Hilirisasi SDA Bantu Atasi Perekonomian Indonesia yang Tidak Stabil
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Perekonomian dunia saat ini dilanda ketidakpastian. Untuk mampu pulih dan bangkit, investasi menjadi kunci utama. Saat ini Indonesia tengah menggalakan hilirisasi sumber daya alam agar perekonomian Indonesia dapat meningkat. Kedua hal ini menjadi topik hangat dalam Kuliah Tamu yang mengangkat tema “Transformasi Ekonomi Melalui Hilirisasi dengan Kearifan Lokal”, pada Rabu (5/10/2022).
Kuliah Tamu disampaikan oleh Chief Executive Officer Freeport-McMoran Richard C. Adkerson dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia secara luring di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB). ITB menjadi kampus ke-4 penyelenggara orasi ilmiah kedua narasumber dalam rangka kunjungan ke 7 Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Acara juga diselenggarakan secara live streaming melalui kanal YouTube Institut Teknologi Bandung.
Bahlil mengatakan bahwa berbagai dinamika global yang hadir secara tiba- tiba mampu mengancam perekonomian Indonesia. Untuk mempersiapkan ekonomi Indonesia di masa depan, Investasi menjadi jangka pemulihan ekonomi. Sejak tahun 2020, Bahlil sudah menerapkan pemberhentian ekspor barang mentah. Hilirisasi sumber daya alam diciptakan secara nyata untuk meningkatkan nilai tambah.
Langkah konkret pemberhentian ekspor barang mentah seperti, ekspor nikel, timah, dan tembaga dialihkan menjadi pemanfaatan untuk baterai kendaraan listrik. Hal ini membawa dampak positif dimana ekspor produk turunan nikel mengalami peningkatan dari US$ 3,3 miliar (2017) menjadi US$ 20,9 miliar (2021).
Terkait dengan kebijakan hilirisasi industri yang diusung oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini, Richard menyampaikan bahwa PT Freeport Indonesia (PTFI) berkomitmen mendukung program tersebut dengan membangun smelter single line yang berlokasi di Kawasan Industri JIIPE (Java Integrated Industrial and Port Estate), Gresik. Pembangunan smelter ini sudah berjalan sekitar 40% dan akan beroperasi pada tahun 2024 mendatang.
Bahkan, saat ini 51,2% saham PTFI dimiliki oleh pemerintah Indonesia dan sisanya oleh Freeport Mc-Moran. Dengan saham yang dimiliki sekarang, PTFI juga tengah gencar melakukan investasi jangka panjang meliputi penanaman modal dan investasi sosial. Jumlah penanaman modal masa depan 2021-2041 sebanyak US$ 18,6 miliar dengan perkiraan manfaat langsung di masa depan (2021-2041) sebanyak US$ 80 miliar.
Investasi sosial masa depan (2021-2041) PTFI berjumlah 100 juta us dollar. Dengan rencana, reklamasi hutan mangrove seluas 10.000 Ha di lahan baru hasil pengendapan tailing dan rehabilitasi Daerah Aliran Sungai di Jayapura seluas 4.232 Ha. PTFI juga berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca mencapai 30% di tahun 2030 (saat ini terhitung 22% pengurangan emisi gas rumah kaca).
Upaya hilirisasi tentu memiliki tantangan dimana banyak negara lain ingin menghambat Indonesia dalam berproses. Sehingga diperlukan suatu kolaborasi industri hilirisasi dengan pengusaha nasional di berbagai daerah agar tujuan hilirisasi dapat merata dan terciptanya Indonesia Sentris. Hal ini dapat berdampak pada pengolahan sumber daya alam di dalam negeri yang lebih baik dan menghasilkan produk dengan nilai jual lebih tinggi.
Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)