Melihat Potensi Pengembangan Bisnis Pesantren Berbasis E-Commerce
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id--Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM)-ITB melalui Center For Islamic Business and Finance (CIBF) kembali mengadakan webinar dengan tema “Pengembangan Bisnis Pesantren Berbasis E-Commerce” pada Jumat (13/11/2020) secara daring. Webinar dipandu oleh Oktofa Yudha Sudrajad (Directur CIBF) dan sambutan oleh Prof. Dr. Ir. Sudarso Kaderi Wiryono, DEA., selaku Guru Besar di SBM-ITB juga pakar di bidang keuangan Islam.
“Pesantren sebagai lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat sentral dalam sosial budaya masyarakat Indonesia. Pesantren telah banyak mengalami kemajuan dan mampu berkembang tanpa kehilangan ciri khasnya serta banyak sekali usaha mandiri yang dikembangkan oleh pesantren,” kata Prof. Sudarso. Ia menambahkan bahwa pada perkembangannya, pesantren melalui koperasi dan UMKM mulai memanfaatkan e-commerce dalam memperluas jangkauan produk serta layanannya.
Selaku pembicara pertama, M. Anwar Bashori, Ketua Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, memaparkan bagaimana peran dari Bank Indonesia dalam mengembangkan bisnis pesantren yang berbasis e-commerce. “Kami mempunyai program pemberdayaan usaha syariah di pesantren di mana selama tiga tahun terakhir telah mengembangkan 323 pesantren di seluruh Indonesia,” ucapnya. Kemudian ia menambahkan, bahwa Bank Indonesia tidak hanya membantu dari sisi finansial saja tetapi juga memberikan pendampingan berupa mentor.
Webinar tersebut juga menghadirkan CEO Koperasi Pondok Pesantren Modern Al Ittifaq, Agus Setia Irawan. Dalam presentasinya, ia membagikan cerita bagaimana pesantren Al Ittifaq dalam mengembangkan bisnis di pesantren. “Al Ittifaq mengembangkan bisnis pertanian yang berbasis Internet of Things (IoT) sehingga ketika melakukan penyiraman tanaman dan pemupukan cukup dengan mengklik di android, kemudian apa yang sudah dilakukan oleh Al Ittifaq kita coba share ke pesantren lain dan walaupun dengan perjuangan, tetapi ada kemauan yang kuat dari pesantren-pesantren tersebut,” imbuhnya.
Dalam paparannya, Agus juga menekankan bahwa di pesantren, santri-santri tidak hanya belajar ilmu fiqih saja, tetapi pesantren juga membangun capacity building, bisnis proses, serta inovasi dan teknologi.
Pembicara selanjutnya Wawan Dhewanto, Ph.D., selaku Dosen SBM-ITB, ia memaparkan peluang bisnis pesantren berbasis e-commerce. Peluang tersebut di antaranya adalah bonus demografi Indonesia yang besar, pasar yang besar, digital ekonomi, dan tren e-commerce yang menunjukkan perkembangan signifikan. “Market sudah ada dan jumlahnya banyak, kemudian para santri cenderung menguasai teknologi lebih baik, serta pesantren dapat melakukan bisnis sesuai dengan kebutuhan santri atau kapabilitas pesantren,” tuturnya.
Pembicara terakhir Iqbal Muslimin, CEO Evermos, menjelaskan mengenai Social Commerce sebagai pemberdayaan ekonomi pesantren. “Di sini ada potensi menarik di mana sesama pesantren itu bisa berhubungan satu sama lain. Jadi misal pesantren yang ada di Ciwidey memiliki kekuatan dalam agribisnis kemudian ada pesantren lain di Garut yang kuat di perikanan, dengan begitu seharusnya mereka bisa saling supply di ekosistem yang sama,” ucapnya. Ia sangat menekankan sekali pentingnya ekosistem yang diciptakan bersama-sama di mana di sana terdapat kolaborasi sesama pesantren.
Reporter: Deo Fernando (Kewirausahaan, 2019)