Kasmawati, Penerima Bidik Misi: Kesulitan Ekonomi Bukanlah Penghalang

Oleh Mega Liani Putri

Editor Mega Liani Putri

BANDUNG, itb.ac.id - Ada dua jalur yang bisa ditempuh untuk bisa berkuliah di ITB. Pertama adalah Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan kedua adalah Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Setiap lulusan SMA yang berhasil  melewati dua seleksi ini pun akan mendapatkan haknya untuk salah satu bangku di ITB. Semua calon mahasiswa ITB hanya perlu mengikuti prosedur pendaftaran ulang sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Untuk para calon mahasiswa ITB, berikut adalah ulasan cerita menarik dan inspiratif dituliskan oleh Kasmawati (Teknik Kimia 2012) tentang usahanya mencapai cita berkuliah di ITB.

"Kesulitan ekonomi bukanlah halangan untuk terus belajar. Apalagi jika kau memiliki orang-orang yang selalu mendukungmu. Pernyataan ini sungguh benar adanya. Aku berani mengatakannya karena hal itu sudah terjadi padaku," tutur Kasmawati.

Perjuangan Sedari Dini

Kaswamati adalah gadis kelahiran Ujung Tanjung, 17 Desember 1993. Terlahir di keluarga yang sederhana, Kasmawati harus berjuang lebih keras dari teman-teman sebayanya. Ayahnya sudah meninggal dunia sejak ia kelas 2 SD. Ibunya yang harus bekerja untuk menopang kehidupan keluarga. Penghasilan ibunya pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari. Karna itu, Kasmawati tidak pernah mendapatkan uang jajan.

Untuk jajan sehari-hari, Kasmawati bekerja serabutan mulai dari menjadi tukang cuci piring di warung hingga tukang setrika pakaian. Beruntungnya Kasmawati, ia menempuh pendidikan di sekolah-sekolah yang tidak memungut biaya. Di SDN 008 Ujung Tanjung dan MTsN Ujung Tanjung ada kebijakan menggratiskan SPP untuk siswa yatim. Kasmawati pun selanjutnya menempuh pendidikan di MAN Insan Cendikia Serpong yang memberikan beasisa 100% gratis kepada seluruh siswanya.

Diminta Membatalkan Niat Kuliah ke ITB

Setelah diterima di ITB, Kasmawati pun harus menemui rintangan dari pihak keluarga. Paman dan Bibi Kasmawati memintanya untuk mengurungkan niat kuliah ke ITB karena kondisi ekonomi keluarga dan kondisi ibunya yang sudah tua. Kasmawati sebenarnya sudah punya solusi untuk itu karena ia sudah mendapatkan beasiswa Bidik Misi. Namun, pihak keluarga masih saja mengkhawatirkannya bila harus merantau. Kondisi semakin memburuk ketika ia tidak memiliki uang untuk berangkat ke Bandung sedangkan ia harus mendaftar ulang.

Terungkap di judul ceritanya, "Orang-Orang di Sekitarmu Aset Kesuksesanmu", Kasmawati pun bercerita ke guru BP-nya di MAN Insan Cendikia. Tidak hanya menenangkan Kasmawati, gurunya pun kemudian turut membantu mengumpulkan dana agar Kasmawati bisa berangkat ke Bandung. "Hingga hari ini aku selalu bersyukur jika mengingat hal itu, Aku berterima kasih kepada Tuhan, keluarga, guru-guru, dan semua yang selalu mendukungku," ungkap Kasmawati di dalam tulisannya.

Belajar Menjadi Technopreneur di HIMATEK

Kini Kasmawati sudah menempuh tahun akhir di program studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Industri ITB. Kembali, ia menemukan lingkungan yang mendukungnya untuk berkembang dan tumbuh menjadi orang yang bermanfaat bagi orang banyak. Kini, ia bercita-cita menjadi seorang technopreneur, seorang wirausaha yang bergerak di bidang teknologi. Ia bergabung di Technopreneur Club Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK). Ia tidak hanya ingin bekerja kelak, namun juga menyediakan laangan kerja demi kemajuan ekonomi negara.

Cerita ini disadur dari buku "Mimpi Anak Negeri" diterbitkan oleh Forum Bidik Misi ITB. Buku tersebut tidak dikomersilkan dan direncanakan akan disebarluaskan lewat paguyuban daerah mahasiswa ITB.

Ilustrasi: kabarkampus.com