Hendra: Kerja Keras yang Membuahkan Prestasi
Oleh Muhammad Hanif
Editor Muhammad Hanif
BANDUNG, itb.ac.id - Setelah menyabet Ganesha Prize di level ITB, Hendra (Teknik Kimia 2008) berhak melaju ke tingkat nasional mewakili ITB di ajang pemilihan Mahasiswa Berprestasi Nasional. Pada tingkat nasional tersebut, dia berhasil meraih prestasi yang cukup membanggakan, yaitu Juara III Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional 2012.
Gelaran pemilihan Mahasiswa Berprestasi Nasional merupakan ajang tahunan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI yang diselenggarakan untuk memilih mahasiswa terbaik diantara mahasiswa berprestasi di Perguruan Tinggi Negeri di seluruh Indonesia. Setelah melalui seleksi yang cukup panjang dan memakan waktu lama, Hendra terpilih menjadi juara di ajang prestisius tersebut. Di balik prestasinya itu, banyak yang tidak menyangka bahwa Hendra adalah seorang penjual donat.
Kepada Kantor Berita USDI ITB, Hendra menceritakan kesehariannya menjadi tukang donat hingga manis pahit kehidupannya. Hendra yang biasa menjajakan donat kepada teman-teman di kampusnya, memproduksi sendiri donat-donat jualannya tersebut. Karena profesi sampingannya itu, teman-teman Hendra menjulukinya "Mas-Mas Tukang Donat". Hendra yang bercita-cita memiliki usaha donat ini sama sekali tidak malu melakoni pekerjaannya itu.
"Kalau ada becandaan dari teman-teman ke saya, pasti nyinggung-nyinggung soal donat, hahaha.Teman-teman saya ada juga yang bilang 'tukang donat jadi mapres' hahaha," ucap Hendra sembari tertawa. Pengalaman menjual donat ini dinobatkannya menjadi pengalaman yang paling menarik selama empat tahun kuliah di ITB.
Ketika ditanya pengalaman paling manis selama hidupnya, cerita Hendra pun tidak jauh dari donat. "Laptop yang saya gunakan sampai sekarang adalah laptop yang saya beli pada tahun 2010 dari hasil berjualan donat. Saya menjual puluhan ribu donat hingga akhirnya saya bisa menabung cukup uang untuk membeli laptop yang berharga Rp5.500.000 ketika itu," kata Hendra. Dengan keuntungan Rp500,00 per buah harapan Hendra memiliki laptop pun tercapai.
Orangtua Jadi Inspirasi Terbesar
Kedua orang tua menjadi inspirasi terbesarnya meraih segudang prestasi. Orang tuanya yang sangat mementingkan pendidikan sempat dibuat sulit oleh pria penggemar olahraga basket ini. Hendra menuturkan bahwa saat SMA prestasinya jelek sehingga tidak bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah di jurusan Teknik Informatika di salah satu perguruan tinggi swasta.
Bila tidak mendapatkan beasiswa, biaya selangit harus ditebusnya agar lolos ke perguruan tinggi itu. "Untuk membayar biaya itu, orang tua saya sampai rela menjual mas kawinnya. Tapi saya tidak tega waktu itu maka saya putuskan saya harus diterima di universitas lain dan mendapat beasiswa di universitas itu dan akhirnya saya berhasil. Universitas itu adalah ITB," ujar 'Si Tukang Donat' kelahiran Jambi, 15 September 1990.
Hendra yang baru-baru ini diterima di program International Mobility dari salah satu perusahaan jasa migas internasional ini memiliki cara tersendiri untuk menumbuhkan semangat berprestasi. Membaca biografi orang sukses menjadi hobi tersendiri bagi Hendra. "Menurut saya untuk punya semangat berprestasi, kita harus banyak membaca biografi dari orang-orang yang sudah berprestasi," ungkap Hendra.
Pria yang terinspirasi oleh kisah hidup Betti Alisjahbana dan Chairul Tanjung ini juga berpesan untuk memikirkan orang-orang disekitar yang telah banyak berkorban untuk kita agar bisa maju bersama. "Dalam upaya saya untuk berprestasi dan menjadi yang terbaik, saya tidak pernah bergerak sendiri, saya selalu berusaha mengajak orang lain di sekitar saya. Saya tidak ingin maju sendiri, saya ingin maju bersama mereka," ujar Hendra.