Songsong Era Revolusi Industri Keempat, Rektor ITB Hadir sebagai Pembicara Diskusi Panel Bersama Dirut BJB
Oleh Ahmad Fadil
Editor Ahmad Fadil
BANDUNG, itb.ac.id - Masuknya dunia ke era revolusi industri ke-4, ketika kecerdasan buatan mengambil peran vital dalam perkembangan teknologi digital, maka dapat diprediksi beberapa tahun mendatang akan banyak terjadi perubahan-perubahan yang menggeser lapangan pekerjaan kedalam bentuk baru, yang mungkin belum bisa dibayangkan saat ini.
Hal tersebut menjadi perhatian bagi Rektor ITB, Prof. Kadarsah Suryadi, DEA., dalam mempersiapkan mahasiswa-mahasiswa di Institut Teknologi Bandung, untuk menyongsong datangnya era digital di segala bidang dengan tiga ciri khasnya, yaitu excellence in teaching, excellence in research, dan excellence in innovation.
“Prediksi di tahun 2025, artinya 8 tahun dari sekarang, 60% generasi muda akan masuk pada lapangan kerja yang sama sekali baru yang saat ini tidak ada. Begitu cepatnya perubahan maka sekarang kita sudah masuk pada era digital” ujar Kadarsah saat mengawali pemaparannya sebagai pembicara dalam diskusi panel "The Challenges of Globalization and the Source of Economic Growth”, pada hari Selasa (19/12/2017) di Trans Luxury Bandung.
Prediksi berikutnya sekitar 50% lapangan kerja akan terancam oleh komputerisasi pada tahun 2030. Pekerjaan yang awalnya membutuhkan tenaga manusia dalam operasionalnya, kini sedikit demi sedikit digeser oleh digitalisasi.
Sebagai contoh, pekerjaan administrasi perbankan yang pada awalnya terjadi di depan meja teller kini dapat dilakukan dimana saja hanya dengan sentuhan jari pada telepon seluler masing-masing melalui fasilitas Internet Banking. Prediksi berikutnya dikatakannya bahwa pada tahun 2035, generasi muda saat ini akan berkurang menjadi tinggal setengahnya, kecuali generasi muda di negara-negara yang memiliki bonus demografi seperti Indonesia.
Lebih lanjut dikatakan oleh Kadarsah bahwa perubahan-perubahan yang terus terjadi di dunia membutuhkan respon dengan cara yang berbeda-beda. Bukan tanpa alasan bila isu perubahan ini untuk tidak dianggap remeh. Perubahan di lapangan kerja misalnya akan lebih condong ke bidang teknologi digital. Tentunya hal ini memerlukan kesiapan sumber daya manusia yang adaptif terhadap perubahan tersebut. Itu sebabnya menurut Kadarsah, akan ada lima hal utama yang dapat mempengaruhi pendidikan tinggi ke depan.
Pertama adalah terjadinya demokratisasi akses ilmu pengetahuan, artinya akses terhadap ilmu pengetahuan tidak lagi terbatas pada dinding bangunan kampus atau lembaran buku. “Setiap orang yang memiliki konektivitas di telepon seluler sudah bisa mengakses ilmu pengetahuan”, ujar Kadarsah.
Kedua adalah pendidikan yang dipengaruhi oleh teknologi digital, yang artinya media yang digunakan untuk menyampaikan pendidikan pun bisa semakin beragam. Ketiga, yaitu integrasi perguruan tinggi dengan dunia industri. Mahasiswa perlu mengetahui masalah-masalah yang terjadi di dunia industri yang semakin cepat berubah, sehingga pengenalan dini pada industri akan menjadi vital bagi mahasiswa. Dan yang terakhir, adanya persaingan perguruan tinggi dalam mendapatkan dana dalam bidang riset dan industri.
Namun demikian, kemampuan perguruan-perguruan tinggi dalam mencetak lulusan berkualitas, juga perlu dibarengi dengan perkembangan lapangan kerja. Lebih lanjut Kadarsah mengatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya lapangan kerja, yaitu fluktuasi ekonomi, faktor teknologi, aspek demografi, sosiologi, dan regulasi.
Fluktuasi ekonomi yang terjadi, sebagai contoh dapat dilihat pada industri pertambangan. Kemudian lebih lanjut perubahan tenaga kerja manusia menjadi tenaga berbasis robot akan mengurangi tersedianya lapangan kerja bagi manusia. Negara-negara yang kekurangan tenaga kerja usia produktif akan membutuhkan tenaga kerja asing dari negara-negara lain sesuai demografinya. Secara sosiologi, perlakuan terhadap generasi baby boomer dengan generasi X, generasi Y, dan generasi Z perlu menggunakan pendekatan yang berbeda-beda.
Regulasi yang disesuaikan dengan perkembangan diperlukan supaya tidak menjadi kendala bagi perkembangan itu sendiri. “Tidak perlu panik terhadap perubahan-perubahan. Beri bekal generasi muda kita untuk menyongsong masa depan”, lanjut Kadarsah. Bekal yang dimaksud diantaranya adalah kemampuan digital seperti pemrograman (coding), kemampuan menganalisa data (big data), kemampuan menguasai bahasa asing, dan jaringan pertemanan internasional.
Terakhir, Prof. Kadarsah menekankan pentingnya munculnya entrepreneur, karena menjadi salah satu indikator majunya suatu negara. “Entrepreneur yang dimaksud bukanlah orang yang memiliki banyak anak buah, melainkan entrepreneur yang dengan karya-karyanya dapat memberikan nilai tambah pada masyarakat baik secara ekonomi maupun sosial. Entrepreneur merupakan orang biasa namun menghasilkan kerja luar biasa”, tutup Kadarsah.