ITB Capai Final LSI Design Contest 2005 di Jepang

Oleh

Editor

ITB Capai Final LSI Design Contest 2005 di Jepang Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali memperoleh kesempatan untuk maju dalam final LSI Design Contest tahun ini di Okinawa, Jepang. Kontes bertaraf internasional ini adalah sebuah program kontes untuk mahasiswa dalam mendesain suatu rangkaian terintegrasi digital. Kontes dalam bentuk konferensi makalah (paper conference) tersebut akan diadakan pada tanggal 18 Maret 2005 dan diselenggarakan oleh University of the Ryukyus bekerjasama dengan Okinawa Industry Support Center dan Kyushu Semiconductor Industries and Technology Innovation Association serta disponsori oleh SONY LSI Design Inc.Tahun ini ITB akan diwakili oleh Tim Larasati yang beranggotakan tiga orang mahasiswa teknik elektro, yaitu Yori Verdian, Nursani Rahmatullah, dan Dani Ihtatho. Rangkaian terintegrasi (integrated circuit)atau yang sering disebut dengan chip merupakan komponen penting yang terdapat hampir di seluruh peralatan elektronik saat ini. Kini sebuah sistem elektronika berskala besar dapat disatukan dalam sebuah chip untuk menjalankan suatu aplikasi khusus. Teknologi ini melahirkan apa yang disebut dengan Large System Integrated (LSI). Dalam peralatan elektronik seperti komputer atau telepon selular, chip dapat dikenali berupa komponen berbentuk persegi, berwarna hitam dan mempunyai kaki (pin) yang banyak. Sebuah chip dirancang untuk menjalankan operasi tertentu, operasi ini tak jarang berupa operasi perhitungan yang melibatkan proses sinyal digital. Topik kontes tahun ini adalah All Digital FM Receiver yakni sebuah penerima sekaligus pengolah gelombang FM. Aplikasi dari sebuah penerima gelombang FM dapat kita jumpai pada radio dan sebagian besar peralatan telekomunikasi yang menggunakan gelombang FM untuk saling berinteraksi. Peserta diminta untuk mendesain sebuah sistem digital yang dapat melakukan proses demodulasi (rekonstruksi) gelombang FM menjadi sinyal data. Frequency Modulated (FM) adalah salah satu cara untuk mengirimkan sinyal data dari suatu alat komunikasi ke alat komunikasi yang lain. Sinyal data yang akan dikirimkan dicampur terlebih dahulu dengan sebuah sinyal pembawa (carrier). Data yang dikirimkan biasanya berupa data digital. Penerima akan mengolah gelombang FM hasil pencampuran tadi dengan cara memisahkan sinyal pembawa sehingga diperoleh kembali sinyal data yang diharapkan. Sistem penerima gelombang FM ini dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman chip yang disebut Hardware Description Languange (HDL). Bahasa pemrograman ini digunakan untuk memodelkan setiap komponen yang akan menyusun sistem. Sebuah chip untuk aplikasi khusus dapat dibuat dengan hanya memprogramnya tanpa harus melewati proses kimia yang mahal dan lama. Chip yang masih "kosong" diprogram melalui komputer agar berfungsi sesuai dengan program yang diberikan. Chip jenis ini antara lain disebut dengan Field Programmable Gate Array (FPGA). Kesempatan kedua Bagi Nursani Rahmatullah, majunya Tim Larasati dalam ajang kontes perancangan chip ini merupakan kesempatannya yang kedua. Tahun sebelumnya ia bersama Tim Garuda berhasil menduduki peringkat kelima dari 12 finalis yang sebagian besar berasal dari Jepang. Tahun lalu, topik yang dilombakan adalah proses penyandian (encryption) data yang berguna dalam menjaga keamanan dan kerahasiaan data yang akan dikirim. Diakuinya bahwa tahun lalu Tim Garuda belum mencapai tahap pemrograman chip. Sistem yang dibuat hanya terbatas pada model dan simulasi kerja chip. Kendala yang dihadapi adalah pengadaan chip FPGA yang pada saat itu belum dimiliki oleh Laboratorium VLSI Research Group tempatnya bekerja. Beruntunglah salah satu vendor chip FPGA terkemuka, bersedia memberikan donasi berupa pengadaan hardware dan software dengan harga berkisar 5 ribu USD. Komunikasi adalah sebuah industri yang telah mengubah kehidupan kita, dalam waktu yang relatif singkat komunikasi telah mengubah cara pandang kita dalam suatu hal, pada saat yang bersamaan teknologi rangkaian terintegrasi terus dikembangkan untuk menigkatkan kualitas dari sistem telekomunikasi tersebut. Demikian seperti yang diutarakan Tim Larasati menanggapi pertanyaan mengapa melakukan penelitian di bidang ini. Ditambahkannya bahwa Indonesia adalah negara berkembang dengan potensi bisnis teknologi informasi yang sangat besar. Untuk menyediakan pelayanan bagi industri yang terus berkembang dan terlebih lagi populasi penduduk yang sedemikian besar, maka komunikasi menjadi semakin penting. Telah menjadi harapan tim ini untuk melihat bangkitnya produk telekomunikasi Indonesia dan berpartisipasi dalam pasar global di masa-masa yang akan datang.