Menghadirkan Ilmu yang Berdaya Guna

Oleh kristiono

Editor kristiono

Kompas, Sabtu (3/5) - Konsep universitas atau academia diartikan sebagai masyarakat ilmu pengetahuan dan budaya yang melaksanakan pendidikan tinggi dan riset dalam satu kesatuan. Pemaknaan itu terus bergulir, dari pendidikan yang awalnya bertujuan mencari kebenaran ilmiah hingga pendidikan yang bermakna konkret bagi kesejahteraan masyarakat. Perguliran pemaknaan ini akhirnya menempatkan universitas bukan sebagai wahana transfer keilmuan antara dosen dan mahasiswa. Namun, universitas juga berperan dalam proses pembelajaran yang berdaya guna bagi masyarakat. Seiring dengan perkembangan jaman, universitas memiliki tantangan berkelanjutan. Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Dr Djoko Santoso mengungkapkan, tantangan konkret bagi universitas adalah menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sumber daya manusia yang bermanfaat. Dalam rangka melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, universitas sebagai lembaga akademis harus selalu menyadari keterkaitannya dengan kontak sosial masyarakat. Komitmen pengabdian itu tertuang dalam berbagai macam penelitian. Sejak tahun 2005, ITB berkomitmen menjadi universitas riset berstandar internasional. Djoko menyatakan, riset ITB terfokus pada lima bidang, yaitu pengembangan energi, teknologi informatika dan komunikasi, lingkungan dan air, bioteknologi serta seni dan desain. Salah satu wujud pengembangan energi alternatif yang dihasilkan ITB adalah teknologi biogas berbahan dasar kotoran sapi. “Sekitar 1000 reaktor biogas pengganti bahan bakar minyak tanah sudah dirasakan masyarakat di daerah, seperti Lembang dan Pengalengan. Hasil juga dirasakan masyarakat di Sumatra, Lampung dan Gorontalo”, ungkap Direktur Inkubator dan Industri Bisnis ITB Suhono Harso Supangkat. Melihat potensi energi panas bumi di Jawa Barat sebesar 6.101 megawatt yang belum tergarap, ITB pun membuka Program Studi Magister Teknik Panas Bumi tahun ini. Dengan program ini diharapkan kebutuhan sumberdaya manusia yang ahli dan professional dapat terpenuhi, dan pengelolaan panas bumi dapat ditangani sendiri tanpa harus bergantung pada ahli luar negeri. [berita Kompas]