ITB Siap Menuju Perguruan Tinggi Tangguh Bencana
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id —Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di zona tektonik aktif. Berada di posisi ring of fire, membuat Indonesia menjadi negara dengan potensi ancaman bencana alam yang besar. Berbagai bencana telah melanda Indonesia dari tahun ke tahun, seperti gempa lombok tahun 2018 dan gempa di Maluku baru-baru ini.
Belajar dari kejadian-kejadian tersebut, ITB turut aktif mendukung program pemerintah terkait dengan penguatan edukasi, penelitian, dan pengabdian masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana alam. Dalam mendukung program tersebut, ITB menjalin kerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Gedung Rektorat ITB, Ruang Rapim B, pada Jumat (1/11/2019).
“ITB siap menyukseskan semua program yang ada di lingkup BNPB. Dan juga dalam FGD ini diharapkan menjadi komitmen bersama dalam melakukan penanggulangan bencana, tidak hanya di lingkungan ITB tetapi juga di seluruh perguruan tinggi di Indonesia, tentunya dengan bimbingan BNPB,” ujar Rektor ITB Prof.Dr.Ir. Kadarsah Suryadi, DEA., saat memberikan sambutan.
Komitmen ITB dalam mendukung program tangguh bencana bukan tanpa alasan. Saat ini ITB memiliki tiga lokasi multi kampus, serta 20.000 mahasiswa sarjana hingga pascasarjana pertahun dan juga ITB memiliki ribuan aset ilmu pengetahuan dan teknologi yang perlu dilindungi dari bencana alam.
Untuk itulah sejak tahun 2016 ITB merintis upaya-upaya menuju perguruan tinggi tangguh bencana. ITB juga telah menjadi pionir dalam membangun sistem kesehatan, keselamatan, keamanan, dan lingkungan (K3L) di Indonesia. Tidak hanya itu, ITB saat ini juga punya lembaga khusus yang melakukan pengkajian terhadap mitigasi bencanaan, yaitu Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB) yang diketuai oleh Prof. Krishna S. Pribadi.
Bersamaan dengan FGD ini, juga telah dilaunching Program ITB Menuju Perguruan Tinggi Tangguh Bencana yang diresmikan langsung oleh Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA. dan kepala BNPB Letnan Jendral TNI Doni Monardo.
“ITB menjadi motor penggerak bagi seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia dalam bidang kebencanaan. Indonesia 20 tahun terakhir menjadi korban terbanyak No 2 di dunia dalam bencana alam dan tahun ini menjadi No 1 di dunia. Hal ini sebenarnya dapat ditanggulangi karena peristiwa alam tersebut berulang dan dapat dipelajari polanya,” ujar Kepala BNPB Doni Monardo.
Ia menambahkan, bahwa dengan melakukan edukasi kepada masyarakat dan juga dengan penguatan sistem kebencanaan diharapkan dapat meminimalisir korban dari bencana yang terjadi. Menurutnya, BNPB tidak dapat berjalan sendiri, maka untuk itu sangat perlu membuat konsep penta helix yang melakukan kerjasama dengan berbagai stakeholder salah satunya perguruan tinggi dalam hal mitigasi bencana.
Dalam sambutannya tersebut, Doni juga mengharapkan ITB mampu membuat konsep untuk upaya pencegahan kebencanaan yang nantinya dapat diterapkan di seluruh wilayah di Indonesia. “Melihat fenomena seperti ini, harusnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan kebencanaan. Kelalaian kitalah yang selama ini menimbulkan kerugian ekonomi, sosial, dan jiwa,” tambah Doni.
ITB sebagai pionir Perguruan Tinggi Tangguh Bencana ditargetkan dapat terwujud pada tahun 2030, selaras dengan kerangka Internasioanl Sustainable Development Goals 2030 dan juga kerangka kerja untuk pengurangan risiko bencana. Pada 2030 nanti, diharapkan semua gedung di ITB 100 persen tahan terhadap bencana serta keberlanjutan operasional kampus (pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat) bisa terjamin.
Reporter: Deo Fernando (Kewirausahaan, 2021)