Maksimalkan Potensi Tapak Terbengkalai, Tiga Mahasiswa Arsitektur Juara Sayembara Archiray VII
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id — Pandemi Covid-19 berdampak kepada berbagai lini kehidupan. Namun, hal itu tidak mengurungkan niat mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk terus mencetak prestasi. Muhammad Barkah, Nadhira Alya Qatrunnada, dan Prayoga Arya Wirasana, misalnya, berani mengikuti sayembara Archiray VII di tengah keterbatasan. Mereka bahkan berhasil merebut gelar juara pertama.
Tiga mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur angkatan 2017 itu menjadi wakil ITB dan mengalahkan perguruan tinggi ternama lainnya untuk mendapatkan gelar juara pertama.
Sayembara Archiray VII sendiri diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin pada 25 April—25 Juni 2021. Mengambil judul Sayembara Desain Creative Hub, acara ini dilatarbelakangi oleh kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, ruang kreatif bersama berupa pusat kreatif (creative hub) diharapkan dapat menjadi wadah penyatuan bakat dan keterampilan dari komunitas kreatif sehingga bisa menjadi keunggulan atau identitas dari suatu wilayah.
Sayembara tingkat nasional ini membebaskan peserta untuk memilih lokasi tapak. Tim mahasiswa Arsitektur ITB lantas menjatuhkan pilihan pada kawasan Cikapundung. Kota Bandung yang memiliki 45 komunitas kreatif dan pernah dinobatkan sebagai City of Design oleh UNESCO pada 2015 membuatnya sangat potensial untuk dijadikan tempat berkembangnya ekonomi kreatif.
*Foto: Dok. tim
Kejelian tim mahasiswa Arsitektur ITB dalam menemukan tapak kecil di antara komunitas fotografi dan komunitas desain produk menambah nilai plus bagi karya tim ini. Mereka berhasil memaksimalkan potensi dari tapak terbengkalai untuk menyediakan ruang bersama yang dapat menjembatani kolaborasi, baik antarkomunitas yang mengapitnya maupun masyarakat sekitar. Karya mereka diberi judul “Simpul Space: Reconnecting the Dots”.
“Kami ingin menaikkan citra agar lokasinya (terlihat) bagus. Maka dari itu, tampak bangunan dibuat eksentrik, yang kalau orang lihat dari jauh nge-pop banget bangunan ini warna-warni. Ada juga yang menghadap ke Sungai Cikapundung. Tujuannya biar batas lahannya ini soft barrier karena di seberang sungai itu ada kampung kota Braga. Jadi, inginnya kita menyambut dari segala sisi,” jelas Barkah, salah satu anggota tim, mengenai karya mereka.
Selain merancang bangunan, Barkah, Nadhira, dan Prayoga juga merancang skenario kegiatan di dalam bangunan tersebut berdasarkan waktu. Hal ini dilakukan agar bangunan dapat berfungsi semaksimal mungkin.
*Foto: Dok. tim
Karya ini diharapkan dapat membawakan manfaat baik bagi komunitas, pasar yang telah ada, maupun publik. Contohnya, terbukanya kesempatan kolaborasi yang lebih luas bagi komunitas, peningkatan exposure dan penjualan produk bagi UMKM di sana, juga terbukanya kesempatan publik untuk kenal dan bergabung dengan komunitas.
Sebelum sayembara Archiray VII, tim mahasiswa ini juga sempat memenangkan Sayembara Naung 2021 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan. Saat itu, mereka membuat rumah berdesain modular seluas 50 m² di kawasan kampung kota dengan judul
“GuyuBraga”. Itu artinya, tim mahasiwa ITB bukan sekali ini saja mencetak prestasi saat pandemi.
Reporter: Ristania Putri Wahyudi (Matematika, 2019)