Mahasiswa ITB Usulkan Konsep Sistem Drainase IKN Nusantara yang Berkelanjutan

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita


BANDUNG, itb.ac.id - Pusat Pengembangan Sumber Daya Air Institut Teknologi Bandung (PPSDA ITB), Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB, Bandoengse Technische Hoogeschool Fonds (BTHF), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB, dan Lembaga Pengembangan Ilmu dan Teknologi (LPIT) ITB, mengadakan kompetisi ITB-BTHF Hackathon 2023, pada Jumat (27/10/2023) di Auditorium CC Timur, ITB Kampus Ganesha.

Dalam kesempatan ini, Tim BlueFlow Pioners menuangkan idenya mengenai penerapan Sustainable Urban Drainage System (SUDS) untuk mengatasi tantangan pasokan air bersih yang berkelanjutan di IKN.

Latar belakang idenya adalah mengingat Pemerintah NKRI akan segera memindahkah ibu kota dari Jakarta ke IKN. Salah satu anggota tim, yakni Raihan Firdaus (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2018), mengatakan bahwa pemindahan ibu kota ini dapat membuat tantangan baru. Salah satunya tentang ketersediaan air bersih di sana.

“Pemindahan ini memunculkan tantangan baru, salah satunya mengenai kebutuhan air bersih di IKN. Selain itu, potensi banjir dan kekeringan juga membayangi kawasan ini,” sebut Raihan Firdaus.

Sementara itu, anggota lainnya, yakni Rifaldi Aji Sarifudin (prodi Magister Pengelolaan Sumber Daya Air), mengungkapkan bahwa inovasi ini tujuannya adalah meningkatkan ketersediaan air bersih dengan mengumpulkan air hujan ke dalam sistem drainase alami.

“Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketersediaan air bersih dengan mengumpulkan air hujan ke dalam sistem drainase alami dan menggunakannya sebagai sumber air alternatif,” ujar Rifaldi.

“Inovasi ini juga diarahkan untuk mencapai target Global Sustainable Development Goals (SDGs) 6.4.2 dalam mengatasi kelangkaan air dan mengurangi jumlah orang yang mengalami kelangkaan air,” lanjutnya.

Konsep yang dibawakan adalah mengintegrasikan sistem masterplan induk dari kawasan perkotaan di IKN yang telah termaktub dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 63 Tahun 2022. SUDS sejalan dengan salah satu rencana yang ada di Perpres terkait. “Pembangunan perkotaan harus menghasilkan zero delta Q atau nol limpasan permukaan air. Hal ini dapat diwujudkan dengan penampungan drainase secara terpusat di suatu tampungan atau lowland,” sambung Rifaldi.

Ketua tim, Lia Dahlia, menjelaskan air hujan yang telah ditampung di daerah cekungan selanjutnya akan dilakukan pengolahan air sehingga dapat digunakan untuk menyuplai kebutuhan domestik maupun non-domestik.

“Dari simulasi yang dilakukan, reliability dari setiap tampungan dalam memenuhi kebutuhan air cukup tinggi dengan rata-rata >50%. Hal ini menggambarkan bahwa pemanfaatan lowland dapat membantu beban pemerintah dalam pemenuhan air melalui Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM). Namun, teknologi pengolahan air di Indonesia masih tergolong mahal,” ungkapnya.

Lia berharap studi yang telah dilakukan nantinya dapat dipertimbangkan oleh pemangku kebijakan dan bisa diterapkan. Mereka juga ingin terlibat dalam proses perencanaan jika dilakukan kajian lebih lanjut.

Pada akhirnya ide mereka berhasil mengantarkan mereka menjadi juara pertama. Mereka akan mendapat kesempatan terbang ke Belanda, terlibat dalam acara World Water Forum 10th di Bali pada Mei 2024 mendatang, dan ikut serta dalam peninjauan langsung ke IKN.

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)