Hendra Gunawan: Menulis Blog untuk Berbagi Pendidikan

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Foto: Youtube.com
BANDUNG, itb.ac.id -- Selain jurnal ilmiah yang banyak dipublikasi di dunia internasional, guru besar Matematika dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB, Prof. Hendra Gunawan juga sangat aktif menulis di blognya yang mencapai 6 buah.


Saat diwawancara oleh reporter Kantor Berita ITB pada Senin (30/11/2018) di Gedung CAS lantai 4, Prof. Hendra sangat antusias menceritakan perjalanannya menulis di blog dimulai ketika mendapatkan akses blog fakultas yaitu Fmipa.itb.ac.id di tahun 2007. Tidak puas hanya membahas topik seputar FMIPA, ia membuat blog pribadi dengan domain hgunawan82@wordpress.com. Dalam blog tersebut, Prof. Hendra menulis hal yang menjadi kegemarannya yaitu dunia pendidikan di Indonesia. 

Kemudian pada 2013, masih dengan topik seputar pendidikan, Hendra membuat blog bernama anakbertanya.com. Blog tersebut ditujukan bagi anak-anak Indonesia yang ingin bertanya mengenai beragam hal seperti IPTEK, kesehatan, sosial, dll. 

Blog selanjutnya yang dimiliki oleh Prof. Hendra adalah Indonesia2045.com pada tahun 2013. Blog tersebut berisi sosok-sosok inspiratif untuk dijadikan panutan. Saat ini, sudah ada sekitar 230 nama ia tulis dalam blog tersebut. Blog yang kelima adalah bermatematika.net yang tentu saja seperti namanya berisi mengenai matematika, mulai dari soal sampai kasus yang belum terpecahkan. 

Blog yang terakhir bernama sl47d (Suryalaya nomer 47 d). Blog tersebut berisi mengenai perjalanan Hendra membangun sebuah rumah kecil yang akan dijadikan sebagai rumah buku. Dari keenam blog tersebut, blog yang paling ramai dikunjungi adalah anakbertanya.com dengan jumlah pengunjung 3000 orang per hari dan yang kedua paling ramai dikunjungi adalah bermatematika dengan jumlah pengunjung 700 orang per hari. 

Blog anakbertanya.com dibentuk oleh Hendra bersama teman-temannya dari berbagai bidang pendidikan dan diharapkan bisa menjawab setiap keingintahuan anak-anak usia SD sampai SMP mengenai dunia sains, kesehatan, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Pada awalnya guru akan mengumpulkan setiap pertanyaan dari murid dan menuliskannya di anakbertanya.com. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak anak-anak yang bertanya langsung di blog tanpa adanya bantuan dari guru. Seluruh usaha Hendra dalam membuat tulisan mengenai pendidikan tersebut mengantarkan Hendra meraih “Anugerah Komunikasi Indonesia” untuk kategori Pegiat Komunikasi Publik Bidang Komunikasi Pendidikan yang diberikan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI.

Di era digital seperti ini, tentu saja kehadiran sosial media berpengaruh kepada kualitas konten yang ada dalam blog, terutama blog di bidang IPTEK. “Zaman sekarang banyak penulis blog yang copy paste satu sama lain. Apalagi di bidang IPTEK. Padahal kalau memang tidak paham mengenai kontennya, lebih tidak usah memaksakan menulis,” ucap Hendra. Hal tersebut yang membuat Hendra termotivasi untuk menciptakan blog mengenai IPTEK yang kontennya menggunakan bahasa populer, mudah dipahami.
 
Meskipun di tengah kesibukan yang padat, Prof. Hendra tetap berkomitmen untuk menulis dengan cara meluangkan waktu selama tiga hari dalam seminggu. Tiga hari tersebut dipilih karena memang ia tidak memiliki jadwal mengajar sehingga bisa fokus untuk menulis dan mengembangkan blognya.

Pada Kamis digunakan oleh Prof. Hendra untuk menjawab berbagai pertanyaan yang ada di bloganakbertanya.com karena biasanya jumlah pengunjung serta pertanyaan paling tinggi ada pada Rabu. Hari Selasa dan Sabtu digunakan untuk menulis konten di bermatematika.net.

Prof. Hendra berpesan kepada mahasiswa yang sedang ataupun ingin berkecimpung di dalam dunia blog untuk tentukan target pembaca yang dituju terlebih dahulu. “Menulis tulisan ini untuk siapa? Sesuaikan tulisan dengan target pembaca. Kemudian, coba ceritakan dengan lebih bervariasi agar tulisan tidak datar dan dapat memancing pembaca. Jangan lupa yang terpenting adalah keinginan untuk mencoba menulis terlebih dahulu. Tetap percaya diri untuk mencoba walaupun merasa tulisan yang dibuat belum sempurna. Semua itu butuh proses,” pesannya.

Penulis: Qinthara Silmi