IPWeek 2015: Siap Hadapi Tantangan Industri Perminyakan

Oleh Luh Komang Wijayanti Kusumastuti

Editor Luh Komang Wijayanti Kusumastuti

BANDUNG, itb.ac.id - Integrated Petroleum Week (IPWeek) kembali diadakan pada Sabtu-Minggu (28-08/02-03/15). IPWeek merupakan serangkaian acara yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan Patra untuk memperkenalkan dunia perminyakan ke masyarakat luas. Rangkaian kegiatan ini terdiri dari International Rig Design Competition, International Petrosmart Competition, International Paper Competition, Integrated Company Days, Grand Seminar, dan International Energy Conference.

Pada tahun 2015 ini, IPWeek mengajak generasi muda yang tertarik dengan industri perminyakan untuk mengenal lebih dalam seperti isu perminyakan terkini, kemajuan teknologi, penemuan baru, serta inovasi. Hal-hal tersebutlah pengetahuan yang IPWeek ingin berikan dalam menghadapi tantangan energi masa mendatang. Diketuai oleh Henry Tedja (Teknik Perminyakan 2012), acara ini mengundang mahasiswa dari dalam maupun luar negeri untuk bergabung. Mahasiswa asing yang juga ikut berkompetisi maupun mengikuti konferensi berasal dari Jepang, Malaysia, Thailand, Filipina, Cina, Australia, Vietnam, Mesiir, Pakistan, dan Abu Dabhi.


Mata acara grand seminar mengabil tema 'Plan of Development for Offshore- Integrated Study Approach' yang dibagi menjadi tiga topik sesuai dengan pembicara yang menceritakan mengenai proses penemuan sumber energi, pengambilan, serta pengolahannya agar efisien. Pembicara tersebut adalah Dr. Agus Laesanpura (Teknik Geofisika), Hendarto Soembadi (Drilling Fluid Specialist Consultant) Pekik Argo Dahono (Teknik Ketenagalistrikan)
Agus menceritakan berbagai teknik untuk menemukan sumber minyak. Ia menyimpulkan bahwa kini harus bisa menerapkan teknologi ke area baru maupun menerapkan teknologi baru di area lama. Serta perlu menerapkan ide untuk berinovasi.


Sesi kedua membahas proses pengeboran agar berjalan efisien oleh Hendarto. Proses ini dikatakan sangat bergantung dari desainnya. Fluida dari pengeboran (drilling fluid) kontak pertama kali dengan reservoar. "Komunikasi scientific terjadi antara drilling fluid dengan reservoar. Maka dari itu engineriing design harus meminimalisasi kerusakan pada reservoar," ungkapnya. Karena produksi minyak Indonesia sedikit, perlu efektif dan efisien untuk meminimalkan biaya.


Ia mencotohkan dua kasus. Misalkan kasus pertama adalah sumur minyak dengan biaya 10 juta dolar US meghasilkan 200 barel minyak per hari. Sedangkan, kasus kedua menghasilkan 500 barel minyak per hari dengan biaya sumur 15 juta dolar. Maka, kasus kedualah yang dapat dikatakan murah karena dapat menghasilkan keuntungan yang lebih. Biasanya, menurut Hendarto, kekurangan produksi dikarenakan sampah yang mencemari lingkungan dan mengotori reservoar yang menghambat aliran dari reservoar ke muka bumi. Hendarto menekankan, bahwa tidak masalah untuk menggunakan teknologi yang lebih mahal untuk mengurangi kerusakan reservoar serta menjaga lingkungan. Baginya, alam yang lebih rusak merupakan harga yang lebih mahal untuk dibayar.

 

Selanjutnya, Pekik menjelaskan materi bertajuk 'Application of Power Electronics in Petroleum Industries'. Elekronika Daya (Power Electronics) merupakan penerapan teknologi elektronika dalam konversi elektronik. Konversi tersebut dilakukan sebagai kunci dari efisiensi. Dalam industri perminyakan, elekronika daya biasanya diterapkan pada alat atau mesin yang menggunakan tenaga listrik. "Penerapan ini dilakukan agar minyak yang sudah didapat susah-susah tidak diboroskan begitu saja," ungkap Pekik. Daya listrik diubah menjadi daya listrik lain dengan efisiensi yang lebih tinggi untuk mengurangi biaya produksi. Teknologi ini ternyata mampu menghemat 30% dari energi yang digunakan dalam industri perminyakan.