Kerja Sama dengan NCHU Taiwan, SITH Selenggarakan International Virtual Course tentang Demam Berdarah
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id -- Kasus demam berdarah di Indonesia cukup tinggi. Penyebab umum dari demam berdarah adalah nyamuk dengan genus Aedes. Prodi Biologi, School of Life Sciences and Technology atau SITH Sains mengadakan International Virtual Course (IVC) dengan judul, “Insect Biology, Insect-borne disease and Their Impact on Human” untuk menjawab persoalan DBD.
Kegiatan ini diselenggarakan atas kerja sama SITH dengan National Chung Hsing University (NCHU) di Taiwan. Acara ini dilaksanakan selama 5 hari, yaitu pada Senin-Jumat (12-16/7/2021) melalui platform Zoom dan Edunex.
Acara dibuka oleh Prof. Dr. Andri Dian Nugraha dari Dirdik Nonreguler ITB, Prof. Dr. Shaw-Yhi Hwang selaku Vice Dean of College of Agriculture and Natural Resources, NCHU, dan Endah Sulistyawati, Ph. D., dari Dekan SITH, ITB.
IVC yang diadakan oleh Prodi Biologi merupakan kelanjutan dari kerjasama SITH ITB dengan NCHU dalam penanganan demam berdarah di Indonesia, terutama Bandung. Acara ini merupakan rangkaian dari MBKM menuju Kampus Merdeka dengan credit learning untuk mata kuliah pilihan Biologi Serangga dan Pengelolaannya. Selama kegiatan juga dilakukan evaluasi dengan mid-term test dan final test.
Inti dari kuliah internasional ini adalah pentingnya mempelajari serangga karena filum arthropoda yang di dalamnya terdapat kelas insekta memiliki jumlah terbanyak dari segi keanekaragaman spesies dan jumlah. Serangga juga dapat menyebabkan penyakit dengan contoh kasus demam berdarah masih tinggi di Indonesia.
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengan famili flaviviridae yang berada di nyamuk yang telah menggigit manusia terinfeksi. Genus yang umum menjadi inang adalah aedes. Para peneliti melakukan upaya untuk mengontrol populasi dari serangga, salah satu caranya adalah dengan menggunakan DDT.
Namun, terdapat banyak efek samping dari DDT untuk manusia dan alam dengan terjadinya resistensi. Maka salah satu penanganan dini yang dilakukan oleh Indonesia adalah program 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur. Lalu cara utama adalah menghilangkan air tergenang untuk mengurangi tempat nyamuk menyimpan telur.
Reporter: Alvina Putri Nabilah (Biologi, 2019)