MAREMA Project, Pengembangan Sayur Sehat Melalui Hidroponik dan Openfield
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Sayuran organik sudah banyak beredar di pasaran. Akan tetapi masyarakat menengah ke bawah masih kesulitan membeli sebab harganya yang mahal. Sementara itu, sayuran di pasaran memang murah tetapi banyak mengandung pestisida yang tidak baik untuk kesehatan.
Berangkat dari keresahan tersebut, membuat kelompok mahasiswa ITB tergerak untuk menggagas pendirian MAREMA sejak bulan Juli 2017 sebagai usaha sayur organik yang dapat dinikmati oleh semua kalangan demi menuju Indonesia yang lebih sehat. MAREMA sendiri merupakan tenant Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB.
Penggagas MAREMA diantaranya Fauzan Naufal Ramadhan (EL’13), Naufal Nafian (FT’13), Hammad Muhamad Irfantoro (STI’13), Ferdian Satria Mulya (OS’13), Egi Setiawan (MT’14), Sofya Restu (BA’14), dan Camilla Nissa (MK’18 ). Mereka mengembangkan metode penanaman sayuran organik dengan kualitas yang baik dan harga terjangkau. Terdapat dua project yang dikembangkan oleh MAREMA diantaranya, hidroponik dan openfield farm.
“Hidroponik menggunakan sistem perairan dan tidak menggunakan pupuk pestisida jadi zero pestiside tapi tetap pakai nutrisi dan itu tidak berbahaya kalau misalnya di openfield farm masih konvensional. Kalau yang hidroponik bisa panen tiap hari soalnya udah ada jadwal tanam biar bisa memenuhi kebutuhan pasar. Kalau misalnya yang openfield farm belum bisa memenuhi pasar tetapi kedepannya kita mencoba untuk melakukan penjadwalan tanam seperti hidroponik,” kata Camilla Nisa sebagai Chief Marketing Officer MAREMA.
Ada 11 varietas produk hidroponik yang dihasilkan, diantaranya Romain Lettuce, Pagoda, Endive, Lolorosa, Kale, Rocket, Butterhead lettuce, Siomak, Kangkung, Bayam, dan Bayam Jepang untuk openfield farm ada pecay, cabai, sama broccoli, selada keriting hijau dan romain lettuce.
Lahan pengembangan MAREMA berada di Cibodas dan Sukajaya, untuk pengembangan hidroponik ada di Cibodas dan openfield farm ada di desa Sukajaya. Pengelola sayuran di lapangan langsung dilakukan oleh petani, Mang Aep, Mang Heri dan Pa Dedi petani lokal di daerah tersebut. Berlatar belakang sebagai mahasiswa tidak menyurutkan semangat untuk mengembangkan usaha agriculture ini mereka ‘patungan’ untuk menyewa lahan hingga ada angle investor yang berbaik hati memberikan lahan.
“Harapan untuk marema kedepannya semoga kehidupan di desa semakin maju tanpa melalui pengembangan sayuran hidroponik dan open field firm yang dapat dirasakan oleh semua kalangan tidak hanya kalangan atas, “ ujar Fauzan Naufal sebagai CEO MAREMA.
Reporter: Diah Rachmawati