Kriya ITB: Menilik Kreativitas Melalui Pameran Karya Seni

Oleh Teguh Yassi Akasyah

Editor Teguh Yassi Akasyah

BANDUNG, itb.ac.id - Mahasiswa Program Studi Kriya dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB kembali unjuk karya melalui pameran produk yang telah menjadi agenda tahunan mereka untuk tugas akhir mata kuliah Image Analysis. Pameran akademis ini menunjukkan kepiawaian mahasiswa dalam melakukan identifikasi dari berbagai unsur-unsur seni yang ada sebelum membuat sebuah produk. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada Senin (19/05/14), bertempatan di Aula Timur ITB.

"Karya yang ditampilkan dalam pameran ini merupakan kreasi mahasiswa selama mengikuti mata kuliah Image Analysis. Dalam mata kuliah ini mahasiswa belajar mengenai ekplorasi material hingga memiliki ciri yang unik dan khas ketika dikembangkan menjadi sebuah produk," ujar Qisthina Suhardy (Desain Kriya 2012) selaku salah satu peserta dalam pameran tersebut. Pameran ini menampilkan sekitar 20 karya dari 43 mahasiswa Kriya angkatan 2012. Karya-karya tersebut ditampilkan sebagai wujud nyata penerapan ilmu serta masukan dari dosen dan asisten. Karya-karya tersebut dirancang dengan mengunggulkan karakter unik dan terekplorasi secara mendalam terhadap tema yag diangkat. Yang menarik, tidak semua karya yang dipamerkan merupakan karya yang mendapat nilai terbaik.

Setiap rangkaian produk pameran mengusung satu tema yang kemudian menjadi dasar dalam proses perancangan, pemilihan bahan, dan penentuan kemasan sehingga memiliki identitas yang khas. Tema tersebut digambarkan melalui moodboard yang berisikan gabungan dari gambar-gambar majalah yang dipadukan untuk melahirkan konsep baru. Seperti karya Qisthi yang mengusung tema kehidupan berkelas dengan kesan keeleganan dan kemewahan yang tergambar melalui konsep emas. Konsep ini kemudian membawa Qisthi mendesain sebuah produk yang dinamainya Aurum, sebuah brand aksesoris fashion yang khusus untuk wanita. 

"Konsep Aurum menggambarkan luxury, elegance, dan chic yang digambarkan secara unik melalui produk aksesoris yang dipamerkan. Awal mula pengonsepan ini ditentukan dari berbagai motif yang kita kembangkan, dan juga masukan dari dosen serta asisten," tambah Qisthi. Eksplorasi motif merupakan langkah awal mahasiswa sebelum membuat produk.  Setelah motif terkumpul selanjutnya dosen mata kuliah Image Analysis, Kahfiati Kadar, memberi masukan motif apa saja yang mampu dikembangkan menjadi sebuah karya. Motif yang bermula sederhana seperti serpihan kaca, dedaunan, kertas, dan sebagainya dapat dijadikan sebuah karya seni. Dalam hal ini, Qisthi mengembangkan motif dengan balutan warna emas.

Berbeda dengan Aurum, konsep yang diangkatkan melalui karya yang dinamai The Cold Syndrome lebih menggambarkan suasana yang dingin dalam pembentukan karakter seseorang. Melalui moodboard yang dipamerkan, karya ini mengundang kesan tegas, perfeksionis, hingga melahirkan gaya hidup yang mandiri. Dalam hal ini, tema dingin tersebut dibalut dengan suasana berwarna biru langit dengan sentuhan serpihan kaca yang disusun unik. Begitu juga dengan karya lainnya, setiap karya bermula dari hal yang kecil hingga menjadi sesuatu yang elegan. Hal yang semula tidak bernilai menjadi terlihat sangat mempesona.

Seluruh karya yang terpajang di pameran ini sangat unik dan kreatif. Mahasiswa mampu memperlihatkan daya kreativitas yang tinggi, tercermin dalam kemampuan mengolah hal sederhana hingga memiliki nilai dan keindahan pada setiap karyanya. Pengaplikasian ilmu yang diperoleh sangatlah penting bagi setiap mahasiswa. Melalui pameran tugas Image Analysis ini dapat terlihat bahwa mahasiswa Kriya mampu mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan.