Mini Seminar Teknik Sipil ITB: Melihat Metode Konstruksi Infrastruktur di Indonesia

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

Dirga Noor Rochman, S.T., M.T. memaparkan topik seminar metode konstruksi struktur bangunan baja pada mini seminar di Ruang ALSI, Jumat (26/4/2024). (ITB/Nicholas Bayu Mahendra)

BANDUNG, itb.ac.id - Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil angkatan 2021 Institut Teknologi Bandung mengikuti mini seminar di ruangan Alumni Sipil (ALSI), Jumat (26/4/2024). Terdapat tiga topik yang dibahas, yaitu Metode Konstruksi Struktur Bangunan Komposit, Metode Konstruksi Struktur Bangunan Baja, dan Metode Konstruksi Struktur Jembatan untuk Kereta Cepat.

Kegiatan ini merupakan bagian dari pembelajaran mata kuliah SI-3251 Metode Pelaksanaan Konstruksi dan SI-6251 Keselamatan Konstruksi. Mahasiswa mendapatkan penjelasan mengenai berbagai macam metode konstruksi untuk beberapa infrastruktur yang ada di Indonesia.

Seminar dipaparkan tiga narasumber, Dirga Noor Rochman, S.T., M.T. dan Eri Wibowo, S.T. dari PT Wijaya Karya Bangunan, serta Rezki Hartono, S.T. dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.

Eri Wibowo, S.T. menjelaskan Metode Konstruksi Struktur Bangunan Komposit. Beliau menjelaskan mengenai penerapan struktur komposit pada beberapa infrastruktur di Indonesia. Struktur komposit merupakan struktur yang terdiri atas dua material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan sifat gabungan yang lebih baik.

Sebagai contoh, dipaparkan mengenai langkah-langkah pekerjaan pembangunan jalur LRT Jakarta yang menggunakan struktur komposit pada elemen pier head atau kepala pilar. Kepala pilar disusun menggunakan beton precast yang memiliki tebal 440 mm dan lebar 9,4 m. Pengangkatan kepala pilar menggunakan mobile crane dan diletakkan pada atas pilar untuk dilakukan penyatuan pilar dan kepala pilar. Agar dapat diletakkan secara pas pada pilar dan membentuk struktur komposit, tulangan pilar harus dapat masuk secara tepat pada slot di kepala pilar.

Terkait perbedaan elevasi pada bangunan stasiun LRT, beliau mengatakan, “Diterapkan rekayasa split level pada bangunan menjadi tiga bagian. Perbedaan elevasi memengaruhi keamanan dari penumpang yang naik turun di daerah platform stasiun sehingga tidak boleh dibiarkan begitu saja.”

Selain itu, disampaikan pula subtopik mengenai K3 (kesehatan, keselamatan, dan keamanan) konstruksi. Contohnya dalam pelaksanaan konstruksi, dibutuhkan manajemen rekayasa lalu lintas untuk mengatur kondisi lalu lintas eksisting yang terjadi selama proses konstruksi. Proses ini dilakukan dengan bantuan dan koordinasi dari beberapa pihak seperti Bina Marga, Jasa Marga, dan kepolisian.

Pemaparan dilanjutkan oleh Dirga Noor Rochman, S.T., M.T. mengenai metode konstruksi struktur bangunan baja pada infrastruktur Jakarta International Stadium (JIS). Beliau berstatus sebagai project manager dari mega proyek ini. Konstruksi ini dilaksanakan dengan biaya Rp3,8 triliun dan jenis kontrak rancang bangun (design build).

Beberapa spesifikasi khusus yang digunakan pada JIS adalah retractable roof (atap stadion yang bisa dibuka tutup) dengan rack and pinion system, sky-viewing deck, dan perforated facade (rangka baja space-truss dengan lapis enamel).

Ilustrasi tahapan konstruksi dipaparkan melalui video BIM (Building Information Modelling) dengan menerapkan rekayasa pada manajemen konstruksi untuk memutuskan lintasan kritis (critical path) antara konstruksi atas (atap) dan bawah (rangka bangunan) sehingga pembangunan 8 kolom beton setinggi 60 m sebagai penopang atap dilakukan secara bersamaan (paralel) dengan penyusunan struktur atap selama 26 bulan.

Struktur atap merupakan kombinasi rangka batang (truss) baja dengan kabel prestressed baja yang disusun oleh delapan main truss yang menumpu pada kolom beton utama dan secondary truss bertumpu pada main truss. Proses dilanjutkan dengan pengangkatan (lifting) struktur rangka atap yang telah disusun di permukaan tanah dengan metode heavy lifting secara simultan dengan menggunakan alat hydraulic jack. Metode ini dipilih untuk memperkecil probabilitas dan frekuensi terjadinya risiko kecelakaan kerja.

Sementara itu, Metode Konstruksi Struktur Jembatan untuk Kereta Cepat disampaikan Rezki Hartono, S.T. dari PT Wijaya KArya (Persero) Tbk. Owner dari proyek konstruksi kereta cepat adalah PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) sedangkan kontraktornya adalah konsersium KCIC dengan kontrak EPC Lumpsum. Lingkup kerja yang dilaksanakan meliputi pekerjaan terowongan, jembatan, tanah dasar (subgrade), dan stasiun.

Dalam proses konstruksinya, standar beton dan baja yang digunakan menggunakan standar Cina sehingga harus didirikan bangunan-bangunan pendukung untuk produksi dan kontrol kualitas beton seperti batching plant, central lab, serta sleeper and track lab. Terdapat beberapa perbedaan antara beton kereta cepat dan beton konvensional Indonesia dari segi bahan dan pengujian. Untuk beton kereta cepat digunakan kode mutu C sedangkan untuk beton konvensional Indonesia menggunakan kode mutu Fc. Ditinjau dari penerimaan pengujiannya, beton kereta cepat menggunakan pengujian kuat tekan 56 hari dengan benda uji kubus dan curing on lab dan curing on site sedangkan untuk beton konvensional Indonesia dengan pengujian kuat tekan 28 hari curing on lab.

Dilihat dari sisi mix design, kuat tekan beton kereta cepat ditargetkan mempertimbangkan beban rencana (strength), workability, dan kondisi lingkungan (durability) sedangkan untuk beton konvensional Indonesia, kuat tekan yang ditargetkan biasanya hanya mempertimbangkan beban rencana.

Sementara itu, untuk tipe jembatan KCIC terdapat dua jenis, yaitu continuous method (beam dan kolom dicor menjadi satu kesatuan (cast in-situ) untuk struktur girder yang tidak simetris dan simple bridge (girder prefabrikasi untuk struktur yang bentuknya simetris).

Reporter: Nicholas Bayu Mahendra (Teknik Sipil, 2021)