ITB Juara Umum Kompetisi BioTech
Oleh Adhitia Gesar Hanafi
Editor Adhitia Gesar Hanafi
DEPOK, itb.ac.id - ITB berhasil menjadi juara umum setelah meraih peringkat pertama, kedua dan ketiga dalam kejuaran Bio-Tech yang diselenggarakan pada Sabtu sampai Minggu (06-07/09/14). Bio-Tech merupakan sebuah kompetisi paper yang diselenggarakan oleh Society of Bioengineering, Universitas Indonesia (UI) berkaitan dengan kegiatan teknologi bioproses yang ada dalam dunia industri dan kehidupan sehari-hari. Energi, pangan, kesehatan dan limbah menjadi empat subtema yang disuguhkan panitia kompetisi untuk dipilih salah satunya oleh setiap tim.
Kompetisi tersebut diawali dengan pengumpulan abstrak yang harus dikumpulkan oleh setiap tim pada awal bulan Juli. Tim dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia seperti ITB, UI, Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Diponogoro (Undip), dan ITS (Institut Teknologi Sepuluh November), turut serta dalam pengumpulan abstrak. Lebih dari 30 abstrak terkumpul dan melewati proses seleksi yang ketat dari pihak panitia untuk kemudian diumumkan 15 abstrak terbaik. Berbeda dengan kompetisi paper pada umumnya, kompetisi ini mengharuskan 15 tim dengan abstrak terbaik, memuat papernya dalam sebuah blog yang terhubung dengan blog pusat dari pihak panitia. Blog pusat panitia sendiri memuat seluruh paper dari 15 tim dan informasi umum berkaitan dengan kompetisi tersebut. Melalui blog tersebut, pihak luar selain peserta dan panitia dapat membaca dan memberikan komentar mengenai paper yang telah diunggah. Sebagai tahap akhir dalam kompetisi, setiap tim melewati tahapan presentasi paper yang telah disusun dihadapan dewan juri dan undangan yang hadir.
Sebagai juara pertama dalam kompetisi, tim-15 yang beranggotakan empat orang mahasiswa Program Sarjana Teknik Kimia ITB angkatan 2011, yaitu Adinda Ariyanti, Muhammad Ibrahim Aji, Pratama Istiadi, dan Hafizh Insan berhasil menjuarai kompetisi berkat kualitas paper dan presentasi memukau mengenai penggunaan edible film dalam industri pangan. Tim-15 mengulas penggunaan fungal chitosan sebagai bahan dasar pembuatan edible film yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan penggunaan chitosan dari kulit udang sebagai bahan dasar edible film yang dalam pengolahanya menggunakan basa kuat. Edible film merupakan sebuah bahan yang digunakan untuk melapisi bahan pangan seperti buah dan sayur agar tidak cepat membusuk. Edible film digunakan sesaat setelah buah atau sayur dipanen, sehingga aroma, rasa, warna, dan kesegaranya dapat terjaga dengan baik.
Disinggung mengenai motivasi mengikuti kompetisi, Pratama menyatakan bahwa kompetisi tersebut memiliki tema yang sangat luas, sehingga lebih banyak ide yang dapat muncul. Bagi Adinda dan Ibrahim, kompetisi ini merupakan kompetisi pertama mereka. "Saya ingin ikut kompetisi-kompetisi berikutnya. Tugas akhir saya, berkaitan dengan edible film jadi ingin sekalian buat," tutur Aji.
Melalui kompetisi ini, mereka menyatakan bahwa pengalaman semakin bertambah dan kemampuan presentasi terutama dalam Bahasa Inggris menjadi semakin terlatih. Berbeda dengan juara pertama, juara kedua beranggotakan Mustika Mega (Bioengineering 2011), Aditya Putra (Teknik Kimia 2011), Agung Prasdianto (Fisika 2011), dan Yonathan (Elektro 2011) mengangkat pembahasan mengenai biokonversi biodiesel. Sedangkan juara ketiga mengangkat isu lingkungan mengenai pengolahan limbah tekstil di Rancaekek. Juara ketiga beranggotakan Lisna Wahyuni (Rekayasa Pertanian 2012), Fadya Syifa (Bioengineering 2011), Sisca Dewi (Bioengineering 2011), dan Syaripudin (Bioengineering 2011).
Sumber gambar: dokumentasi panitia.