Kuliah Umum FMIPA ITB, Melintasi Gerbang Masa Depan dengan Inovasi Pendidikan Sains
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung (FMIPA ITB) menggelar seri kuliah umum di Gedung BSC A Lantai 1 serta melalui Zoom Meeting, Jumat (20/10/2023). Seri kuliah umum ini mengangkat tema “Celebrating 76 Years of Excellence, ITB's Faculty of Mathematics and Natural Sciences: Bridging Science, Humanity, and Sustainability”.
Sesi satu seri kuliah umum tersebut menghadirkan Dr. Ni Ketut Lasmi, M.PFis., praktisi pendidikan, penulis buku, serta alumnus S2 dan S3 Fisika ITB. Beliau menyampaikan materi “Tantangan dan Peluang: Melintasi Pintu Gerbang Masa Depan dalam Implementasi Inovasi Pendidikan Sains”.
Dalam acara yang dihadiri dosen dan mahasiswa tersebut, beliau berpesan untuk tidak pernah menyerah dalam pendidikan. Di masa yang akan datang, tantangan pendidik akan semakin berat. Pendidik harus terus membuka wawasan, terus belajar, dan mengikuti perkembangan agar tidak tertinggal karena siswa atau mahasiswa akan makin luar biasa.
Pengalaman studi S2 Fisika Pengajaran dan S3 Fisika FMIPA ITB tidak luput dari tantangan yang membuatnya lebih percaya diri dengan keilmuan yang dimiliki. Tantangan tersebut meliputi materi yang dalam dan luas, investasi waktu, banyaknya tugas, hingga tingkat kesulitan ujian yang sangat tinggi. Namun, ketika kemauan untuk belajar terus ada, setiap tantangan pasti dapat dilewati.
“Jika kita mau maju, kita harus berusaha mengikuti apa yang ada di ITB. Jangan pernah takut masuk ke ITB, dosen-dosennya sangat baik. Bukan karena saya alumnus, namun benar itu yang saya rasakan,” ujarnya.
Beliau mengaku kuliah di ITB sangat menyenangkan dan memberikan banyak manfaat. Wawasan dan keilmuannya meningkat sehingga setelah lulus beliau sering mendapat undangan memberi materi ke seluruh Indonesia. Selain itu, beliau dapat menambah jejaring dan kolaborasi sesama fisikawan di Indonesia serta mendapat rekognisi dan apresiasi masyarakat.
“Karena kita memberikan kepada mereka pasti mereka akan memberikan penghargaan kepada kita. Namun, jangan sampai selalu mengharapkan penghargaan dari masyarakat. Kita yang harus memberi dan anggaplah itu adalah ibadah. Saya setiap tugas ke mana pun saya anggap ibadah,” ujarnya.
Selain itu, beliau semakin percaya diri dan literasinya semakin baik. Apalagi saat kuliah S3, beliau wajib membuat jurnal internasional. Hal itu membuatnya harus kuat mental dan semakin hari terasah untuk berkarya melalui tulisan. Bahkan tahun ini beliau menulis tiga buku.
Beliau berharap para peserta yang hadir terus berkarya salah satunya dengan menulis. Sesibuk apapun, harus meluangkan waktu untuk berkreativitas.
Reporter : Gishelawati (Astronomi, 2019)
Editor: M. Naufal Hafizh