Mahasiswa Seni Rupa ITB Raih Penghargaan The ASEAN Children's Book Illustrator
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id -- Tiga mahasiswa Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB) meraih penghargaan kategori Rising Star Award atas karya ilustrasinya dalam ajang ASEAN Children's Book Illustrator ICCRF 2018.
ICCRF tahun ini bertemakan peningkatan literasi anak. Diselenggarakan 29 November hingga 2 Desember 2018 di Kota Chiang Mai, Thailand. Salah satu penerima penghargaan, Aurora, melakukan submisi karya beserta sembilan belas karya lainnya dari kelas ilustrasi dan desain buku anak DKV ITB. Peserta yang mengikuti ajang ini berasal dari berbagai negara di Asia Tenggara.
Peserta dari Indonesia menjadi yang paling unggul. Sebab setelah melalui berbagai proses penilaian yang dilakukan lima juri dari latar belakang dan negara yang berbeda, terpilih Aurora Arazzi, Kidung Kinanti, dan Mika Reksowardojo, tiga dari lima pemenang yang ketiganya berasal dari ITB dalam kategori The ASEAN Children's Book Illustrator Rising Star Award.
Karya yang disubmisi oleh Aurora berjudul "Kina", menceritakan tentang seorang anak yang terkena penyakit malaria. Ia mencari obat untuk menyembuhkan penyakitnya. Rupanya tanaman obat tradisional bernama Kina adalah obat yang ampuh untuk menyembuhkan penyakit malaria yang dideritanya. "Sebegitu pentingnya ciptaan Tuhan ini. Seperti tumbuhan sebagai obat. Jangan sampai meninggalkan itu sih," ucap Aurora ketika ditanya soal pesan yang hendak ia sampaikan melalui karyanya.
Seperti disampaikan sebelumnya, sebenarnya karya berjudul Kina ini sudah dibuat jauh jauh hari oleh perempuan kelahiran Padang ini. Ia percaya bahwa karya yang sudah selesai pembuatannya sangat mungkin untuk dimanfaatkan dalam berbagai ajang seperti kompetisi atau bahkan pameran sehingga dapat membuka kesempatan-kesempatan baru. "Gak sekadar selesai karyanya, bisa dimanfaatkan buat hal lain, seperti self publishing, kompetisi, pameran," tambah Aurora.
Saat ditanya mengenai kesulitan yang dihadapi Aurora Arrazzi ketika mengikuti ajang ini, ia mengaku tidak menemukan kesulitan yang cukup berarti. Karena karya yang ia submisi sudah diselesaikan sejak lama. Ditambah lagi, submisi karya dilakukan melalui daring, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk melakukan submisi.
Membuka kesempatan baru yang Aurora maksud adalah seperti kesempatan melihat peserta lain dari berbagai negara, dan bertemu dengan ilustrator lain yang lebih kompeten dengan beragam gayanya. "Menjadi keuntungan tersendiri untuk bertukar ide dan dapet inspirasi dan referensi baru dari ilustrator luar negeri," katanya.
Aurora menceritakan, mengikuti kelas ilustrasi buku anak ketika ia sedang senang senangnya menggambar menggunakan ballpoint berwarna. "Saya punya tujuan untuk buat buku gambar dengan ilustrasi hasil gambar dari pulpen. Bukunya sudah selesai dan dipamerkan di Galeri Soemardja," ucap perempuan kelahiran 1995 ini. Tak hanya pameran, ia juga sempat mendapatkan penghargaan dan pernah melakukan pameran di Singapura. "Dengan hal kesukaan yang kita tekuni secara serius, bisa membawa saya ke sini," kesannya.
*karya ilustrasi Aurora Arrazzi
Bagi Aurora, hal tersebut merupakan hal yang sangat tidak terduga. Di mana kesukaan yang kecil bisa sampai sejauh dan sebesar ini. Ia selalu menanamkan pada dirinya agar tidak pernah takut berkarya mulai dari hal yang paling kita sukai.
"Jika kalian punya kesenangan atau hobi, coba cari wadah untuk menyalurkannya dan tau apa yang mau dibuat. Biar gak sia sia apa yang disukai dan ga cuman sekedar hobi. Dari kesukaan bisa saja menghasilkan sesuatu. Coba cari kesempatan kesempatan juga dengan apa yang udah dibuat biar karya ga cuman jadi sekadar karya. Mungkin dipamerkan atau publish sendiri atau ikutkan kompetisi yang bisa menguntungkan buat diri sendiri. Ikuti kesukaan kamu, dan bikin sesuatu," tutup Aurora.
Reporter: Akbar Selamat