Mahasiswa Sains Teknologi Farmasi Hasilkan Produk Kesehatan dari Alam Sekitar
Oleh Medhira Handinidevi
Editor Medhira Handinidevi
Proses pembuatan AC-Spray diawali dengan pengambilan tanaman yang kemudian dikeringkan dengan media sinar matahari hingga terbentuk simplisia ,bahan alami yang digunakan sebagai bahan dasar obat dan belum mengalami pengolahan apapun. Simplisia kemudian di ekstraksi dengan metode maserasi (perendaman dalam pelarut etanol) selama 24 jam. Hasil ekstraksi tersebut lalu disaring dan diuapkan hingga seluruh etanol menguap, dan diperoleh hasil akhir berupa ekstrak murni. Ekstrak murni kemudian dicampurkan dengan gelling agent dan beberapa zat tambahan yang telah dibuat sebelumnya pada proses terpisah sehingga gel memiliki karakter yang dikehendaki dan dapat digunakan secara optimum. Hasil pencampuran gelling agent, bahan tambahan, dan ekstrak murni kemudian disesuaikan dengan konsentrasi dan kekentalan yang diinginkan serta dikemas dalam sebuah botol semprot berkapasitas 30 ml.
Produk kesehatan yang memperoleh juara 2 dalam LKPN garapan Himpunan Mahasiswa Farmasi ITB (HMF 'Ars Praeparandi' ITB) November lalu ini digunakan dengan cara menyemprotkan produk pada bagian luka. Tim pembuat AC-Spray mengatakan bahwa 5 cm merupakan jarak terbaik untuk menyemprotkan AC-Spray ke bagian luka yang akan diobati. 5 cm dikatakan menjadi jarak semprot optimum agar AC-Spray tidak terkonsentrasi pada satu titik sebagaimana bila penyemprotan dilakukan terlalu dekat. Apabila penyemprotan dilakukan dengan jarak terlalu jauh, penyebaran produk menjadi terlalu luas dan tidak efektif.
Setelah disemprotkan pada bagian tubuh yang terluka, kandungan obatnya akan membentuk lapisan film tipis yang menutupi bagian luka tersebut. Penyemprotan dipilih menjadi metode perantara yang menghubungkan produk dengan luka, karena penyemprotan tidak memerlukan media aplikator penghubung luka dengan produk. Penggunaan aplikator dinilai tidak efektif karena aplikator berisiko terkontaminasi zat berbahaya saat digunakan. Selain itu, metode penetesan seperti obat tetes dinilai kurang efektif daripada metode semprot, karena metode penetesan memiliki potensi lebih besar untuk menyebarkan produk ke bagian yang bukan luka sehingga tidak efisien, terlebih lagi apabila produk digunakan pada bagian tubuh yang sulit dijangkau dan bagian lipatan tubuh seperti siku dan lutut.
Bicara tentang harapan di masa depan, tim AC-Spray berharap produk ini dapat menstimulasi orang lain untuk mengaplikasikan keilmuan yang dimiliki dalam pemanfaatan sumber daya alam sekitar. Selain itu, mereka juga berharap Indonesia dapat memiliki produk kesehatan sendiri. "Benar-benar manfaatkan alam sekitar, banyak tanaman di alam sekitar yang berguna. Semangat berinovasi dan kreativitas," tutur Arsy sebelum mengakhiri wawancara.
Oleh : Adhitia Gesar Hanafi, Reksy Indra Rakasiwie, dan Annisa Mienda C. (ITB Journalist Apprentice 2013)
Sumber foto : Panitia Pharmanova 2013 dan tim AC-Spray