Hebat, Buat Prototipe Baterai Organik dari Alga Merah, Dua Mahasiswa ITB Juarai Schneider Go Green 2021
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id? Buat prototipe baterai organik dari alga merah, mahasiswa ITB Yumna Dzakiyyah (Teknik Elektro 2019) dan Richie Fane (Teknik Industri 2019) berhasil menjuarai kompetisi Schneider Go Green 2021 pada tingkat Asia-Pasifik. Atas prestasi tersebut, keduanya akan meneruskan langkah di tingkat kompetisi global.
Yumna dan Richie tergabung dalam tim Bernama Carragenergy. Pada Desember 2020 mereka mulai menyusun perencanaan terkait ide yang akan dibawa dalam mengikuti perlombaan ini dan melakukan diskusi mendalam pada Januari hingga Maret 2021. Dimulai dari energy harvesting, solar cell, akhirnya keduanya memutuskan untuk membawa baterai organik sebagai ide yang akan diajukan untuk kompetisi ini.
Pemilihan alga merah sebagai bahan penyusun baterai organik ini didasari pada hasil riset Yumna dan Richie bersama tim dari sebuah start-up yang bergerak di bidang SME (Small Medium Enterprise) terhadap petani rumput laut di Pulau Tidung. Keduanya menemui bahwa pemanfaatan rumput laut di Indonesia masih kurang optimal, terutama karena petani hanya menjual dalam bentuk rumput laut kering yang tentunya bernilai jual rendah. Hal ini menimbulkan keinginan Yumna dan Richie untuk dapat meningkatkan value rumput laut Indonesia yang berlimpah, sehingga dipilih bahan ini sebagai penyusun baterai organik.
“Ketika kita menemukan rumput laut mempunyai potensial yang lebih, kita berangkat dengan ide ini,” ungkap Yumna.
Baterai Organik dari Alga Merah
Prototipe baterai organik yang diciptakan Yumna dan Richie tersusun dari komponen elektroda dari bahan organik dan komponen elektrolit dari ekstrak rumput laut bernama karagenan. Baterai yang dibuat ini termasuk kategori baterai sekunder yang bersifat rechargeable. Prototipe ini dibuat pada temperatur lingkungan dan telah dilakukan uji terhadap komponen elektrolit.
Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, performa baterai organik dengan gabungan elektroda organik dan biopolimer elektrolit menghasilkan perfoma yang komparabel dengan baterai Li-ion. Tentunya baterai ini memiliki keunggulan dari sisi lingkungan. Dimulai dari proses pembuatan baterai hingga pengolahan limbahnya, baterai anorganik memberi dampak yang membahayakan bagi lingkungan dan kesehatan. Keunggulan inilah yang dapat memberi nilai lebih pada prototipe baterai organik buatan Yumna dan Richie.
“Dengan masyarakat mengetahui tentang baterai ini, secara tidak langsung masyarakat akan lebih aware akan masalah lingkungan,” ujar Richie.
Dosen Elektronika ITB Dr. Ir. Mervin Tangguar Hutabarat, M.Sc. turut andil dalam keberhasilan proyek prototipe baterai organik tersebut. Setelah berdiskusi, beliau mempertemukan Yumna dan Richie dengan Dr. Ir. Paula Santi Rudati, M.Si. yang merupakan ahli di bidang organik semiconductor dan kemudian menjadi mentor bagi keduanya. Berkat dukungan Paula, Yumna, dan Richie terbantu dari segi penyusunan ide, pengadaan alat, dan lain sebagainya.
Usaha Yumna dan Richie membuahkan hasil. Pada awal April 2021, tim Carragenergy berhasil menjadi juara 1 dalam Schneider Go Green 2021 tingkat nasional dan mewakili Indonesia di tingkat Asia Pasifik melawan tim dari Australia, Singapura, dan Korea Selatan. Setelah melewati proses penjurian yang sengit, keduanya kembali meraih posisi pertama yang akan bersaing kembali di tingkat dunia.
Di akhir wawancara, Yumna dan Richie menyampaikan harapan selanjutnya terkait prototipe baterai organik ini. Ke depannya, mereka berharap agar proyek ini dapat memberi dampak bagi kehidupan dan tidak hanya berhenti setelah perlombaan usai.
“Dengan adanya lomba dan proyek seperti ini diharapkan dapat memberi pengaruh bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan, melihat suatu produk dari seluruh rantai nilainya, dan pada akhirnya berkontribusi dalam mewujudkan dunia lebih green dan sustainable,” pungkas Richie.
Reporter: Laurahoney Azzahra (Teknik Pangan, 2019)