Menuju Indonesia Bebas Emisi melalui Teknologi dan Pendidikan Teknik Perminyakan
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id – Mempertahankan keamanan energi dan mencapai emisi nol bersih merupakan satu hal yang menjadi perhatian dewasa ini. Melalui seminar nasional “Sustaining Indonesia Energy Security and Accomplishing Net-Zero Emissions through Petroleum Engineering Technology and Education”, Sabtu (27/11/2021), Program Studi Teknik Perminyakan ITB bekerja sama dengan Purnomo Yusgiantoro Center mengajak mahasiswa maupun kalangan umum untuk senantiasa mempertahankan keamanan energi melalui pendidikan dan teknologi.
Acara tersebut dibuka dengan menyanyikan Indonesia Raya dan dilanjutkan dengan kata sambutan oleh Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D selaku Rektor ITB dan oleh Filda Yusgiantoro selaku Chairperson dari Purnomo Yusgiantoro Center. Menko Bidang Perekonomian Dr. Ir. Airlangga Hartarto dan Menteri ESDM Ir. Arifin Tasrif juga turut serta dalam menyampaikan keynote speech sebagai rangkaian acara pembuka seminar sesi pagi.
Advancement in Enhanced Oil Recovery
Setelah melalui serangkaian acara pembuka, materi pertama datang dari Prof. Ir. Taufan Marhaendrajana dengan topik Advancement in Chemical EOR Contributes to Indonesia Oil Production. Dia menjelaskan, Teknologi chemical EOR (enhanced oil recovery) sudah muncul sejak lama. Namun usaha-usaha dalam rangka memahami proses maupun mekanisme yang terjadi terus dilakukan. “Perolehan minyak dengan chemical EOR terjadi secara multimekanisme dan multivariabel.”
Ia menjelaskan bahwa tingkat dominasi satu kasus ke kasus lainnya sangatlah berbeda, sehingga tidak diperkenankan untuk menggunakan hanya satu parameter dan satu angka absolut. Selaku Dosen Teknik Perminyakan ITB, Prof. Taufan menegaskan bahwa TM ITB aktif dalam kegiatan chemical EOR di Indonesia untuk mendukung peningkatan produksi minyak dengan riset laboratorium dan komputasi baik itu secara mandiri maupun berkolaborasi dengan insititusi dalam dan luar negeri.
Future Petroleum Engineering Education
Paparan panel 2 dibuka dengan sejarah mengenai pendidikan Teknik Perminyakan di Indonesia. “Secara statistik, sebanyak 12 program studi teknik perminyakan berada di pulau Jawa. Sedangkan Pulau Sumatera dan Kalimantan yang memiliki tambang minyak dan gas hanya memiliki masing-masing 2 dan 1 program studi terkait.”
Dosen sekaligus Chairman of Association of Indonesian Petroleum Engineering Study Programs (IPSTEKMI) menekankan bahwa terdapat setidaknya 10 alasan ‘emas’ mengapa pendidikan teknik perminyakan masih sangat dibutuhkan. Salah satunya adalah gas dan minyak merupakan bentuk tenaga cadangan yang dapat diandalkan ketika opsi energi lainnya tidak memungkinkan untuk digunakan. Sebagai penyudah materi, ia memberikan pesan untuk kurikulum teknik perminyakan yang akan datang, yakni program studi ini haruslah bersifat adaptif dan responsif terhadap perubahan dan tantangan global. “Terlebih lagi karena saat ini dunia sedang dalam masa pencarian terhadap opsi energi baru,” tutupnya.
Digitalization and IoT for Upstream Industry
Panel selanjutnya dibawakan oleh Dr. Ir. Amega Yasutra yang membukanya dengan contoh IoT, yakni rekomendasi pada home YouTube masing-masing pengguna. “Bayangkan jika hal ini terjadi di lapangan kita. Setiap ada masalah selalu ada saran yang seakurat dan sedetil rekomendasi pada YouTube.” Tentunya, ia menambahkan, seluruh masalah dapat diselesaikan dengan sangat cepat.
Dalam bertransformasi di era digital, ada beberapa cara yang dia sarankan. Yang pertama, perlu dipersiapkan mengenai kebijaksanaan dan standarisasi pelaporan data digital. Selanjutnya, perlu dipersiapkan fasilitas yang memadai, termasuk di dalamnya adalah akses ke sumber data, software, maupun hardware. “Tak kalah penting, sumber daya manusia juga perlu untuk dipersiapkan.” Rekomendasi yang diberikan oleh dosen Teknik Perminyakan ITB ini adalah membuka dataset terkait minyak dan gas kepada publik agar mahasiswa maupun peneliti dapat membiasakan diri dengan tipe dataset tersebut.
Energy Security and Net Zero 2060
Salah satu kekhawatiran dunia adalah mengenai emisi berupa karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer merupakan kalimat pembuka oleh Prof. Doddy Abdassah. “Meskipun migas telah menyejahterakan kehidupan manusia selama lebih dari 160 tahun, tentu tidak dapat dipungkiri bahwa migas turut menyumbang emisi karbon.” Untuk itulah ia mengajukan solusi dalam mencapai energi bebas emisi, yakni carbon capture storage (CCS) dan carbon capture utilization and storage (CCUS).
Ia juga menyampaikan keuntungan-keuntungan dari CCS dan CCUS, yaitu kedua metode tersebut dapat dilakukan baik pada reservoir migas konvensional maupun non-konvensional. Lebih lanjut lagi, Prof. Doddy menjelaskan bahwa CCS dan CCUS sangat menunjang pencapaian 1 juta BPOD (barrel per hari) pada tahun 2030.
Reporter: Athira Syifa PS (Teknologi Pascapanen, 2019)