KRTI 2013: Kembangkan Kreatifitas Pesawat Terbang Tanpa Awak
Oleh Ahmad Furqan Hala
Editor Ahmad Furqan Hala
BANDUNG, itb.ac.id - Program Studi Aeronotika dan Astronotika, bersama Keluarga Mahasiswa Teknik Penerbangan (KMPN-ITB) kembali mengadakan kompetisi pesawat terbang tanpa awak kategori outdoor pada hari Jumat-Minggu (08-10/11/13). Pesawat terbang tanpa awak sering juga disebut Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Kali ini, kompetisi yang dinamakan Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2013 diselenggarakan di kampus ITB Jatinangor. Dibandingkan dengan kompetisi-kompetisi UAV sebelumnya, KRTI 2013 kali ini juga mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI).
KRTI 2013 diselenggarakan dalam skala nasional dengan peserta dengan kategori siswa SMA, mahasiswa perguruan tinggi serta masyarakat umum dari seluruh Indonesia. KRTI 2013 dimeriahkan oleh beberapa penampilan modern dance dan penampilan band lokal maupun nasional. Selain itu juga diadakan lomba fotografi dan pameran karya dari mahasiswa ITB, industri UAV, serta sponsor.
KRTI 2013 yang diselenggarakan terdiri dari beberapa kategori diantaranya Surveillance System untuk SMA, Autonomous Surveillance and Dropping System untuk Perguruan Tinggi, serta Autonomous Surveillance and Fire Detection System untuk umum. Menurut Indra Permana Sopian (Ketua panitia KRTI 2013), tema yang diangkat dalam kontes kali ini adalah "Perang". Tema tersebut digambarkan dalam misi-misi yang harus diselesaikan oleh masing-masing kategori. Kategori SMA digambarkan sebagai misi untuk mendeteksi lokasi musuh, sedangkan kategori perguruan tinggi dan umum memiliki misi masing-masing untuk menjatuhkan bom ke titik lokasi tersebut dan memadamkan api yang disimulasikan muncul dari bom.
Sebanyak 26 peserta yang mengikuti kontes di ITB Jatinangor merupakan hasil dari seleksi awal dari seluruh Indonesia. Para peserta sebelumnya juga mendapatkan pembekalan tentang UAV melalui workshop yang diadakan selama 2 hari (14-15/09/13) di Hotel House Sangkuriang, Bandung. Diantaranya para peserta mendapatkan pembekalan tentang UAV secara umum, sistem mekanik dan manufaktur yang digunakan, industri UAV, serta pemanfaatan UAV dalam bidang fotografi.
Ketua umum KRTI 2013, Dr. Ir. Djoko Sardjadi, menjelaskan kompetisi UAV ini bertujuan untuk lebih mengembangkan UAV di Indonesia baik secara sistem maupun komersial. Para peserta ditantang untuk mendesain, membuat dan menerbangkan sebuah UAV. Salah satu dosen di program studi Aeronotika dan Astronotika tersebut menjelaskan, "Yang kami lakukan dalam kontes ini adalah melihat secara detail karya dan performance dari peserta. Dimulai dari penilain karya pesawat terbang melalui presentasi lalu dilanjutkan dengan penilaian penerbangan pesawat terbang yang telah dibuat".
Djoko juga berpendapat bahwa beberapa peserta terlihat masih baru mengenal UAV, namun beberapa peserta lain juga sudah mampu memikirkan produk-produk UAV pribadi untuk bisa dikembangkan secara komersial. Melihat jumlah peserta yang semakin meningkat pada kontes tahunan selama 6 tahun ini, beliau berharap setelah diadakannya KRTI 2013, para peserta bisa lebih mengembangkan produk UAV dan bahkan dapat masuk industri komersial.
Oleh: Ryan Kharisma dan Luh Komang Wijayanti (ITB Journalist Apprentice 2013)
KRTI 2013 yang diselenggarakan terdiri dari beberapa kategori diantaranya Surveillance System untuk SMA, Autonomous Surveillance and Dropping System untuk Perguruan Tinggi, serta Autonomous Surveillance and Fire Detection System untuk umum. Menurut Indra Permana Sopian (Ketua panitia KRTI 2013), tema yang diangkat dalam kontes kali ini adalah "Perang". Tema tersebut digambarkan dalam misi-misi yang harus diselesaikan oleh masing-masing kategori. Kategori SMA digambarkan sebagai misi untuk mendeteksi lokasi musuh, sedangkan kategori perguruan tinggi dan umum memiliki misi masing-masing untuk menjatuhkan bom ke titik lokasi tersebut dan memadamkan api yang disimulasikan muncul dari bom.
Sebanyak 26 peserta yang mengikuti kontes di ITB Jatinangor merupakan hasil dari seleksi awal dari seluruh Indonesia. Para peserta sebelumnya juga mendapatkan pembekalan tentang UAV melalui workshop yang diadakan selama 2 hari (14-15/09/13) di Hotel House Sangkuriang, Bandung. Diantaranya para peserta mendapatkan pembekalan tentang UAV secara umum, sistem mekanik dan manufaktur yang digunakan, industri UAV, serta pemanfaatan UAV dalam bidang fotografi.
Ketua umum KRTI 2013, Dr. Ir. Djoko Sardjadi, menjelaskan kompetisi UAV ini bertujuan untuk lebih mengembangkan UAV di Indonesia baik secara sistem maupun komersial. Para peserta ditantang untuk mendesain, membuat dan menerbangkan sebuah UAV. Salah satu dosen di program studi Aeronotika dan Astronotika tersebut menjelaskan, "Yang kami lakukan dalam kontes ini adalah melihat secara detail karya dan performance dari peserta. Dimulai dari penilain karya pesawat terbang melalui presentasi lalu dilanjutkan dengan penilaian penerbangan pesawat terbang yang telah dibuat".
Djoko juga berpendapat bahwa beberapa peserta terlihat masih baru mengenal UAV, namun beberapa peserta lain juga sudah mampu memikirkan produk-produk UAV pribadi untuk bisa dikembangkan secara komersial. Melihat jumlah peserta yang semakin meningkat pada kontes tahunan selama 6 tahun ini, beliau berharap setelah diadakannya KRTI 2013, para peserta bisa lebih mengembangkan produk UAV dan bahkan dapat masuk industri komersial.
Oleh: Ryan Kharisma dan Luh Komang Wijayanti (ITB Journalist Apprentice 2013)