Hadapi Liburan, Mahasiswa ITB Cari Pengalaman Bekerja di Luar Negeri

Oleh Medhira Handinidevi

Editor Medhira Handinidevi

BANDUNG, itb.ac.id - Liburan semester ini diwarnai oleh berbagai aktivitas mahasiswa. Ada yang mewarnainya dengan semangat mengikuti ospek, ada yang menghabiskan waktu di kampung halaman, dan ada juga yang mewarnainya dengan mengejar pengalaman-pengalaman baru di tempat magang. Khusus untuk mahasiswa tingkat 3 pada umumnya, masa liburan semester ini adalah momen yang sering kali dimanfaatkan untuk mengambil magang atau bisa disebut Kerja Praktek (KP).
KP adalah mata kuliah wajib yang bertujuan untuk mengenalkan mahasiswa pada praktek kehidupan nyata sesuai keprofesiannya. Sebagian mahasiswa berminat mengambil KP di kampung halaman agar tetap dapat berkumpul dengan sanak keluarga. Namun bagi beberapa yang lain, momen KP ini dimanfaatkan untuk mengejar pengalaman bekerja di suasana yang sama sekali berbeda, di luar tanah air tercinta misalnya. Ayu Andriaty (Planologi 2010), Vienda Fadilla Fahmy (Teknik Elektro 2010), Nathaniel Chandra Harjanto (Teknik Fisika 2010), dan Tubagus Andhika Nugraha (Teknik Informatika 2010) adalah beberapa mahasiswa yang beruntung untuk dapat merasakan pengalaman KP di luar negeri.

Berawal dari informasi yang didapat di mailing list himpunan jurusan, Ayu Andriaty yang akrab disapa Ayu menjajal peruntungannya untuk mengirim lamaran untuk menjadi student internship di University of Tokyo (Tokyo Daigaku, TODAI). Bersama dengan satu orang temannya, Silvania Dwi Utami (Planologi 2010), akhirnya Ayu pun berhasil melewati tahap seleksi dan menjadi asisten riset di salah satu laboratorium penelitian di TODAI. Ayu berkesempatan untuk bekerja sama dengan rekan satu labnya yang mempunyai latar pendidikan lebih tinggi, yaitu lulusan magister dan doktorat. Ia mengaku bahwa ini adalah pengalaman yang luar biasa, karena selain mendapat pelajaran secara akademik ia juga belajar tentang budaya Jepang dan mengenal kultur civitas academika Jepang yang selalu maksimal dalam melaksanakan tugasnya. "Disini kalau belajar beneran serius, kalau berpesta pun juga serius sampai larut malam. Intinya semua orang disini berusaha maksimal di segala hal," papar Ayu.

Lain halnya dengan Vienda Fadilla Fahmy dan Tubagus Andhika Nugraha. Kedua mahasiswa ITB ini adalah dua dari enam mahasiswa seluruh Indonesia yang mengikuti program Intern to MACH (Microsoft Academy for College Hire). MACH adalah program untuk mahasiswa tingkat akhir yang akan langsung dipekerjakan oleh Microsoft. Sedangkan progam Intern to MACH adalah program untuk mahasiswa tingkat 3 sebagai bentuk akselerasi atau persiapan untuk MACH. Jika tinjauan kinerja para interns dinilai baik, maka mereka bisa saja ditawarkan untuk bekerja sepenuhnya di Microsoft. Program yang diikuti oleh Vienda dan Andhika berlangsung selama 12 bulan dan berlokasi di Indonesia dan Singapura. Di Indonesia mereka ditugaskan dalam sebuah proyek tertentu sedangkan di Singapura lebih banyak berupa pelatihan, mengikuti kompetisi marketing dan berkenalan dengan interns dari ASEAN.

Senada dengan pengalaman Ayu, Vienda dan Andhika pun merasakan atmosfer kerja yang berbeda dibandingkan dengan apa yang telah mereka rasakan di tanah air. "Microsoft has a great values. Dan lagi ia adalah salah satu perusahaan terbaik dari segi work environment," ujar Vienda. Andhika pun menyuarakan hal yang serupa. Ia bercerita bahwa di ruang kerjanya dipenuhi oleh berbagai fasilitas yang mendukung dan meningkatkan produktifitasnya. "Kantornya nyaman banget. Selain itu, workstation juga dikelilingi dinding-dinding yang bisa ditulis untuk membantu pekerjaan kita," ujar Andhika.

Selain ketiga mahasiswa diatas, Nathaniel Chandra Harjanto yang akrab dipanggil Nathan pun memiliki pengalaman yang sangat membanggakan. Ia terpilih menjadi salah satu dari segelintir orang yang dapat bekerja di Conseil European pour la Recherché Nucleaire (CERN).  Nathan dan 2 orang teman lainnya adalah tiga orang perwakilan Indonesia untuk mengikuti CSSP (CERN Summer Studentship Program) CERN adalah organisasi internasional yang bertujuan untuk mengoperasikan laboratorium fisika partikel. CERN juga dikenal sebagai organisasi milik Eropa yang tersohor dengan riset nuklirnya.

Keempat mahasiswa ini telah menunjukkan bahwa pelajar Indonesia pun dapat berkarya di luar negeri. Mereka menunjukkan bahwa kesempatan itu ada di luar sana. Saat ditanya tentang bagaimana cara mengikuti jejak langkah mereka untuk KP di luar negeri, kebanyakan dari mereka menjawab bahwa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) saja tidak cukup. Memang ada batasan minimal IPK namun tidak berarti bahwa IPK harus setinggi mungkin. Hal yang penting diperhatikan adalah pengalaman di bidang lain yang dapat diunggulkan, peran apa yang telah kita ambil dalam sebuah organisasi dan hal-hal pendukung lainnya seperti kemampuan berbahasa asing dan kemampuan intrapersonal.