Kolaborasi Interdisiplin: Lokakarya Seni dan Sains “Antero Mikro"
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb. ac. id-- Seni dan sains merupakan dua bidang ilmu yang dapat disatukan dalam kolaborasi interdisiplin. Lokus foundation merupakan forum untuk mengembangkan, memfasilitasi, dan membuat karya kolaboratif antara seni, sains, dan teknologi yang mendukung keberlanjutan.
Pada September - Oktober 2022, Lokus foundation menyelenggarakan pameran bernama Membelah Menyatu dan simposium perdana di Galeri Soemardja Institut Teknologi Bandung yang ditutup dengan kegiatan lokakarya “Antero Mikro”.
Lokakarya yang mengangkat topik “Capturing Micro-movements Through Video Art” diselenggarakan pada 11, 12, dan 14 Oktober 2022 yang bertujuan untuk memperkenalkan masyarakat tentang sains melalui visualisasi seni. Lokakarya ini menjalin kerja sama dengan himpunan mahasiswa mikrobiologi dan seni rupa ITB, HIMAMIKRO “Archaea” ITB dan Visual Art Student Aggregate (VASA) ITB.
Lokakarya ini terbuka untuk umum sehingga pesertanya terdiri dari berbagai jurusan dan kampus. Hari pertama dimulai dengan pembuatan dan pengamatan preparat serta pengambilan footage video reaksi mikroorganisme yang diobservasi dengan menggunakan mikroskop. Peserta lokakarya dibebaskan untuk membawa berbagai macam sampel untuk diamati seperti makanan, minuman, debu, ataupun air liur. Terdapat juga kultur bakteri dan jamur yang telah disediakan dalam cawan petri. Selanjutnya sampel akan dibuat menjadi preparat untuk diamati menggunakan mikroskop.
Pembuatan preparat juga dilakukan dengan metode pewarnaan untuk memvisualisasikan sel-sel mikroskopik agar menjadi berwarna dan teramati di bawah mikroskop. Mikroskop digunakan untuk mengamati objek mikroskopis seperti mikroorganisme, mulai dari bentuk, ukuran, hingga pergerakannya. Pengamatan menggunakan mikroskop ini dihubungkan dengan kamera untuk dokumentasi dan pengambilan footage.
Pada hari kedua, selain dilanjutkan dengan pembuatan preparat, dilakukan pengambilan footage video dengan menggunakan green screen dan green suit. Sebelumnya, setiap peserta yang terbagi dalam beberapa kelompok telah merencanakan konsep dari video yang akan dibuat. Pembuatan video dibantu dengan green screen dan green suit sebagai latar belakang sehingga dapat digunakan untuk memasukkan efek tertentu.
Hari terakhir diisi dengan pemutaran video beserta presentasi hasil. Rara, mahasiswa mikrobiologi sekaligus salah satu asisten lokakarya, menjelaskan bahwa kelompoknya mengangkat tema terkait brain gut axis yaitu hubungan antara otak dengan pencernaan. Maksudnya, bagaimana makanan dapat mempengaruhi emosi kita serta sebaliknya, bagaimana emosi mempengaruhi makanan yang kita pilih.
Komposisi mikroba yang ada dalam pencernaan tubuh dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi sehingga kelompok ini menggunakan sampel air liur untuk mempresentasikannya. Dengan judul karya stop emotion, video dibuat dengan menggunakan teknik stop motion. Hasil rekaman preparat diaplikasikan pada kertas hijau sebagai green screen dimana kertas ini seolah-olah menjadi makanan yang dikonsumsi manusia. Judul stop emotion ini terinspirasi dari teknik video stop motion yang digunakan serta mengangkat pesan mengenai emosi manusia yang terus berubah. Kegiatan ini diikuti dengan bincang-bincang bersama seniman bio art yaitu Syaiful Garibaldi dan Fitri D. Ayuningtyas.
Reporter: Ghina Aulia (Mikrobiologi 2019)