Kiat Sukses SITH Mendukung Pemeringkatan ITB dalam Subjek Agriculture and Forestry
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
JATINANGOR, itb.ac.id — QS World University Rankings baru-baru ini merilis hasil pemeringkatan tahun 2023. Institut Teknologi Bandung (ITB) memperoleh hasil yang menggembirakan dengan menduduki peringkat ke-235 secara global, naik 68 peringkat dari tahun sebelumnya. Secara lokal, ITB juga meraih peringkat kedua di Indonesia, meningkat dari peringkat ketiga sebelumnya, dengan skor keseluruhan 39.5.
Salah satu hal yang menarik adalah pencapaian ITB dalam bidang pertanian dan kehutanan. Meskipun program studi terkait, yaitu Rekayasa Pertanian dan Rekayasa Kehutanan yang berada di bawah Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB, masih berusia kurang dari 15 tahun. ITB berhasil meraih peringkat keempat secara lokal dalam pemeringkatan narrow subject areas agriculture and forestry, menunjukkan potensi yang besar dalam bidang ini.
Terdapat sejumlah kriteria yang dinilai untuk menentukan pemeringkatan tersebut dengan metode penilaian oleh QS WUR di antaranya yaitu kriteria academic reputation, employer reputation, faculty student, citation per faculty, international faculty, international student, employment outcomes, dan international research network.
Perlu diketahui bahwa SITH merupakan salah satu dari 12 fakultas/sekolah yang ada di ITB. Dalam wawancara dengan Dekan SITH ITB, Prof. Endah Sulistyawati, Ph.D., beliau berbagi kiat-kiat yang dilakukan oleh SITH untuk mendukung pencapaian prestasi ini.
Menurut Prof. Endah, kesuksesan ini adalah hasil dari kolaborasi antarprodi dan fakultas/sekolah di ITB yang telah memberikan kontribusi dalam penelitian dan pengembangan di bidang pertanian dan kehutanan.
"Bukan hanya peran dari SITH saja, tetapi juga melibatkan prodi-prodi dan fakultas lain, baik dari Dosen SITH maupun Dosen ITB yang terlibat dalam bidang tersebut," jelas Prof. Endah kepada Reporter Humas ITB belum lama ini.
Dalam konteks prodi rekayasa di SITH, Prof. Endah menekankan bahwa prodi-prodi tersebut tidak dibangun dari nol. Sebelumnya, SITH telah memiliki prodi-prodi yang telah menjalankan praktik dan budaya mengajar yang berkualitas. SITH juga memiliki rekam jejak yang panjang mengenai penelitian yang terkait dengan pertanian dan kehutanan.
“Akademik atmosfer di kita ini bagus, ada kebiasaan-kebiasaan yang sudah baik, sehingga pada saat prodi baru itu muncul di ITB, dia absorp itu,” terang Prof. Endah.
Prodi Rekayasa Pertanian dan Rekayasa Kehutanan di ITB meneruskan keunggulan ilmu sains yang telah ada sebelumnya dan mengintegrasikannya dengan perspektif teknik. Hal ini menjadi kekuatan dalam kurikulum fakultas dan melengkapi program studi lain yang ada di Indonesia dengan menggabungkan kedua subjek tersebut.
“Rangking itu sebetulnya outcomes ya, yang Bu Rektor itu selalu tekankan ya kita itu harus punya budaya ilmiah unggul,” ungkap Prof. Endah.
Budaya ilmiah unggul menekankan setiap penelitian yang dilakukan harus dirancang dengan baik agar dapat dipublikasikan dengan baik dan memiliki dampak yang signifikan. SITH juga berfokus pada pengembangan proses pendidikan yang baik, melibatkan mahasiswa secara aktif dalam penelitian, dan melibatkan dosen-dosen muda dalam kegiatan penulisan riset.
Prof. Endah juga menyoroti pentingnya reputasi pengajar dalam mempengaruhi kualitas lulusan. Proses pendidikan yang baik membawa dampak positif pada kinerja alumni. Kualitas lulusan menjadi faktor penting dalam meningkatkan nama SITH, terutama program studi yang masih kurang dikenal.
Prestasi yang diraih oleh alumni merupakan bukti yang nyata akan kualitas pendidikan yang diberikan di ITB. Perhatian yang besar diberikan terhadap kinerja alumni sebagai bentuk komitmen untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu memberikan kontribusi dalam bidang pertanian dan kehutanan.
Dalam upaya mendukung penelitian di bidang Pertanian dan Kehutanan, ITB memberikan fasilitas yang memadai. Program hibah penelitian yang disediakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB menjadi salah satu sumber dana yang sangat membantu bagi para peneliti. Selain itu, Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Inovasi (PPMI) ITB di setiap fakultas juga berperan penting dalam mengelola hibah-hibah penelitian.
SITH juga menyelenggarakan kegiatan seperti "Writing Camp" bagi para dosen dan peneliti. Kegiatan ini memberikan waktu khusus bagi mereka untuk menulis dan mendiskusikan penelitian, terutama bagi dosen-dosen muda yang sedang memulai karir akademiknya.
Dalam era digital, Prof. Endah menekankan pentingnya meningkatkan visibilitas SITH. Melalui media sosial dan berbagai platform komunikasi lainnya, SITH berupaya untuk menyebarkan informasi tentang penelitian yang dilakukan oleh para dosen dan prestasi yang dicapai oleh mahasiswa. Hal ini bertujuan agar masyarakat lebih mengetahui kontribusi yang dilakukan oleh SITH. Strategi ini juga menjadi cara SITH mengapresiasi prestasi dari dosen maupun mahasiswa.
Prof. Endah juga menyoroti pentingnya kolaborasi dengan pihak eksternal, terutama perusahaan-perusahaan bioindustri. Kolaborasi ini memungkinkan SITH untuk mengarahkan penelitian yang dilakukan sehingga dapat membantu menyelesaikan masalah industri. SITH ITB berusaha menjadikan industri sebagai tempat praktik yang menghadirkan skala yang lebih besar, sementara universitas menjadi tempat untuk melakukan penelitian industri.
Di samping itu, sistem pendidikan di ITB juga menjadi faktor pendukung dalam mencapai hasil yang baik. Prof. Endah menjelaskan bahwa ITB memiliki sistem yang terstruktur dan akuntabel, dengan fasilitas seperti Edunex dan SiX yang memudahkan proses akademik, salah satunya yaitu kemudahan mengambil mata kuliah di luar program studi. “Kita punya eduroam itu, it’s a luxury,” tutur Prof. Endah
Perlu diketahui, eduroam (roaming pendidikan) merupakan layanan akses jaringan internasional bagi peneliti, pengajar, dan mahasiswa di bidang penelitian, pendidikan tinggi, dan pendidikan lanjutan. Dengan otentikasi yang dilakukan oleh institusi asal, pengguna dapat dengan nyaman mengakses jaringan saat mereka mengunjungi institusi lain, tanpa perlu membayar biaya tambahan.
Sehingga, apabila mahasiswa ITB berkunjung baik ke dalam maupun luar negeri pada kampus yang juga menggunakan eduroam, mahasiswa dapat mengaksesnya dengan log in menggunakan akun INA seperti menggunakan eduroam di kampus ITB. Fasilitas ini telah berlangsung lama di ITB dan telah terbukti efektif dalam mendukung kegiatan akademik.
Mengakhiri wawancara tersebut, Prof. Endah menyampaikan harapannya bahwa SITH ITB berharap dapat terus berkontribusi dalam pembangunan di Indonesia, serta melahirkan lulusan yang berkualitas dan siap beradaptasi dengan perkembangan terkini.
Reporter: Ardiansyah Satria Aradhana (Rekayasa Pertanian, 2020)
Foto: Sunarko, SITH ITB