Kontribusi Ilmu Palinologi dalam Produksi Madu Lokal di Jawa Barat

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—ITB dikenal dengan kampus yang memiliki semangat berinovasi dan selalu mengembangkan penelitiannya. Selain itu, tak jarang mengkolaborasikan penelitian ilmiah dengan budaya yang ada di masyarakat sekitar. Salah satunya penelitian tentang polen terhadap madu lokal di Jawa Barat.

Penelitian ini dilakukan oleh Dosen Teknik Geologi Kelompok Keahlian Paleontologi dan Geologi Kuarter Maria Sekar Proborukmi bersama dua mahasiswa Pascasarjana Teknik Geologi yakni Nadila Novandaru (mahasiswa program doktor), serta Zulfiah dan Wildan Nur Hamzah (keduanya ialah mahasiswa program magister).

Penelitian bertujuan untuk menerapkan salah satu metode analisis palinologi untuk berkontribusi dalam peningkatan daya saing madu lokal, khususnya di daerah Bandung dan sekitarnya. Kegiatan ini didanai oleh LPPM ITB melalui skema pengabdian masyarakat P3MI Kelompok Keahlian Paleontologi dan Geologi Kuarter 2020.
“Palinologi adalah ilmu yang yang mempelajari mengenai serbuk atau debu (polen dan spora). Polen dan spora masuk dalam kategori sporomorf yang merupakan anggota dari palinomorf atau material organik yang sangat resisten sehingga bisa diendapkan dalam batuan sedimen berbutir halus, sedimen organik (batubara), stalagtit/stalagmit, dan evaporit. Metode analisisnya dapat digunakan dengan meneliti serbuk sari dari tumbuh-tumbuhan modern,” ujar r.rer.nat. Maria Sekar Proborukmi, S.T., M.Sc., dalam Rubrik Rekacipta ITB di Media Indonesia edisi 11 Januari 2022.

Polen dapat dijumpai pada tumbuhan berbunga sehingga sangat erat kaitannya dengan madu. Hal ini karena polen dapat terbawa oleh lebah saat mengumpulkan nektar bunga dan kemudian terakumulasi dalam madu. Analisis kandungan polen dalam madu ini selanjutnya dipelajari dalam ilmu melisopalinologi dan menjadi dasar penelitian yang dilakukan Maria bersama tim.

Penelitian ini juga dapat memberikan informasi mengenai kandungan polen dalam madu yang sangat penting diketahui oleh para peternak lebah madu. Metode ini paling cepat dan murah untuk menentukan kandungan flora penghasil nektar dan asal geografis madu, sehingga para petani dapat mengetahui waktu produksi, konservasi tumbuhan utama penghasil nektar untuk meningkatkan jumlah produksi, restorasi ekosistem, branding, dan lokasi ideal untuk budidaya. Selain itu juga dapat menjadi penunjuk keaslian dan kualitas madu tersebut dan potensi keberadaan polen allergen. Sehingga selain aman dikonsumsi oleh konsumen, dapat menjadi concern ketika hendak diekspor ke luar negeri.

Dalam rangka menunjang penelitiannya, Maria bersama tim bekerja sama dengan lima peternak lebah di daerah Bandung dan sekitarnya di antaranya, Madu Maribaya Sari Alam Legend Bee, Madu THR Juanda, Syifa Madu, D-Bee'S Lestari Apiari, dan Bandar Madu Syariah Pangalengan. Lokasi peternakan lebah dan pengambilan madu berada pada daerah dengan kondisi topografi bergelombang, yaitu di daerah perbukitan dan pegunungan vulkanis, di daerah kawasan hutan lindung, dan areal penggunaan lahan lainnya, dengan ketinggian antara 1.300-2.100 mdpl dan tutupan material-material vulkanis hasil erupsi gunung api.

Dari kelima peternak lebah tersebut, diperoleh 18 sampel berupa madu bowl, madu sarang, bee pollen, dan kotoran lebah yang didapatkan dari pepohonan di sekitar peternakan. Sampel madu diambil dari lebah Apis cerana, Trigona, Apis dorsata, Apis melifera dengan berbagai karakteristik yang berbeda.

“Sampel yang diperoleh kemudian dipreparasi dengan prosedur standar di Laboratorium Palinologi Program Studi Teknik Geologi ITB dan dianalisis menggunakan mikroskop untuk menentukan jenis tumbuhan dari polen-polen yang terkandung pada tiap-tiap sampel. Didapatkan hasil adanya variasi komposisi tumbuhan dari tiap sampel walaupun beberapa sampel berasal dari peternakan yang serupa,” tulis Maria.

Berdasarkan hasil analisis, polen dapat diidentifikasikan berdasarkan tingkat famili seperti Arecaceae (palem-paleman), Myrthaceae (jambu-jambuan), Onagraceae (prima rosa), Cerealia (tanaman penghasil biji-bijian yang dibudidaya), Amaranthaceae (bayam-bayaman), Fabaceae (polong-polongan),Oleaceae (melati-melatian), Malvaceae (kapas-kapasan), dan Pinaceae (pinus, tumbuhan yang berdaun jarum).

Beberapa polen juga dapat diidentifikasi hingga tingkat genus, seperti Acacia (akasia), Calliandra (kaliandra), Saurauia (jelantang gajah), Casuarina (cemara), Persea (alpukat), dan Annona (sirsak, sirkaya). Beberapa vegetasi yang dijumpai dapat diidentifikasi hingga tingkat spesies, seperti Mangifera indica (mangga), Citrus sinensis (jeruk manis), Asreraceae tubulifiorae (bunga matahari).

Hasil dari penelitian ini kemudian dirangkum dalam sebuah buku berjudul “Aplikasi Melisopalinologi pada Madu Lokal Jawa Barat” yang diterbitkan ITB Press. Selain itu, Maria bersama tim juga membuat poster dan standing banner yang berisi detail hasil analisis dari madu-madu untuk diserahkan kepada para peternak lebah.
Berkat penelitian yang dilakukan Maria bersama tim di tahun 2020, Maria kembali banyak mendapatkan tawaran kerja sama di tahun 2021. Awal tahun 2021, Maria bersama tim bekerja sama dengan tim P2Par ITB untuk kembali meneliti madu yang diproduksi oleh Desa Wisata Tematik Mekarwangi, Sindangkerta yang merupakan desa binaan P2Par ITB dan masih berlanjut hingga sekarang. Kegiatan tersebut berlanjut dengan datangnya tawaran kerja dari sebuah perusahaan pertambangan dan logam serta pemasaran produk madu dari Desa Mekarwangi melalui Koperasi Keluarga Pegawai (KKP) ITB.

Kendati saat ini fokus kegiatan masih di Desa Mekarwangi, Maria menyampaikan bahwa berkemungkinan untuk merancang skema khusus yang dapat membantu para peternak lebah lain untuk mendapatkan informasi terkait kandungan polen dalam madu mereka. Namun, sebelum rencana tersebut terwujud, para peternak lebah atau produsen madu dapat berdiskusi terlebih dahulu melalui email maria@itb.ac.id.

Dengan adanya penelitian ini Maria bersama tim berharap informasi yang dihasilkan dapat digunakan oleh peterak lebah sebagai branding dan tambahan informasi pada kemasan madu yang diproduksi, sekaligus sebagai media promosi untuk dapat meningkatkan nilai jual dari produk-produk madu lokal.

Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)