Lapas Anak Berbagi: Kembali ke Masyarakat Lewat Pendidikan

Oleh Ninik Susadi Putri

Editor Ninik Susadi Putri

BANDUNG, itb.ac.id - Sudah seharusnya Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei dijadikan cermin bagi setiap institusi pendidikan untuk melakukan refleksi diri mengenai kontribusi dalam mencerdaskan bangsa. Dalam konteks pendidikan tinggi, bukan hanya prestasi mahasiswa yang menjadi acuan keberhasilan 'mencerdaskan bangsa', akan tetapi bagaimana mereka mewadahi dan mendorong mahasiswanya untuk beraktualisasi diri dalam proses pencerdasan bangsa.

Pendidikan atau ilmu dalam konteks yang lebih luas adalah kebutuhan setiap manusia. Ilmu juga merupakan satu-satunya hal yang ketika kita bagikan, jumlahnya tidak akan berkurang melainkan bertambah. Berbagi dalam pendidikan membuat kita berkontribusi membangun generasi muda bangsa ini, sehingga kita tidak hanya menjadi pribadi yang berprestasi, namun juga menjadi pencetak hebatnya generasi.

Hal itulah yang mendasari terjunnya Zelina Venesia (Teknik Industri 2012) untuk berbagi dan menggagas sebuah gerakan sosial yang berfokus pada bidang pendidikan di bawah naungan Gerakan Mari Berbagi (GMB). GMB merupakan sebuah yayasan yang mengutamakan penyebaran nilai berbagi di seluruh penjuru Indonesia. Lapas Anak Berbagi merupakan salah satu gerakan sosial yang berada di bawah payung yayasan GMB, yang berfokus untuk mempersiapkan para andikpas (anak didik pemasyarakatan) agar dapat kembali ke masyarakat.

Gerakan Lapas Anak Berbagi ini digagas Zelina bersama dengan keempat temannya yang berasal dari berbagai universitas di Bandung. Zelina menyatakan, bahwa program ini telah didiskusikan sejak tahun November 2013, dan terealisasi pada Januari 2014. Gerakan ini lahir dari kegelisahan akan meningkatnya angka kriminalitas anak yang semakin meningkat di Kota Bandung. Terlebih lagi, mayoritas anak-anak ini tidak dikembalikan ke orang tua dan tetap ditahan di lapas.

Dalam prakteknya, para volunteer Lapas Anak Berbagi berkunjung ke Lapas Sukamiskin Bandung seminggu sekali, pada hari Sabtu mulai pukul 9 hingga 12 siang. Materi yang diberikan berupa materi keterampilan yang dapat digunakan untuk mencari uang ketika sudah lulus nanti, misalnya teknik menyablon dan cara membuat miniatur pesawat dari bahan komposit. Beberapa andikpas yang telah lulus kini tidak kembali ke lingkungannya yang dulu, ada yang bekerja, dan ada pula yang berwirausaha.

Tentunya, dalam melakukan suatu hal yang baru tidaklah mudah, dan begitu pula dengan keberjalanan Lapas Anak Berbagi. Beberapa kendala dalam menjalankan program ini adalah anak-anak lapas yang masih tertutup dan sulit untuk membuka diri. Untuk menanggulangi masalah ini, LAB banyak merekrut anak psikologi yang lebih menguasai bidang psikologi anak dalam penyusunan metode penyampaian materi.

Zelina mengakui bahwa ilmu-ilmu yang didapatkannya dari jurusan Teknik Industri sangat membantu dalam pembentukan sistem dan organisasi bagi komunitas ini. Ketika ditanya mengenai kontribusi ITB sebagai institusi pendidikan dalam mendorong mahasiswanya memajukan pendidikan, Zelina menjawab bahwa terdapat banyak wadah-wadah aktualisasi diri mahasiswa yang disediakan ITB untuk memajukan pendidikan Indonesia. Dalam lingkup terpusat, ada SKHOLE ITB Mengajar, dan banyak acara pengmas (pengabdian masyarakat) Himpunan Mahasiswa Jurusan di ITB yang menjadikan pendidikan sebagai salah satu inti dari program pengabdiannya.

"Patut diakui bahwa tidak mudah menyeimbangkan antara akademik dan organisasi. Namun apabila kita dapat memprioritaskan amanah yang kita dapatkan dari Tuhan, orang tua, dan organisasi, maka amanah yang dijalani akan memberikan manfaat dan hidup tetap seimbang", tutur Zelina.

Oleh :
Yasmin Aruni, Fikri Rozi, Apresio Kefin, Irfaan Taufiiqul Rayadi
ITB Journalist Apprentice 2015