International Symposium of The Science of Design

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Departemen Desain, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB mengadakan International Symposium of The Science of Design tanggal 28 Februari 2005. Simposium yang diadakan di Aula Timur ITB tersebut, dipersiapkan sejak Desember 2004, dan sukses menjaring 366 peserta, yang terdiri dari 100 orang undangan dan, 266 orang umum. Peserta yang hadir antara lain berasal dari kalangan profesional muda yang bergerak di bidang desain, dosen baik ITB maupun luar ITB, dan mahasiswa. Dibuka oleh Rektor ITB, Djoko Santoso pada pukul 09.00 WIB, acara tersebut dilanjutkan dengan sesi pertama simposium oleh Prof. Widagdo, seorang guru besar FSRD-ITB dengan judul “Estetika dalam Perjalanan Sejarah Arti dan Perannya dalam Desain. Kemudian dilanjutkan dengan telaah filsafat ilmu dengan judul “ Desain, Sains Desain dan Sains tentang Desain” oleh Prof. Imam Buchori Zainuddin, seorang Guru Besar luar biasa FSRD-ITB. Akhir sesi pertama diakhiri dengan diskusi antara peserta dengan pembicara. Pkl. 13.30 WIB , setelah makan siang, sesi dua seharusnya dilanjutkan dengan symposium oleh Prof. Kiyoshi Miyazaki, mantan ketua “Japanese Society for the Science of Design” dan juga seorang Guru Besar Desain, Wakil rektor dan Dekan Faculty of Engineering dari Chiba University, Jepang. Namun, karena alasan kesehatan, beliau digantikan oleh Prof. Akira Ueda, seorang asistennya yang juga banyak memberikan kontribusi bagi “Japanese Society for the Science of Design”. Dengan diterjemahkan oleh Dr. Dudy Wiyancoko, Prof. Akira Ueda yang juga bekerja di Faculty of Engineering Chiba University, menerangkan dengan bahasa Jepang perkembangan pendidikan desain dan ilmu desain di jepang. Diawali perkembangan desain modern di Jepang yang dimulai karena pemulihan akibat kekalahan Perang Dunia II, Akira Ueda menegaskan bahwa konsep desain Jepang dikembangkan untuk mengantisipasi tiga kondisi masyarakatnya, yaitu (1) masyarakat era informasi (2) tingginya populasi manula dan (3) masyarakat yang mulai peduli lingkungan. Selanjutnya, melalui presentasi yang sebelumnya telah dipersiapkan Prof. Kiyoshi Miyazaki, Prof. Akira Ueda menjelaskan bahwa pelajaran seni rupa di Jepang merupakan pelajaran wajib; mengingat sulitnya mempersiapkan lulusan pendidikan tinggi desain yang siap pakai bilamana baru mengenal desain setelah lulus sekolah menengah atas. Selanjutnya Prof. Akira Ueda menjelaskan bahwa divisi desain yang bernaung dalam Faculty of Engineering memiliki sembilan unit kelompok keahlian yang diantaranya ada Ergonomic Design dan Design Systems. Dalam Faculty of Engineering terdapat mata kuliah ‘Monozukuri’, yaitu mata kuliah yang setara dengan Nirmana dan Rupa Dasar di ITB. Bedanya, Monozukuri merupakan kuliah umum yang boleh diambil oleh seluruh mahasiswa Faculty of Engineering, Chiba University. Sementara untuk ITB mata kuliah Nirmana dan Rupa Dasar hanya disediakan untuk mahasiswa Tahap Persiapan Bersama (TPB) FSRD dan Arsitektur (mulai tahun 2003). Pembicara kedua pada sesi dua ini adalah Indra Nurhadi, seorang guru besar Departemen Teknik Mesin ITB, Indra Nurhadi dalam simposium ini mempresentasikan makalah yang dulu ditulisnya bersama Wiranto Arismunandar (mantan rektor ITB), Djoko Suharto dan Farid R. Mulya, yang berjudul “Mechanical Engineering Design dalam perspektif desain sebagai Ilmu”. Presentasi oleh Indra Nurhadi ini dimulai dengan abstraksi yang menarik, “if design is preceived as an activity for searching solutions for recognized needs, then a number of departments in ITB may involved, to some degree, in design related activities”. Akhir Sesi dua ini diakhiri dengan diskusi, salah satu pertanyaan yang muncul adalah mengapa dalam kenyataan di ITB, Departemen Teknik Mesin yang seharusnya mempunyai relasi dengan Departemen Desain ITB tidak pernah berkoordinasi dengan baik dari dahulu hingga saat ini. Bahkan si penanya yang ternyata mantan mahasiswa desain produk dan kini mengajar di ITENAS tersebut, menyesalkan mengapa contoh-contoh yang dipresentasikan oleh Bapak Indra Nurhadi tersebut adalah mesin-mesin dengan desain yang ketinggalan jaman (tahun 80-an). Pertanyaan tersebut dijawab dengan singkat oleh Indra Nurhadi yaitu dengan mulai mengubah tradisi ITB yang berdiri sendiri dan mulai mengubah tradisi itu dengan bekerja sama antar departemen di ITB. Sehingga untuk hasil karya selanjutnya, semua produk yang dihasilkan lebih bermanfaat bagi orang banyak. Acara simposium diakhiri pukul 16.30 WIB. Selanjutnya, pukul 19.00 WIB diadakan acara pelepasan Prof. Widagdo oleh ITB yang hanya dihadiri oleh kalangan dosen ITB dan undangan. Acara simposium ini juga dimanfaatkan sebagai temu alumni desain interior FSRD-ITB, yang kebanyakan telah menjadi profesional di bidangnya. Andra Mega