Mahasiswa ITB Wakili Indonesia dalam FEALAC 2015

Oleh Cintya Nursyifa

Editor Cintya Nursyifa

JATINANGOR, itb.ac.id - Sebuah kehormatan tersendiri bagi ITB, dapat mengirimkan delegasinya sebagai perwakilan Indonesia di ajang Internasional. Abdurrahman Adam (Rekayasa Hayati 2014) adalah salah satu peserta yang terpilih manjadi observer dalam Indonesia FEALAC Youth Conference (IFYC) 2015. yang berlangsung selama 5 hari (28-22-09/15). Acara yang dicetuskan langsung dari Kementerian Pemuda dan Olahraga ini dihadiri oleh 100 delegasi dari berbagai negara yang tergabung dalam Forum for East Asia - Latin America Cooperation (FEALAC). Seluruh rangkaian acara digelar di salah satu hotel  yang terletak di kawasan Cihampelas Bandung dan tempat-tempat yang khas dari kota Bandung. Kegiatan utama konferensi tersebut adalah workshop, diskusi dan deklarasi yang dilaksanakan di Gedung Merdeka.

Internasionalisme Pemuda

Pertemuan tersebut dihadiri oleh menteri-menteri dan pejabat tinggi beserta jajarannya. Istimewanya pada tahun ini diadakan forum pemuda FEALAC. Pemuda pun kini mempunyai hak voting (pilih) dalam kegiatan yang sarat dengan suasana diskusi ini. Inisiasi digagas Kemenpora sendiri, dengan 3 tahap seleksi sebagai observer dan 4 tahap seleksi sebagai delegasi.

Seleksi perwakilan dari Indonesia sendiri pertama diawali dengan mengisi form online, layaknya wawancara. Pada tahap ini calon peserta diminta menuliskan segala kelebihan dan potensi yang mendukung dalam mengikuti kegiatan kali ini. Setelah tahap pertama selesai, 30 peserta terpilih diwajibkan membuat video presentasi mengenai kelebihan, potensi, dan alasan kuat yang mendorong panitia harus memilih peserta tersebut sebagai 20 orang yang beruntung. Adam sendiri berhasil menyandang gelar Top Fifteen. Tahap selanjutnya adalah penentuan 2 delegasi yang berhak memberikan suaranya pada kesempatan yang dihadiri Walikota Bandung ini. Setelah diakumulasikan, total pemuda terpilih dari 36 negara adalah sejumlah 100 orang.

Adam satu-satunya perwakilan ITB yang diundang sebagai observer pun tidak melewatkan kesempatan untuk dapat bersosialisasi di dunia internasional. Sisi mahasiswa ITB yang kritis akan semakin dikembangkan dengan kegiatan sosialisasi. Selalu ada kesempatan berdiskusi yang dapat dilakukan disela-sela waktu luang dalam rangkaian kegiatan. Pengalaman bertemu salah seorang pemuda perwakilan Amerika Latin menjadi hal yang berkesan. Dengan saling bertukar pikiran, rasa ingin tahu terhadap bagaimana keadaan di Amerika Latin dibandingkan di negara-negasa Asia menjadi terjawab, mengingat pertemuan seperti ini menjadi hal yang sangat langka. Dalam kesempatan berdiskusi pun para peserta mendapatkan wawasan dari berbagai persfektif cara peserta lain berpikir. Lebih lagi sisi keaktifan dan cara pandang setiap undangan terhadap masalah menjadi komponen penting dalam diskusi kali ini.

Dari lokakarya, Diskusi, Hingga Deklarasi

Rangkaian acara dikemas dengan memperkenalkan kebudayaan Indonesia, terutama budaya Sunda yang sangat kental hidup di kota Kembang. Kegiatan di awali dengan membatik dan mengenal angklung di sanggar terkenal Saung Angklung Udjo. Esoknya kegiatan dilanjutkan dengan workshop dan diskusi yang membahas mengenai bagaimana pemuda seharusnya. Agar tidak kaku, perbincangan nonformal antara delegasi dalam diskusi seringkali terselip dalam sela-sela makan. Terdapat workshop mengenai WOW Project Bali dan Gojek. Pembicara tersebut dipilih karena kapasitas masing-masing. WOW Project menyampaikan pola pikir entrepreneur yang tidak merusak alam dalam bentuk agricultural tourism yang menuai respon baik dan justru memperindah alam. Di sisi lain, narasumber perwakilan Gojek dipilih sebagai referensi yang menunjukkan kekuatan internet sekarang.

Akhirnya pada Senin (22/09/15) kegiatan ditutup deklarasi layaknya sumpah pemuda ala FEALAC. Esensinya adalah mengenai bagaimana pemuda harus bertindak. Selanjutnya digelar public conference yang diadakan di Gedung Merdeka dengan 300 partisipan, dibacakan pula rangkuman seluruh kegiatan dan diakhiri sepenuhnya dengan bersantap di Gedung Sate bersama Kemenpora, Imam Nahrawi. Ketidaksempurnaan akan selalu ada, "Terdapat materi yang terbahas kurang maksimal namun sisi baiknya, bisa mengumpulkan 36 negara dengan sangat baik, dapat pengalaman berharga, ide-ide dan warna-warna lain," ungkap Adam.