Inovasi Anak Bangsa, Tim Catalyzer ITB Tunjukkan Potensi Industri Migas Ramah Lingkungan

Oleh Nur Asyiah - Mahasiswa Rekayasa Pertanian, 2021

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id - Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali meraih prestasi internasional yang membanggakan. Tim Catalyzer, yang terdiri dari Jasmine Christiana Manihuruk, Nur Shafa Erinda, dan Anisah Zahrah Ayuputri dari program studi Teknik Perminyakan ITB, memenangkan juara pertama dalam kompetisi studi kasus "Annual Petroleum Competition and Exhibition (APECX) 2024."

Kompetisi ini diselenggarakan oleh Society of Petroleum Engineers Universitas Gadjah Mada Student Chapter (SPE UGM-SC) dari Desember 2023 hingga Maret 2024.

APCEX 2024 adalah ajang internasional yang berkolaborasi dengan BRIN, mengangkat tema “Oil and Gas Contribution to Renewable Energy by Balancing Energy Demand in Indonesia 2030.” Peserta diminta untuk melakukan studi dan memberikan solusi terkait dekarbonisasi di industri migas.

"Pada tahap final, kami diminta untuk merancang strategi membangun pipa-pipa CO2 di Kalimantan Timur untuk menerapkan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS)," kata Shafa (TM'20).

Shafa menambahkan bahwa mengikuti kompetisi ini memberikan kesempatan untuk bertemu dengan mahasiswa dari universitas lain serta para juri profesional di bidang migas. Kompetisi ini juga mendorong Shafa untuk belajar lebih dalam tentang hal-hal yang tidak banyak dipelajari di perkuliahan.

Tim Catalyzer mempersiapkan diri dengan membaca beberapa paper untuk mendapatkan data terbaru, brainstorming ide bersama, dan meminta saran dari dosen yang ahli di bidang terkait untuk memantapkan ide mereka.

Dengan mengusulkan metode LSWA (Low Salinity Water Alternating) CO2, Tim Catalyzer berhasil menarik perhatian juri. Metode ini meningkatkan produksi minyak di Kalimantan Timur dan mengurangi emisi CO2.

"Solusi yang kami tawarkan adalah memanfaatkan kembali CO2 dari pembangkit listrik berbahan bakar batubara, kemudian menyuntikkannya kembali ke ladang minyak dan gas melalui pipa-pipa yang sudah ditentukan. Metode LSWA CO2 ini melibatkan injeksi air dengan salinitas rendah dan CO2 secara bergantian dalam waktu yang sudah ditentukan," jelas Shafa.

Mengikuti kompetisi di akhir masa kuliah menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Mereka harus pandai membagi waktu di tengah padatnya aktivitas akademik. Selain itu, keterbatasan data yang disediakan penyelenggara lomba membuat mereka kesulitan menemukan data yang sesuai dengan lokasi studi.

"Semoga pemahaman tentang Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) yang kami peroleh bisa menjadi bekal berharga di masa depan, mengingat tren ini sangat menjanjikan di industri migas. Meskipun sering dianggap merusak lingkungan, kami berharap dengan mengikuti lomba ini, kami dapat menunjukkan bahwa terdapat cara untuk membuat industri migas lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan," tutup Shafa.

Reporter: Nur Asyiah (Rekayasa Pertanian 2021)