Wisuda Kedua ITB Tahun Akademik 2017/2018, Rektor ITB Sampaikan Pentingnya Manajemen Resiko Bencana di Indonesia

Oleh Fivien Nur Savitri, ST, MT

Editor Fivien Nur Savitri, ST, MT


Bandung, itb.ac.id - Puji syukur patut kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, bahwa Institut Teknologi Bandung (ITB) akan melaksanakan Sidang Terbuka Wisuda Kedua Tahun Akademik 2017/2018.

Sidang Terbuka Wisuda akan dilaksanakan dua hari, pada tanggal 6 dan 7 April 2018 di Gedung Sabuga, dengan total wisudawan Program Sarjana sebanyak 567 orang, wisudawan Program Magister sebanyak 793 orang, dan wisudawan Program Doktor sebanyak 74 orang.

Jumat, 6 April 2018 merupakan hari pelaksanaan wisuda bagi Program Magister dan Program Doktor. Selanjutnya di hari kedua, Sabtu, 7 April 2018 akan dilaksanakan wisuda bagi Program Sarjana.
Rektor ITB, Prof. Kadarsah Suryadi dalam pidatonya menyampaikan tentang disaster risk management, atau Manajemen Resiko Bencana di Indonesia. Pengetahuan ini setidaknya penting untuk dimiliki oleh Bangsa Indonesia sebagai masyarakat yang tinggal di suatu kawasan dengan potensi bencana cukup besar.

Berikut kutipan pidato Rektor ITB :

Para wisudawan yang saya banggakan,
Serta hadirin yang saya muliakan,

Bumi yang kita tinggali ini selalu mengalami perubahan. Perubahan ini tidak selalu bisa dirasakan secara langsung oleh kita, kecuali saat perubahan itu berlangsung secara dahsyat dan berdampak besar terhadap peri kehidupan umat manusia. Transformasi jutaan tahun yang lalu telah menghasilkan bentuk muka bumi seperti yang kita pahami saat ini. Pergeseran lempeng bumi yang terjadi merupakan salah satu kekuatan yang mendorong proses transformasi secara menerus tersebut. Pada beberapa kejadian, efek fenomena alam ini mengakibatkan dampak yang sangat besar bagi peri kehidupan manusia. Banyak bencana besar yang terjadi sebagai akibat perubahan ini, misalnya kejadian gempa bumi dan tsunami.

Kita mengenal  Indonesia sebagai sebuah negara yang kaya dengan sumber daya alamnya. Lokasi Indonesia yang berada di cincin api dunia memberikan Indonesia berbagai potensi mulai dari tanahnya yang subur, keindahan bentang alam, hingga sumber daya mineralnya yang melimpah. Akan tetapi, potensi ini juga disertai dengan sejumlah tantangan yang harus kita hadapi. Dilewati oleh tiga lempeng dunia, lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik, telah menjadikan Indonesia sebagai kawasan yang juga memiliki kerawananan yang tinggi terhadap kejadian gempa, tsunami, dan letusan gunung berapi. Hampir sepanjang tahun selalu ada daerah di Indonesia yang mengalami salah satu dari jenis bencana tersebut. Tidak mengherankan jika Indonesia merupakan negara dengan peringkat atas di dunia sebagai Negara yang menghadapi berbagai ancaman kerawanan bencana.

Peristiwa bencana tidak selalu sebagai akibat dari suatu proses perubahan yang alamiah. Pada beberapa peristiwa bencana, manusia juga punya andil besar dalam menciptakan lahirnya bencana tersebut. Kegagalan dan kelalaian manusia dalam mengelola lingkungan dan pemanfaatan teknologi secara aman seringkali juga menjadi penyebab terjadinya bencana yang merugikan kehidupan manusia itu sendiri. Contoh yang paling mudah adalah kabut asap di Pulau Sumatera dan Kalimantan pada tahun 2015 yang berdampak tidak hanya bagi rakyat Indonesia, melainkan juga dirasakan dampaknya oleh negara tetangga kita. Bencana ini telah menimbulkan gangguan serius bagi aktivitas masyarakat, termasuk di dalamnya gangguan sistem transportasi, terhentinya kegiatan sekolah, terhentinya kegiatan ekonomi, serta telah memicu gangguan kesehatan jutaan masyarakat yang terdampak. Selain bencana kebakaran hutan tersebut, banyak kasus lain di mana kegagalan teknologi akibat kelalaian manusia mengakibatkan masyarakat  mengalami kerugian baik materil hingga korban jiwa, misalnya kebocoran pipa gas, kecelakaan lalu-lintas, dll.

Setiap aktivitas yang kita lakukan memiliki kontribusi terhadap perubahan yang ada di bumi tempat tinggal kita ini. Perubahan iklim dunia dan pemanasan global merupakan salah satu bentuk dampak negatif dari aktifitas manusia terhadap sistem atmosferik dunia. Konsentrasi karbon dioksida yang terus meningkat sejak era revolusi industri bersamaan dengan meningkatnya kadar gas metan di udara telah berkontribusi terhadap fenomena pemanasan global. Pemanasan global ini selanjutnya melahirkan fenomena alam El Nino dan La Nina, yang telah ikut mengubah iklim dunia secara umum, termasuk di wilayah Indonesia. 

Dampak dari fenomena perubahan iklim ini yang paling dirasakan oleh masyarakat Indonesia adalah kekeringan, longsor, dan banjir di berbagai daerah.  Curah hujan yang ekstrim merupakan salah satu penyebab alami terjadinya bencana banjir dan longsor. Namun demikian, campur tangan manusia juga seringkali menjadi faktor penting yang menyebabkan bencana ini menjadi sulit untuk diatasi. Sebagai contoh, di beberapa wilayah di Jakarta, di tahun 2018 ini telah lebih dari 150.000 orang yang menderita dan mengungsi akibat bencana banjir yang telah mengakibatkan sekitar 100.000 rumah terendam (bnpb.go.id). Pendangkalan sungai, penebangan hutan tanpa reboisasi, saluran air yang semakin tersumbat akibat pembuangan sampah yang sembarangan, dan daerah resapan air yang semakin terbatas merupakan penyebab timbulnya bencana banjir di berbagai wilayah di Indonesia.  

Fenomena bencana yang berdampak buruk bagi peri kehidupan manusia, khususnya yang terjadi di daerah dengan kepadatan populasi tinggi, merupakan hal yang memerlukan perhatian kita bersama karena berpotensi menimbulkan kerugian jiwa dan materil yang massive. Tidak bisa dipungkiri, bahwa potensi sumber daya bumi seperti tanah yang subur, sumber daya air yang cukup biasanya juga disertai oleh potensi bahaya bencana yang tinggi, contohnya seperti daerah yang berlokasi dekat dengan gunung berapi. Keunggulan alami inilah yang seringkali menarik manusia untuk tinggal di area tersebut, tanpa menyadari tingginya potensi bencana yang dapat terjadi setiap saat. Pola pengambilan keputusan lokasi aktivitas manusia seperti ini telah menciptakan tingginya  jumlah populasi penduduk di Indonesia yang tinggal di daerah dengan kerawanan bencana cukup tinggi. Kondisi ini telah menciptakan satu tantangan tersendiri dalam usaha meminimalkan risiko akibat bencana.

Segenap wisudawan yang saya banggakan,
Para undangan dan tamu yang saya muliakan,
Hadirin yang saya hormati,

Menyadari potensi kerawanan bencana alam yang kita hadapi ini, negara Indonesia tidaklah tinggal diam. Bersama dengan negara-negara lain di dunia, Indonesia telah menandatangani berbagai agenda internasional dalam usaha mengurangi risiko bencana di Indonesia. Sendai Framework 2015-2030 (SFDRR) merupakan salah satu dasar yang digunakan oleh Indonesia untuk dikaitkan di dalam manajemen bencana pada pembangunan dan pengembangan wilayah Indonesia. 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebagai lembaga utama pemerintah yang merencanakan dan mengatur koordinasi dalam upaya pengurangan risiko bencana dan reaksi tanggap darurat telah menyusun dan melaksanakan berbagai program. Mulai dari penetapan undang-undang terkait bencana, kebijakan terkait, hingga pengarusutamaan kesadaran pentingnya mitigasi bencana dalam kehidupan bermasyarakat, melalui koordinasi dengan lembaga dan kementerian lainnya.

Tidak hanya Pemerintah Pusat, komunitas di tingkat regional dan lokal, dan juga organisasi internasional telah mencoba berbagai usaha penanggulangan bencana di Indonesia. Hal ini terlihat dari keterlibatan aktif semua pihak pada tahap pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, situasi darurat, dan pemulihan. Kolaborasi dari berbagai kalangan untuk mengatasi setiap tantangan yang ada pada tiap tahapan merupakan hal yang dibangun dan diperkuat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi kejadian bencana.

Profil wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.000 pulau, melahirkan tantangan tersendiri yang perlu kita sikapi dalam usaha untuk mewujudkan pembangunan dan pengembangan wilayah yang aman dan berbasis manajemen mitigasi bencana yang baik. Kapasitas pemerintah daerah setempat dalam upaya mitigasi bencana menjadi hal yang penting untuk memperkuat kesiapsiagaan di tingkat daerah. Dalam hal ini, Pemerintah telah mengembangkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDP) di berbagai kabupaten/kota di Indonesia, khususnya di daerah yang memiliki kerawanan bencana tinggi. Namun demikian,  pelaksanaan fungsi BPDP ini akan lebih efektif lagi melalui dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak, khususnya partisipasi masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat yang berada di kawasan tersebut. 

Menyadari hal itu, pendekatan-pendekatan baru terus dikembangkan dan diterapkan untuk mengantisipasi dan mengatasi ancaman bencana yang ada di wilayah Indonesia, diantaranya melalui penggunaan wewenang dan penganggaran di tingkat desa. Beberapa di desa di Indonesia, baik di pulau Jawa maupun daerah lainnya telah menerapkan konsep perencanaan pembangunan yang mengakomodasikan aspek pengelolaan risiko bencana. Pembuatan analisis ancaman, kerentanan, dan rencana aksi serta rencana kontijensi pada tingkat desa merupakan salah satu bentuk konsep manajemen pengelolaan risiko bencana berbasis masyarakat. 

Tidak hanya itu, peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat juga merupakan elemen penting dalam upayamitigasi bencana ini. Kita menyadari bahwa pendidikan serta akses terhadap informasi adalah bagian penting dalam kehidupan masyarakat dewasa ini. Kesadaran dan pengetahuan tentang kebencanaan dan upaya meminimalkan resikonya perlu ditanamkan kepada masyarakat sejak usia dini. Program safe school atau sekolah aman bencana adalah salah satu usaha pemerintah untuk membangun pengetahuan dan kesadaran masyarakat sejak masih kanak-kanak. 

Indonesia mencatat terjadinya sejumlah bencana alam dengan korban yang cukup banyak, diantaranya bencana tsunami di Aceh pada tahun 2004, dengan korban mencapai lebih dari 200.000 ribu jiwa.  Untuk meminimalkan kerugian materil dan korban jiwa dari sebuah peristiwa bencana, diperlukan tahap tanggap darurat dan pemulihan. Tahapan ini merupakan aspek penting untuk membangun ketangguhan kita dalam menghadapi perisyiwa bencana. Dalam proses tanggap darurat dan pemulihan ini dikembangkan dengan memadukan seluruh potensi kekuatan yang ada baik kekuatan lokal, nasional, bahkan bantuan dari masyarakat internasional. Kunci ketangguhan dalam tingkat respon tanggap darurat dan pemulihan ini adalah koordinasi yang baik agar semua potensi bantuan dapat dikonsolidasikan secara efektif dan efisien.

Segenap wisudawan yang saya banggakan,
Para undangan dan tamu yang saya muliakan,
Hadirin yang saya hormati,

Untuk mendukung tercapainya kemandirian dalam upaya penanggulangan bencana di Negara kita, ITB sebagai salah satu center of excellent berbagai riset yang terkait dengan upaya penanganan bencana, telah dan akan terus berupaya untuk mengembangkan pengetahuan, teknologi, serta rancangan kebijakan dalam rangka mengurangi risiko bencana yang ada di negara kita. ITB telah banyak terlibat di dalam berbagai diskusi tentang pengembangan konsep dan sistem manajemen penanganan bencana di Indonesia. Para  peneliti ITB telah banyak mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak baik tingkat nasional maupun internasional untuk terus mengkaji kebijakan, strategi, serta teknologi dalam upaya pengurangan risiko bencana.

ITB memiliki Pusat Penelitian Mitigasi Bencana dengan berbagai program penelitian terkait topik kebencanaan. Program riset terkait mitigasi bencana yang telah dikembangkan oleh para peneliti ITB diantaranya aplikasi bernama FEWEAS (Flood Early Warning and Early Action System). Aplikasi berbasis web, android/iOS dan SMS (Short Message Service) ini, untuk mengantisipasi bencana banjir di beberapa wilayah sekitar Daerah Aliran Sungai Citarum, dan juga Bengawan Solo. FEWEAS merupakan hasil karya bersama para pakar ITB yang diketuai oleh  Dr. Armi Susandi, dari Kelompok Keahlian Sains Atmosfer Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian dengan didukung oleh International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC), Palang Merah Indonesia (PMI), Zurich Insurance Indonesia, Perum Jasa Tirta II, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (PUSAIR) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). 

Program riset lainnya adalah Sistem Informasi Cuaca Eksperimental yang dikembangkan oleh Kelompok Keahlian Sains Atmosfer, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, yang dipimpin oleh Dr. Nurjanna Joko Trilaksono. Sistem Informasi Cuaca berupa portal weather-dot-meteo ini, merupakan satu-satunya yang dibuat oleh Universitas di Asia Tenggara. Portal ini merupakan ‘etalase’ dari penerapan cuaca ‘state of the art’ yang memadukan komputasi kinerja tinggi dan model prediksi cuaca mutakhir. Produk portal ini didukung oleh komunitas siaga banjir, TEIN2 Project, MAIPARK, dan Kyoto University.

Riset lainya dikembangkan oleh pakar ITB dari Kelompok Keahlian Sains dan Sistem Kerekayasaan Wilayah Pesisir dan Laut Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, di bawah coordinator Dr. Ir. Irdam Adil, M.T., yang telah mengembangkan Protype Sistem Peringatan Dini Tanah Longsor. Sistem ini menggunakan sensor pendulum yang dipengaruhi oleh gaya tarik gravitasi, sehingga pendulum yang berubah akan memicu kontak untuk menyalakan sirine sebagai peringatan awal akan terjadinya bahaya tanah longsor kepada masyarakat sekitarnya. 

Selanjutnya Program Riset ITB yang mengembangkan peralatan pendeteksi petir yang disebut Early Warning Lighting Detection dari Kelompok Keahlian Ketenagalistrikan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), di bawah pimpinan Ir. Syarif Hidayat MT,Ph.D. Alarm akan muncul apabila awan berpotensi mengeluarkan petir dari pengukuran medan listrik statis dengan radius 2 Km. 

Kemudian ada Program riset Sistem Radar Cuaca Nasional yang dikembangkan Kelompok Keahlian Teknik Telekomunikasi STEI ITB, dipimpin oleh Dr. Ir. Muhammad Ridwan Effendi,MA. Sc., dkk, bersama PT. Inti dan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika). Sistem yang digunakan untuk mendeteksi karakteristik cuaca ini pada tahapan proses mendapatkan sertifikasi, dan bila berhasil, akan menjadi sistem radar cuaca yang pertama kali dibuat oleh anak bangsa Indonesia. Sistem radar cuaca nasional ini diyakini dapat menghemat pengeluaran negara dibandingkan harus mengadakan peralatan yang serupa dari luar negeri termasuk biaya mendatangkan tenaga ahlinya.

Dan masih ada beberapa penelitian ITB untuk mitigasi bencana, seperti Pemutahiran Peta Sumber dan Bahaya Gempa Nasional 2017, Pembuatan SNI tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung, Pengembangan Peta Nasional Nilai Vs30, Pengembangan Ekstensometer Digital untuk Deteksi Pergerakan Tanah, Sistem Instrumentasi Pembangkit Gelombang Untuk Kalibrasi Sistem Pengukur Tinggi Muka Air, Kajian Seismik di Indonesia, Management Bencana, Analysis Peran Stakeholder, Analisis Potensi Gempabumi Dan Stress Heterogeneity di Indonesia dengan menggunakan data Geodetik, Kajian Tempat Evakuasi Tsunami, Kajian Integrasi Pengurangan Risiko Bencana Gempa Dan Tsunami Dalam Tata Ruang, Pemodelan Debris Flow di Indonesia, Pencitraan Tomografi Struktur Internal Gunungapi Dengan Resolusi Tinggi, Penguatan Sistem Peringatan Dini Tsunami INA-TEWS, Pemodelan Reedman Tsunami dan Analysis Jalur Evakuasi Tsunami, dan masih ada beberapa riset dan kajian serta beberapa kegiatan pengabdian kepada masyarakat seperti penguatan kapasitas Forum Perguruan Tinggi-Pengurangan Risiko Bencana di 8 Provinsi di Indonesia, ASEAN Youth Volunteer Program, Pengembangan ITB sebagai Kampus Tangguh Bencana, Penyusunan Modul Kebencanaan, serta berbagai kegiatan sosialisasi dan penguatan kapasitas sekolah dan komunitas dalam membangun Sekolah Tangguh Bencana dan Komunitas Tangguh Bencana di Indonesia.

Segenap wisudawan yang saya banggakan,
Para undangan dan tamu yang saya muliakan,
Hadirin yang saya hormati,

Saya ingin mengingatkan bahwa kini para wisudawan telah menjadi alumni ITB. Menjadi alumni tidak berarti terputusnya hubungan anda dengan ITB. Sangat diharapkan silahturahmi kita tetap terjaga dan terjalin dengan erat untuk kebaikan kedua belah pihak. Prestasi alumni adalah prestasi ITB, begitupula sebaliknya, prestasi ITB adalah kebanggaan alumni. Ketika anda berkiprah di dunia nyata, di dunia kerja, dalam masyarakat, saya titip hendaklah anda juga berperan sebagai penghubung antara lingkungan anda dan Almamater tercinta ini. Marilah kita kembangkan kerjasama yang baik di antara kita agar dapat bersama-sama berbakti bagi bangsa dan negara dan mensejahterakan masyarakat Indonesia dan dunia. 


Terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi di ITB selama ini baik institusi pemerintah, swasta, lembaga maupun individu, sehingga proses tersebut dapat berjalan dengan baik. Sekali lagi selamat kepada para wisudawan dan keluarga, semoga Allah Yang Maha Pengasih terus membimbing dan melindungi kita semua dalam menjalankan amanah yang kita terima.

Wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA.
Rektor ITB

Dokumentasi : 
Peta Kejadian Gempa M> 5.0 (1900-2009)