Mahasiswa Teknik Informatika ITB Juara Datathon Kecerdasan Artifisial
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id—Mahasiswa prodi Teknik Informatika ITB, di antaranya Dimas Shidqi Parikesit (Informatika ’20), Rio Alexander Audino (Informatika ’20), dan Rizky Ramadhana (Informatika ’20) berhasil menjadi Juara Pertama Datathon Kecerdasan Artifisial (AI) dalam Artificial Intelligence Innovation Summit (AIIS) 2021. Hal ini disampaikan oleh Ketua Korika (Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial) secara langsung melalui YouTube dalam acara konferensi dan expo virtual yang diadakan pada Sabtu (13/11/2021).
AIIS merupakan konferensi tahunan yang digelar oleh BRIN dan Korika sebagai kontribusi untuk pengembangan dan pemanfaatan teknologi inteligensia buatan di Indonesia. Di dalamnya, terdapat perlombaan Datathon AI yang bertujuan untuk mengumpulkan mahasiswa-mahasiswa yang memiliki bakat dalam bidang AI.
Salah satu reporter Humas ITB berkesempatan untuk mewawancarai Dimas dan teman-temannya. Saat ditanya alasan mengikuti perlombaan ini, Dimas, dkk. bercerita bahwa mereka tertarik bidang sains data dan AI setelah mendengar paparan dari Himpunan Mahasiswa Informatika (HMIF) ITB saat ospek jurusan. Jika bicara soal pembentukan tim, sebenarnya mereka sudah pernah mengikuti beberapa perlombaan bersama sehingga pembentukan tim untuk kompetisi ini menjadi lebih mudah.
Perlombaan Datathon AI ini terdiri dari dua tahap, yaitu penyisihan dan final. Pada tahap penyisihan, masalah yang harus dipecahkan oleh Tim Aurora—sebutan untuk tim Dimas, Rio dan Rizky—adalah memprediksi waktu saat 50% masyarakat Indonesia sudah divaksinasi lengkap. Untuk memecahkan masalah ini, mereka mencari data yang relevan. Kemudian, mereka memprediksi datanya dengan model AI yang bisa menyelesaikan masalah time series forecasting. Secara spesifik, mereka menggunakan model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA).
*Sumber foto: Ditmawa ITB
Kemudian, untuk tahap final, kasus yang diberikan oleh panitia adalah menentukan persentase optimum WFH (work from home) dan WFO (office). Dalam menyelesaikan kasus yang diberi, Tim Aurora mempertimbangkan aspek kesehatan dan ekonomi. Maka dari itu, mereka membuat makalah berjudul, “Penentuan Presentase WFO Optimum untuk Kebijakan Agresif dan Moderat Menggunakan Regresi Polinomial dan Regresi Linear”.
Yang membuat karya dari Tim Aurora menarik adalah mereka membuat formula perhitungan dari analisis mereka sendiri (tidak dari teori yang sudah ada). Lebih jauh, dengan perhitungan ini, pemerintah dapat memberi bobot sendiri sesuai dengan tujuannya. Misalnya jika lebih ingin menekankan pada aspek kesehatan, parameter bobot untuk kesehatan dibuat tinggi, sedangkan bobot untuk ekonomi dibuat rendah. Hal ini berlaku kebalikan jika ingin menekankan aspek ekonomi.
Untuk strategi perlombaan, mereka tidak memiliki jadwal pertemuan yang khusus atau target yang harus dikerjakan setiap minggunya. Alasannya adalah waktu perlombaan berlangsung, Dimas, Rio, dan Rizky sedang memiliki jadwal ospek yang padat. Hanya saja, mereka bertiga memiliki komitmen dan motivasi yang sama sehingga ketika mereka memutuskan untuk bertemu secara daring, pasti ada progress untuk maju ke tahap pengerjaan berikutnya. Selain itu, mereka sering berkonsultasi dengan kakak tingkat yang lebih ahli.
Saat ditanya kesan, Tim Aurora mengaku bahwa mereka senang untuk mengikuti dan menjuarai perlombaan ini di tengah padatnya perkuliah dan kegiatan lainnya. Rizky mengatakan bahwa dari lomba ini ia merasa faktor teman dan komunikasi sangatlah penting dalam sebuah tim. Karena cocok dengan timnya, ia merasa tidak ada hambatan komunikasi saat proses pembuatan makalah.
Reporter Humas ITB juga meminta pesan dari Dimas, Rio, dan Rizky untuk teman-teman mahasiswa. Rio berpesan bahwa jika ada perlombaan, ikuti saja, karena dengan perlombaan kita “terpaksa” untuk belajar hal-hal baru yang tidak ada dalam perkuliahan. Dimas setuju dengan Rio, ia menambahkan “Lomba itu nggak buat kita rugi. Meski kalah, kita tidak rugi, tetapi jika menang, kita malah mendapatkan hadiah.”
Namun, sedikit berbeda dengan teman-temannya, Rizky menyampaikan, “Lomba itu sebenarnya tidak untuk semua orang. Kalau tidak tertarik, nggak apa-apa. Yang penting, jangan lupa untuk eksplorasi diri, tetapi, lagi-lagi, tidak harus dalam bentuk perlombaan.”
Reporter: Maria Khelli (Teknik Informatika 2020)