ITB dan Kyoto University Gelar Kick Off Meeting SATREPS BRICC
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id–Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Kyoto University (KU) menggelar Kick Off Meeting Program Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (SATREPS) berjudul Building Sustainable System for Resilience and Innovation in Coastal Community (BRICC) pada Selasa (13/9/2022) yang diadakan secara hybrid di Hotel Pullman Thamrin, Jakarta.
SATREPS merupakan program Japan Science and Technology Agency (JST) dan Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk kegiatan riset yang menargetkan isu global dan melibatkan kemitraan antara para peneliti di Jepang dan negara berkembang termasuk Indonesia.
Pada program ini, Pemerintah Jepang melalui Ministry of Foreign Affairs in Japan (MOFA), Japan International Cooperation Agency (JICA), Ministry of Education, Culture, Sports, Science, and Technology (MEXT), Japan Science and Technology Agency (JST), bekerja sama untuk memfasilitasi riset antara peneliti Indonesia dan Jepang yang terkait dengan isu-isu global seperti Environment/Energy, Bio-resources, Disaster Prevention and Mitigation, dan Infectious Diseases Control dalam bentuk hibah riset selama 3-5 tahun.
BRICC merupakan salah satu program SATREPS yang terpilih pada tahun fiskal 2021 dengan Mohammad Farid, Ph.D., dari Pusat Pengembangan Wilayah Pesisir dan Laut (PPWPL) ITB sebagai ketua tim peneliti Indonesia dan Prof. Nobuhito Mori dari Disaster Prevention Research Institute (DPRI) KU sebagai ketua tim peneliti Jepang.
Tim Indonesia melibatkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Universitas Gajah Mada (UGM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Syiah Kuala (USK), Universitas Indonesia (UI), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Udayana (UNUD), Universitas Pattimura (UNPATTI), Institut Teknologi Kalimantan (ITK), dan Kementerian Dalam Negeri (KEMENDAGRI). Sedangkan, tim Jepang melibatkan Tohoku University (TU), Port and Airport Research Institute (PARI), dan Chuo University (CU) serta universitas dan institusi riset lainnya.
Acara Kick Off Meeting SATREPS BRICC dihadiri oleh Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Kepala BMKG, Plt. Deputi Bidang Fasilitas Riset danInovasi BRIN, Deputi Penanganan Darurat BNPB, dan Kepala Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Kementerian PUPR.
Dalam kesempatan ini, Rektor ITB mengapresiasi serta menyambut baik kerja sama riset yang melibatkan berbagai institusi dari Jepang dan Indonesia ini. Rektor menuturkan bahwa Indonesia telah bergabung dalam 22 kerja sama riset melalui Program SATREPS yang dimulai sejak tahun 2008 dan pada tahun 2011, ITB melakukan kerja sama pertama dengan SATREPS. Selama 11 tahun terakhir, ITB telah mengikuti 6 program kerja sama dengan SATREPS, dan Program SATREPS BRICC ini adalah yang pertama dilakukan dengan tema Disaster Prevention and Mitigation.
“Kami percaya bahwa ruang lingkup riset ITB relevan dan sejalan dengan tujuan Program SATREPS ini, yaitu untuk meningkatkan ketangguhan wilayah pesisir berdasarkan riset ilmiah terbaru seperti optimasi instrumen pemantauan, pemodelan, serta desain dan penerapan infrastruktur hijau yang selaras dengan pencegahan bencana, lingkungan, dan ketahanan ekonomi,” ujar Rektor ITB.
Program SATREPS BRICC akan berlangsung selama 5 tahun dimulai dari tahun 2022 sampai dengan tahun 2026. Rektor ITB menyampaikan keyakinannya bahwa Program SATREPS BRICC akan membawa banyak manfaat bagi Indonesia dan tidak hanya akan menjadi langkah untuk memperkuat kerja sama antara Indonesia dan Jepang, tetapi juga untuk membangun ketangguhan di komunitas masyarakat pesisir.