Menuju Beton Hijau dan Berkelanjutan
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Bandung, itb.ac.id - Sebanyak 17 cendekia membahas isu pengembangan beton ramah lingkungan, hari ini (4/12) di Galeri I, Campus Center dalam seminar nasional bertajuk "Sustainabiliti dalam Bidang Material dan Konstruksi Beton". Sejumlah cendekia tersebut adalah akademisi dari berbagai universitas, seperti ITB, Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Katolik Soegijapratana, Universitas Pelita Harapan, Universitas Udayana, Universitas Katolik Parahyangan; serta praktisi industri konstruksi dari PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
Perkembangan ekonomi dunia yang semakin pesat sekarang ini membuat bangunan berbahan beton tumbuh di banyak tempat. Karenanya produksi beton pun meningkat jumlahnya secara signifikan. Sayangnya produksi beton identik dengan 'merusak' lingkungan semata; mulai dari proses menggali batu kapur, proses pembakarannya, emisinya, dsb. Produksi semen pun dinyatakan sebagai penyumbang karbon dioksida terbesar urutan dua dunia -menyumbang tujuh persen- setelah pembangkit listrik. Karenanya perlu senantiasa dikembangkan beton ramah lingkungan sehingga pembangunan tidak perlu berhenti demi lingkungan. Konsep beton yang menunjang pembangunan berkelanjutan inilah yang didiskusikan oleh para cendekia dalam seminar ini.
Solusi yang diungkapkan oleh para cendekia antara lain dengan rekayasa nano (nano-engineering). Hal ini diungkap oleh Prof. Bambang Suhendro dari UGM. Dr. FX Supartono mengungkap banyak solusi pengembangan beton yang ramah lingkungan tanpa mengorbankan kualitas beton; dengan mengurangi proporsi semen dalam campuran beton. "Produksi semen mengambil porsi 90 persen pengeluaran energi dalam produksi beton," tutur Supartono. Antara lain, Supartono mengusulkan penggunakan limbah mineral, seperti penggunaan elkem (silicafume), debu terbang (fly ash), sisa bakar logam (blast furnance/metal slag) sebagai campuran dalam pembentukan beton. Ia pun menunjukkan gedung dan jembatan di dalam dan luar negri yang terbukti kuat dan kokoh menggunakan campuran limbah mineral tersebut.
Para cendekia lain di bidang konstruksi bangunan dan produksi beton yang hadir dalam seminar ini, Prof. Roesdiman Soegiarso dari Universitas Tarumanegara, Ir. Iswandi Imran, MASc., Ph.D dari ITB, Dr. Sri Roosyanto dari PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk., Prof. Dr. Ing. harianto Hardjasaputra dari Universitas Pelita Harapan, Prof. Bambang Suryoatmono dari Universitas Katolik Parahyangan, Dr. Retno Susilorini dari Universitas Katolik Soegijapranata, Dr. Ir. Puti Farida Marzuki dari ITB, Dr. I made Alit Karyawan Salain dari Universitas Udayana, Dr. Ir. Saptahari Sugiri dari ITB, Dr. Ir. Steenie E. Wallah, MSc. dan Ir. Dody MJ Sumajow, M.Eng, Ph.D, keduanya dari Universitas Sam Ratulangi, Prof. Triwulan dari Institut Teknologi Sepuluh November, serta Ir. Ivindra Pane, MSc., Ph.D dan Ir. Mohamad Abduh, MT., Ph.D, keduanya dari ITB.