Jadikan Hijau Sebagai Filosofi Hidup untuk Kehidupan Bumi yang Lebih Baik
Oleh kikywikantari
Editor kikywikantari


Gaya hidup hijau itu sebenarnya dilatarbelakangi oleh lokasi tempat tinggal. Sebagai contohnya, bila seseorang tinggal di daerah yang padat penduduk, seperti di Kota Jakarta, sebaiknya memilih untuk tinggal di townhouse atau apartemen daripada membuka lahan baru untuk membangun rumah yang malah akan membuat lahan terbuka hijau semakin berkurang.
Beliau berbagi pengalamannya dalam memperbaiki wajah kota Bandung secara bertahap, dimulai dari sebuah kampung kecil di daerah selatan kota Bandung. Diceritakan bagaimana beliau dan tim nya mampu membuat sebuah kampung kecil di bantaran Sungai Cikapundung itu berubah citra, dari sebuah kampung kecil yang kumuh menjadi kampung yang ceria dan penuh warna.
Strategi yang dibuatnya berupa penandatanganan kontrak kerjasama antara penduduk sekitar dengan timnya. Di kampung tersebut akan dibangun sebuah area bermain anak-anak beserta fasilitas-fasilitasnya, namun para orangtua terlebih dahulu harus menandatangani surat perjanjian antara lain untuk tidak membuang sampah ke bantaran Sungai Cikapundung. Selain itu, diadakan pula pengecatan pojok-pojok tiap blok di dalam kampung dengan cat dinding dan mural yang berwarna-warni sesuai dengan kesepakatan penduduk tiap blok.''Perubahan itu tidak bisa datang dengan sendirinya, namun perubahan itu harus dijemput'', pesan Ridwan Kamil pada peserta seminar.
Pada akhir seminar, diadakan kuis menarik berhadiah. Peserta seminar ditantang untuk membuat rancangan Rumah Apung Impian masing-masing dalam waktu 15 menit. Pemenangnya adalah Randy Abimanyu (AR'06) dan Marisa Purnamarini (AR'07) yang dinilai berhasil mempresentasikan rumah apung impian mereka dengan konsep hijau. Sekali lagi, di akhir acara, beliau menghimbau untuk menjadikan ''Hijau'' sebagai filosofi hidup karena dengan menjadikannya filosofi hidup, maka hidup kita akan senantiasa mematuhi prinsip dan komitmen yang ramah lingkungan seperti yang telah kita niatkan di awal.
Beliau berbagi pengalamannya dalam memperbaiki wajah kota Bandung secara bertahap, dimulai dari sebuah kampung kecil di daerah selatan kota Bandung. Diceritakan bagaimana beliau dan tim nya mampu membuat sebuah kampung kecil di bantaran Sungai Cikapundung itu berubah citra, dari sebuah kampung kecil yang kumuh menjadi kampung yang ceria dan penuh warna.
Strategi yang dibuatnya berupa penandatanganan kontrak kerjasama antara penduduk sekitar dengan timnya. Di kampung tersebut akan dibangun sebuah area bermain anak-anak beserta fasilitas-fasilitasnya, namun para orangtua terlebih dahulu harus menandatangani surat perjanjian antara lain untuk tidak membuang sampah ke bantaran Sungai Cikapundung. Selain itu, diadakan pula pengecatan pojok-pojok tiap blok di dalam kampung dengan cat dinding dan mural yang berwarna-warni sesuai dengan kesepakatan penduduk tiap blok.''Perubahan itu tidak bisa datang dengan sendirinya, namun perubahan itu harus dijemput'', pesan Ridwan Kamil pada peserta seminar.
Pada akhir seminar, diadakan kuis menarik berhadiah. Peserta seminar ditantang untuk membuat rancangan Rumah Apung Impian masing-masing dalam waktu 15 menit. Pemenangnya adalah Randy Abimanyu (AR'06) dan Marisa Purnamarini (AR'07) yang dinilai berhasil mempresentasikan rumah apung impian mereka dengan konsep hijau. Sekali lagi, di akhir acara, beliau menghimbau untuk menjadikan ''Hijau'' sebagai filosofi hidup karena dengan menjadikannya filosofi hidup, maka hidup kita akan senantiasa mematuhi prinsip dan komitmen yang ramah lingkungan seperti yang telah kita niatkan di awal.