Juarai Kompetisi Desain Pelabuhan, Mahasiswa ITB: Banyak Bersyukur Kuliah di ITB

Oleh Anin Ayu Mahmudah

Editor Anin Ayu Mahmudah

National Conference of Civil Engineering

BANDUNG, itb.ac.id – Mencetak prestasi rasanya bukan hanya semangat milik mahasiswa-mahasiswa tingkat menengah yang sedang banyak berkiprah di program kerja organisasi maupun pencapaian akademik, namun juga masih terus diupayakan oleh mahasiswa tingkat akhir. Salah satunya tim mahasiswa ITB dari Program Studi Teknik Kelautan yang beranggotakan Tiya Devi Pratiwi, Ida Yenny B. Galingging, dan Nelwan Deo Fridolin (Teknik Kelautan 2013). Di tengah kesibukan pengerjaan tugas akhir, ketiga mahasiswa yang tergabung dalam tim bernama “Tim Sawunggaling” ini masih menyempatkan diri mengikuti rangkaian seminar nasional dan lomba bertajuk “” yang digelar oleh Institut Teknologi Kalimantan (ITK) pada Selasa-Kamis (2-4/05/17) lalu.

National Conference of Civil Engineering

National Conference of Civil Engineering merupakan gelaran konferensi sekaligus lomba desain pelabuhan dengan studi kasus pelabuhan di Balikpapan tepatnya di kawasan pesisir bernama Kampung Baru. Tema yang diusung berjudul “Mengangkat Potensi Daerah Pesisir” ini dilatar belakangi oleh pembangunan jalur Kereta Api Borneo di kawasan tersebut. Pembangunan Kereta Api Borneo ini merupakan tindak lanjut dari susahnya akses jalan di Kalimantan. “Saking minimnya akses jalan di sini, masyarakat yang hendak bepergian dari Kalimantan Timur ke Kalimantan Barat saja harus menaiki pesawat yang transitnya ke Surabaya atau bahkan Jakarta, nggak bisa langsung,” ungkap Tiya.

Sehingga melalui ajang ini, diharapkan akan terhimpun banyak gagasan dari para pemuda di seluruh Indonesia untuk ikut serta memikirkan pembangunan sarana transportasi melalui rancangan desain pelabuhan yang memadai dan mampu meningkakan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut.

Daerah pesisir Kampung Baru sendiri memiliki 2 pelabuhan yang aktif beroperasi yaitu pelabuhan milik Pelindo dan pelabuhan rakyat atau yang lebih dikenal sebagai Pelabuhan “Klotok”, yang difungsikan sebagai sarana transportasi masyarakat. “Jadi kami kan disuruh membuat latar belakang, nah di latar belakang itu kami harus menentukan pelabuhan mana yang hendak kami rancang beserta alasannya. Karena temanya mengangkat potensi daerah pesisir jadi kami memilih Pelabuhan “Klotok” itu sebagai studi kasus desain pelabuhan kami. Soalnya sebagai pelabuhan transportasi, keamanannya masih kurang dan kondisinya masih memprihatikan,” ungkap Tiya.

Benar saja, berkat pengkajian yang tepat dalam memilih lokasi untuk selanjutnya dilakukan desain pelabuhan dengan pekerjaan utama yaitu desain dermaga pelabuhan, Tim Sawunggaling berhasil mendapat penilaian baik dari dewan juri dan menggondol juara pertama. Ditanya mengenai kesiapan lomba, tim ini mengaku bahwa awalnya cukup minder karena tim-tim dari universitas lain tampak lebih siap dari mereka dilihat dari tampilan proposal yang full design serta video animasi yang menurut mereka jauh lebih bagus. Tetapi setelah melihat sesi presentasi, ternyata ketepatan latar belakang pemilihan lokasi yang Tim Sawunggaling lakukan justru telah mendulang banyak poin bagi tim mereka, meskipun dengan proposal dan video animasi yang lebih sederhana.

Pengorbanan dan Pelajaran yang Diambil

Kemenangan Tim Sawunggaling tentu tidak diraih dengan mudah. Banyak pengorbanan yang telah anggota tim lakukan mulai dari berkorban waktu dalam mengerjakan Tugas Akhir bahkan Tugas Besar dari mata kuliah wajib yang harus mereka ambil di semester 8. “Awalnya emang kita sering belajar dan ngerjain TA bareng, trus Ida ngeshare info lomba ini. Yaudah karena tubes kita juga sekelompok jadi kita ikut aja ini sekalian bareng-bareng,” ujar Tiya.

Bagi Ida yang baru kali pertama mengikuti lomba, ia mengaku bahwa mereka memang banyak menghadapi kesulitan saat mengikuti lomba ini. “Saya merasa bahwa kami ini banyak keos, mana kita masih harus ngejar deadline tubes, apalagi deadline seminar untuk lulus Juli, sedangkan aku sendiri belum beres TA nya. Tapi karena aku merasa udah banyak banget yang kami korbankan untuk lomba ini, aku jadi malah makin optimis untuk menang dibanding yang lain. Meskipun menguras banyak waktu dan pikiran, tapi aku seneng kok jadi belajar software baru soalnya aku yang bertugas membuat video animasi,” ungkap Ida.

Nelwan juga mengungkapkan banyaknya rintangan yang ia dan timnya hadapi, mulai dari kurang tidur sampai mengerjakan Tugas Akhir di pesawat pun ternyata sudah tim ini lakoni. “Karena kami ngejar lulus Juli dan deadline seminar sudah dekat, kami sampai meluangkan waktu untuk mengerjakan TA di bandara dan bahkan di pesawat,” terang Nelwan.

Di akhir wawancara, Tiya menceritakan banyaknya hal yang mereka dapat dari lomba ini. “Disamping hal-hal seperti teman baru dan pengalaman baru, kami jadi tahu bahwa sebagai mahasiswa ITB kita harusnya bisa lebih bersyukur. Fasilitas di ITB sudah jauh lebih lengkap daripada di sana, akses jalan juga gampang. Mereka bahkan harus lewat hutan-hutan loh untuk sampai ke kampus,” ungkap Tiya. Di samping itu, tim ini juga mendesain pelabuhan dengan tidak mengganggu kegiatan yang sudah menjadi mata pencaharian masyarakat di sana. “Mari kita membangun Indonesia, tapi jangan membunuh mata pencaharian masyarakat yang sudah lebih dulu tinggal di sana,” tutup Nelwan.