FSL Comlabs: "Open Solaris- Next Open Operating System"

Oleh asni jatiningasih

Editor asni jatiningasih

Open Solaris, Next Open Operating SystemBANDUNG, itb.ac.id- Sabtu (18/10), Comlabs ITB kembali mengadakan Free IT Saturday Lesson (FSL)  bertajuk "Open Solaris- Next Open Operating System". Bertempat di Ruang Multimedia Comlabs, FSL kali ini menghadirkan dua orang pembicara, yaitu Alex Budiyanto, Sun Microsystem Indonesia dan
Adhari C Mahendra, Open Solaris User Group Indonesia. Kedua pembicara menjelaskan Open Solaris sebagai Operating System (OS)  yang berbasiskan open source, teknologi-teknologinya, serta komunitas Open Solaris.

Open Solaris seperti yang dikatakan Mahendra, dirilis pada bulan Mei 2008. OS ini berisikan invasi-inovasi  teknologi terbaru dari Sun Microsystem. Dengan OS ini user dapat mengembangkan aplikasi-aplikasi network, membangun network virtual , menyimpan file-file pekerjaan yang aman dari para hacker dan virus, dan banyak lagi kemudahan lainnya. CD Installer bebas digunakan dan didistribusikan juga support dapat diperoleh jika ada trouble. Sebelumnya Sun Microsystem telah mengeluarkan versi enterprise, yaitu Solaris. Berbeda dengann Open Solaris, Solaris tidak Open Source. Namun demikian, "Belum tentu teknologi terbaru ada di Solaris, justru inovasi-inovasi terbaru itu biasanya ada di Open Solaris," ujar Adhari. Open Solaris di update setiap 6 bulan sekali, sedangkan Solaris setiap 3-5 tahun.


Dilihat dari segi engineering, Open Solaris memiliki keunggulan-keunggulan dalam hal performansi, keamanan, kemudahan manajemen, ketersediaan servis, dan mudah disesuaikan (compatible). Teknologi-teknologi pada Open Solaris diantaranya Zettabyte File System (ZFS), Containers, Dtrace, dan Image Packaging Systems (IPS). ZFS merupakan advance file system yang menjaga keamanan data, mencegah korupsi dan kerusakan data, juga dilengkapi dengan kemampuan snapshot. Containers adalah metode untuk memanage banyak aplikasi container pada satu mesin. DTrace merupakan perangkat yang dapat membantu user menemukan masalah pada sistem dengan cepat  dan mengoptimasi kode secara realtime. Imaging Package System (IPS) memudahkan user untuk menambah software-software pada OS tanpa harus meng-compile sourcenya. Teknologi lain yang akan dirilis pada November mendatang adalah Time Slider, untuk memuat kembali data berdasarkan waktu dan Predictive Self Healing untuk mengurangi 'downtime', mendeteksi eror dengan cepat, dan menyederhanakan reportase eror. Open Solaris dilengkapi dengan aplikasi NetBeans IDE dan Sun Studio Tools, keduanya merupakan produk keluaran Sun Microsystem.

Dalam sesi kedua, Alex Budiyanto memaparkan mengenai Open Source Community Meetup(OSUM), sebuah komunitas global yang ditujukan bagi para pelajar yang tertarik dengan Free and Open Source Software (FOSS). Dengan bergabung, para pelajar dapat membangun skill untuk berkarir di bidang IT, sarana melakukan proyek-proyek IT,  meningkatkan kemampuan independent learning, dan membuka kesempatan untuk berkolaborasi.

FSL berakhir pada pukul 12.30 WIB, ditutup dengan pemberian kenang-kenangan kepada para pembicara dan pembagian CD installer Open Solaris kepada peserta.