dan tidak serius dengan kuliah. Mereka baru akan mengerti jika mereka mengetahui alasan kaprodi memberikan izin kepadanya.
Dalam Al-Quran dibahas 10 ayat mengenai musibah. Jika musibahnya berupa kebahagiaan maka ucapkan, alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihat (segala puji milik Allah yang telah menyempurnakan kebaikan yang sudah saya dapatkan). Sedangkan jika musibahnya memberikan kesakitan, ucapkan alhamdulillah ala kulli hal (segala puji bagi Allah atas segala sesuatu).
Musibah dapat dihadapi dengan berbagai cara. Pertama, dengan bersabar dan memandang musibah tersebut sebagai penggugur dosa. Kedua, melakukan sunah nabi, yaitu berobat yang berarti rela berikhtiar agar kondisi menjadi lebih baik. Kemudian, husznudzon kepada Allah dan melakukan taubat.
Di akhir webinar Ust. Suherman memimpin peserta untuk berdoa bersama. Semoga rekan, keluarga, kolega yang mungkin berada di kondisi kurang baik diangkat semua masalah dan penyakitnya oleh Allah Swt. ”Tetap jaga prokes karena prokes merupakan bagian dari sabar kita pada Allah,” pesan Dr. Edi seraya menutup webinar kali ini.
Reporter: Amalia Wahyu Utami (Teknik Fisika 2020)