Komisaris Utama PT. Garuda Indonesia Hadiri Talks On Leadership di ITB

Oleh Anin Ayu Mahmudah

Editor Anin Ayu Mahmudah

BANDUNG, itb.ac.id - Terus berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, ITB menggelar acara Talks On Leadership pada Selasa (02/08/16) di Aula Barat ITB. Acara ini diselenggarakan oleh UPT Pengembangan Manusia dan Organisasi (PMO) ITB dengan tajuk acara "Transformasi ITB sebagai Pusat Keunggulan Teknologi dan Sumber Mata Air Inovasi untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia" yang disampaikan langsung oleh Prof. Ir. Jusman Syafii Djamal selaku Komisaris Utama PT. Garuda Indonesia.
Selama berlangsungnya acara, Prof. Ir. Jusman menyampaikan banyak hal mengenai kepemimpinan. Mulai dari pengalaman beliau ketika masih menjadi junior di suatu perusahaan hingga materi berkenaan hal-hal yang perlu dilakukan dalam mengasah kepemimpinan seseorang. Dalam hubungannya dengan ITB sebagai kampus teknologi, beliau menyampaikan bahwa terdapat 3 pertanyaan besar untuk menerapkan teknologi mutakhir yaitu (1) Where are we going to go, (2) Who are the game changer, dan (3) What are to be done. Ketiga pertanyaan tersebut mengarahkan kita untuk tahu ke arah mana gagasan kita akan dibawa, siapakah yang menjadi agen perubahan dan apa permasalahan yang sesungguhnya harus kita selesaikan.

Dari ketiga pertanyaan tersebut beliau mengenalkan kepada peserta acara perihal The 4 Key Drivers, yaitu strategi teknologi dan inovasi, strategi pengembangan SDM, strategi bisnis dan pengembangan, serta strategi keuangan yang berkelanjutan.

Beliau menambahkan, "Indonesia belum memiliki strategi teknologi. Dilihat dari kementerian-kementerian yang ada, saya tidak melihat adanya strategi tersebut. Nah, inilah yang seharusnya diisi oleh ITB. Saat ini, mayoritas masyarakat kita menganggap bahwa teknologi hanyalah produk, yang bisa dibeli dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan entah apapun itu. Disinilah seharusnya ITB mengisi tempatnya." Sedangkan untuk menggunakan keempat strategi tersebut, seorang pemimpin harus mampu memenuhi 3 hal.

Pertama, bagaimana ia mampu membuat orang-orang yang bekerja dibawahnya mengenalinya dengan baik. Hal seperti ini diperlukan oleh seorang pemimpin untuk membangun kepercayaan penuh secara dua arah, baik dari dirinya kepada bawahannya maupun sebaliknya. Kedua, bagaimana ia mengajak bawahannya untuk merealisasikan gagasannya dan mencapai tujuannya. Menjadi seorang pemimpin berarti bekerja bersama orang lain, dalam hal ini mereka adalah manusia, bukan mesin. Manusia memiliki rasa emosional yang secara langsung maupun tidak akan memengaruhi kinerja mereka, tidak seperti mesin yang hanya bergerak sesuai instruksi dari penggunanya. Ketiga, bagaimana ia menjaga kesinambungan dari upaya yang telah ia capai dalam kedua poin sebelumnya, ini seperti menangkap nilai yang sudah berhasil seorang pemimpin bangun supaya tetap konsisten kedepannya.

"Orang Indonesia itu biasanya malu-malu, tidak berani memberi warna pada unit yang ia pimpin. Jangan malu dan jangan ragu memberi warna pada unit itu, setiap pemimpin punya style yang berbeda, karena adanya style tersebut maka munculah yang namanya self value. Seorang pemimpin harus berani menggunakan stylenya sendiri karena nantinya ia akan tahu dengan orang seperti apa ia mampu bekerja dengan baik," tutup beliau mengakhiri acara.