Gubernur NTT Sampaikan Pembangunan Berbasis Desa dalam Kuliah Umum ITB

Oleh Aldy Kurnia Ramadhan

Editor Aldy Kurnia Ramadhan

BANDUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali mengadakan Kuliah Umum Studium Generale pada Rabu (19/10/16) yang bertempat di Aula Barat Kampus Ganesha ITB. Pada kesempatan kali ini, Lembaga Kemahasiswaan ITB mengundang Gubernur Nusa Tenggara Timur, Drs. Frans Lebu Raya untuk memberi tambahan wawasan kepada ratusan peserta kuliah yang berasal dari berbagai angkatan dan program studi. Dalam kuliah tersebut Gubernur NTT menyampaikan materi yang berjudul "Kebijakan Inovatif Pembangunan Berbasis Desa di Provinsi Nusa Tenggara Timur".

Sebelum dimulai pemaparan materi oleh Gubernur NTT, Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA terlebih dahulu memberikan sambutan. Dalam sambutannya, beliau mengucapkan terima kasih kepada Gubernur dan jajarannya yang telah bersedia hadir ke ITB untuk mengisi kuliah umum. Beliau juga berharap kuliah yang disampaikan oleh Gubernur dapat meningkatkan wawasan dan pengalaman mahasiswa ITB tentang Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan segala sumber daya alamnya dan keindahan panoramanya.

Geografis Wilayah NTT

Gubernur NTT memulai kuliah dengan memperkenalkan Provinsi yang dipimpinnya kepada para peserta kuliah. Menurutnya, selama ini masih banyak masyarakat Indonesia yang berpikiran bahwa NTT adalah provinsi yang miskin dan tertinggal. Hal inilah yang memacu beliau untuk merubah citra NTT menjadi lebih baik. Secara geografis wilayah, NTT merupakan provinsi kepulauan sehingga rentang kendali pembangunannya sangat luas dan berbiaya tinggi. NTT terdiri dari 1192 pulau dan terdapat 5 pulau terdepan yang berbatasan langsung dengan Timor Leste dan Australia. Luas wilayah total Provinsi NTT adalah seluas 247.000 km2 dengan luas daratan sebesar 47.000 km2 dan luas lautan 200.000 km2. Dengan luas lautan yang lebih besar daripada luas daratan, saat ini Provinsi NTT sedang memperjuangkan secara yuridis untuk diakui sebagai daerah kepulauan. Saat ini, Pemerintah Provinsi NTT hanya berwenang untuk mengurusi wilayah sepanjang 12 mil dari garis pantai. Dengan pengakuan sebagai daerah kepulauan, diharapkan Pemerintah Provinsi dapat mengontrol daerah laut secara lebih luas dan memanfaatkannya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.

Secara geopolitik Nusa Tenggara Timur berbatasan langsung dengan dua negara tetangga yaitu Timor Leste dan Australia. Bahkan jarak dari NTT ke Timor Leste atau Australia lebih dekat dengan jarak NTT ke Ibukota Jakarta. Oleh karena itu, pihak pemerintah provinsi NTT saat ini sedang mencanangkan kerjasama regional bersama-sama dengan pemerintah Timor Leste dan Australia untuk meningkatkan pembangunan kawasan. Walaupun memiliki laut yang luas, namum rata-rata masyarakat NTT bekerja sebagai petani karena kultur masyarakat yang agraris. Oleh karena itu, saat ini pemerintah sedang berusaha untuk memperkenalkan potensi yang dapat digali dari laut kepada masyarakat sehingga diharapkan masyarakat dapat berangsur-angsur meningkatkan kesejahteraannya dengan mengambil manfaat dari sumber daya laut yang berlimpah.

Potensi Melimpah NTT

Provinsi Nusa Tenggara Timur diberkahi dengan sumber daya alam yang melimpah serta alam yang menawan. Oleh karena itu, potensi pariwisata yang ada di NTT sebenarnya sangat besar. NTT memiliki salah satu keajaiban dunia berupa hewan purba Komodo yang hanya terdapat di Pulau Rinca dan Pulau Komodo yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Selain itu, NTT juga memiliki Danau Tiga Warna Kelimutu serta tumbuhan khas berupa Cendana yang berbau harum. Saat ini Nusa Tenggara Timur telah ditetapkan sebagai salah satu dari 10 destinasi wisata nasional. Pada tahun 2014 kunjungan wisatawan meningkat 400.865 orang dibandingkan tahun 2013 atau meningkat 52.42%. Selain itu, dengan iklimnya yang panas dan anginnya yang kuat Provinsi NTT memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pusat pembangkit listrik tenaga surya dan tenaga angin. Provinsi NTT juga menyimpan potensi panas bumi yang besar untuk dikembangkan di Pulau Flores yang memiliki gunung berapi.

Namun dibalik kekayaan dan keindahan alamnya yang mempesona, masih banyak yang harus dibenahi di NTT. Pembangunan daerah di NTT bisa dibilang masih kurang cepat dengan peringkat 31-34 setiap tahunnya. Kapasitas fiskal provinsi NTT dominan dari APBN. Selain itu, pendapatan perkapita masyarakat NTT hanya sekitar 1/3 dari rata-rata pendapatan perkapita nasional. Oleh karena itu, pihak Pemerintah Provinsi NTT saat ini gencar melakukan kebijakan-kebijakan pro rakyat untuk memacu peningkatan kesejahteraan masyarakat NTT. Salah satu contohnya adalah dengan mencanangkan kebijakan Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera (Anggur Merah). Program Anggur Merah tersebut memberikan dana sebesar Rp. 250 juta untuk desa-desa yang memenuhi kriteria untuk digunakan desa sebagai modal kegiatan ekonomi produktif serta RP. 50 juta untuk peningkatan kualitas rumah. Dari hasil kegiatan ekonomi produktif tersebut, diharapkan masyarakan dapat meningkatkan taraf hidupnya menjadi lebih sejahtera. "Berhenti berpikiran untuk membantu NTT, mulailah berpikir untuk membangun Indonesia di NTT," pesan Gubernur NTT yang langsung disambut dengan gemuruh tepuk tangan para hadirin.