ITB Anugerahkan Gelar Doktor Kehormatan bagi Prof. Peter Agre (Nobel Laureate in Chemistry 2003)

Oleh Abdiel Jeremi W

Editor Abdiel Jeremi W

Nobel Lecture

BANDUNG, itb.ac.id - Air adalah komponen yang sangat penting dalam hidup manusia. Tanpa air, bisa dikatakan tidak ada kehidupan. Di dalam tubuh manusia, transportasi air dengan saluran-saluran dalam membran sel, yang disebut juga aquaporin. Prof. Peter Agre (Peraih Nobel di bidang Kimia 2003) memberikan tentang aquaporin pada Rabu (22/03/17). Ratusan peserta yang terdiri dari berbagai latar belakang mendatangi Sabuga demi memperluas wawasan tentang cara kerja aquaporin.


Sejak pertengahan abad ke-19, manusia telah menduga bahwa sel-sel manusia memiliki saluran khusus untuk mengangkut air. Hal ini dibuktikan oleh profesor dari Johns Hopkins University ini dengan mengisolasi protein dari membran sel. Dengan memahami cara kerja aquaporin pada tingkat molekular, pengetahuan tentang cara kerja sel makhluk hidup juga berkembang. Penemuan tersebut membantu perkembangan ilmu biokimia, fisiologi, dan genetik dalam memahami berbagai penyakit, seperti diabetes insipidus dan malaria.

Inspirasi dari Profesor Agre

Prof. Agre juga memberikan contoh kasus organisme yang memiliki defisiensi (kekurangan) aquaporin. Atas karya ini, beliau beserta rekannya, Prof. Roderick MacKinnon (Rockefeller University) memperoleh hadiah nobel. Kemudian, beliau melanjutkan penelitiannya tentang aquaporin pada nyamuk malaria. Prof. Agre menemukan bahwa dengan mengurangi sebuah jenis aquaporin tertentu pada nyamuk, maka nyamuk tidak akan menularkan virus malaria. Menurut beliau, itu adalah ide yang sederhana dan dapat direka ulang.


Selain memberikan kuliah umum, Prof. Peter Agre juga dianugerahi Doktor Kehormatan oleh ITB atas dedikasi yang luar biasa dalam bidang biokimia dan manfaat yang luas dalam kemanusiaan. Tokoh kelahiran 30 Januari 1949 ini juga diangkat sebagai Adjunct Professor oleh ITB dalam bidang Kimia. Kedatangan Prof. Agre adalah salah satu dari rangkaian acara “Bridges: Dialogues Towards a Culture of Peace” yang diselenggarakan oleh International Peace Foundation (IPF). Acara ini bertujuan untuk mendukung perdamaian dan proyek-proyek ilmiah beberapa universitas dan lembaga penelitian terkait pencegahan atau strategi penyelesaian konflik. Pada sesi tanya jawab, Prof. Agre juga mendukung mahasiswa atau peneliti muda untuk melanjutkan pencapaian-pencapaiannya. “When you think in terms of a country’s most precious commodity, Indonesia’s most precious commodity is the young people,” ujar Prof. Agre dalam konferensi pers setelah kuliah.