Mahasiswa Rekayasa Pertanian ITB Teliti Keberlanjutan Ekosistem di Desa Wisata Alam Pangjugjugan

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


JATINANGOR, itb.ac.id — Sebanyak 65 mahasiswa dan 13 asisten praktikum mengikuti kuliah lapangan mata kuliah Agroekologi dengan mengunjungi Desa Wisata Alam Pangjugjugan. Kegiatan ini melibatkan tim medis beranggotakan 6 mahasiswa dari UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) untuk menjaga keselamatan peserta.

“Mahasiswa menentukan tingkat keberlanjutan ekosistem pertanian di kawasan Pangjugjugan, Desa Cilembu, melalui pengamatan dan pengukuran terintegrasi dari parameter ekologi, ekonomi, dan sosial,” ujar Koordinator Asisten Praktikum Agroekologi, Zahran (BA’20)

Kuliah lapangan Agroekologi ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan materi yang telah dipelajari langsung di lapangan serta memberikan simulasi mengenai prospek pekerjaan yang dapat diperoleh dari Rekayasa Pertanian. Dalam kegiatan ini, mahasiswa menginap selama 2 hari 1 malam di Desa Wisata Alam Pangjugjugan.

Kegiatan dimulai pada pagi hari setelah dilakukan briefing teknis. Mahasiswa langsung menuju ke titik-titik pengamatan yang telah ditentukan. Pengamatan dilakukan dengan mengambil data mikroklimat dan edafik secara langsung, serta mencuplik biota seperti flora dan fauna yang ada di lokasi. Meskipun kegiatan dilakukan di lahan pertanian warga, tetapi mahasiswa menjaga etika dengan tidak merusak lahan atau komoditas yang dimiliki oleh warga setempat.

Pada siang hari, dilakukan kunjungan ke peternakan sapi, domba, dan kerbau di sekitar area Desa Wisata Pangjugjugan. Selama kunjungan tersebut, mahasiswa berkesempatan untuk melihat langsung praktek peternakan dan melakukan wawancara dengan pemilik peternakan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai aspek ekonomi dan sosial dalam pertanian.

Sore harinya, bersama dengan warga lokal, dilakukan sesi wawancara yang memberikan perspektif sosiologi mengenai pertanian di Desa Wisata Pangjugjugan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih komprehensif dan memperoleh sudut pandang yang beragam.

Pada malam hari, dilakukan juga identifikasi biota yang telah dicuplik sebelumnya. Di hari selanjutnya, setelah mengambil sampel dari pitfall dan melakukan kegiatan pembersihan, kuliah lapangan diakhiri dengan penutupan serta sesi foto bersama.

“Lebih jelas gambaran mahasiswa rekayasa pertanian terhadap penggunaan ilmu arkeologi guna untuk mendapatkan data-data dari lapangan secara langsung,” tutur salah satu peserta, Hafizh (BA’20)

Kuliah lapangan mata kuliah Agroekologi ini memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa Rekayasa Pertanian ITB dalam memahami keberlanjutan ekosistem pertanian dan mengaplikasikan pengetahuan agroekologi secara praktis. Diharapkan melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang pertanian berkelanjutan dan kontribusi yang dapat diberikan dalam bidang Rekayasa Pertanian.

Reporter: Ardiansyah Satria Aradhana (Rekayasa Pertanian, 2020)