Membentuk Pusat Riset Literasi dan Inklusi Keuangan, OJK Tandatangani SPB dengan SBM-ITB

Oleh Ahmad Fadil

Editor Ahmad Fadil

BANDUNG, itb.ac.id – OJK menandatangani Surat Pernyataan Bersama (SPB) dengan Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB yang ditandatangani oleh Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK, Agus Sugiarto dan Dekan SBM, Prof. Dr. Ir. Sudarso Kaderi Wiryono DEA pada hari Senin (17/07/2017) bertempat di Ruang Seminar 1 Lantai 2, Gedung MBA-ITB sebagai salah satu upaya yang dilakukan OJK dalam menambah literasi keuangan masyarakat dengan menggandeng SBM-ITB untuk menjadi Pusat Riset Literasi dan Inklusi Keuangan (PRLIK). Penandatangan tersebut juga dihadiri oleh Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Kusumaningtuti S Soetiono.

Sebenarnya sudah terdapat banyak varian produk dan jasa keuangan yang siap ditawarkan pada para calon nasabah di Indonesia, apalagi ditunjang dengan segala kemudahan bagi nasabah untuk mendapat layanan dan banyaknya tempat akses. Perkembangan ini semestinya memicu ketertarikan nasabah pada produk dan layanan jasa keuangan serta memacu perkembangan penggunaan dana. Hanya saja kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum mendapat literasi mengenai keuangan. Ini dapat dilihat dari hasil survey yang dilakukan OJK pada 2013 yang menunjukkan indeks literasi Indonesia sebesar 21.8% dan indeks inklusi sebesar 59,7%. Upaya-upaya terus dilakukan, salah satunya dengan penerapan Strategi Nasional Registrasi Keuangan Indonesia (SNRKI). Hasilnya, pada tahun 2016 survey menunjukkan peningkatan yaitu menjadi 29,7% untuk indeks literasi dan 67% untuk indeks inklusi. Kini OJK semakin menggiatkan upayanya, salah satunya dengan melakukan kerjasama dengan berbagai instansi, termasuk dengan SBM-ITB untuk membentuk PRLIK.

Dekan SBM dalam sambutannya menyatakan SPB ini akan baik dalam mengarahkan penelitian-penelitian maupun pengabdian masyarakat di bidang keuangan dan produk-produk keuangan lain. Beliau menambahkan bahwa literasi keuangan bisa menjadi isi dari program pengabdian kepada masyarakat. “Mereka (mahasiswa) harus dipersiapkan. Masyarakatnya harus dieducate untuk mereka melek tentang keuangan jadi kalau nanti punya uang banyak jangan nanti dihamburkan begitu saja”.

Usai penandatanganan, acara dilanjutkan dengan diskusi terbatas bertemakan “Peran Literasi dan Inklusi Keuangan bagi Mahasiswa”. Kusumaningtuti dalam diskusi tersebut mengatakan bahwa adanya PRLIK diperlukan dalam mengedukasi masyarakat mengenai perencanaan keuangan. “Program ini bukan hanya sekedar bagaimana mengentaskan kemiskinan ujungnya, tapi juga mengubah gaya hidup/lifestyle masyarakat Indonesia”. Selama ini, masyarakat umumnya mengetahui produk keuangan yang ditawarkan hanya berupa produk perbankan, padahal masih ada ragam produk keuangan lain yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk semakin meningkatkan keuangan mereka, sebut saja produk layanan jasa asuransi dan investasi reksa dana. Literasi keuangan menjadi penyokong agar masyarakat tidak ragu menggunakan uangnya untuk “Mengubah mindset dari sekedar saving society menjadi investing society”, tutupnya.