Obituari: Selamat Jalan Seniman Lintas Zaman, Prof. Emeritus Abdul Djalil Pirous

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

Dok.Humas ITB/M.Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id - Keluarga Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) berkabung atas wafatnya Purnabakti Guru Besar Emeritus Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB, Prof. Emeritus Abdul Djalil Pirous. Almarhum wafat di Rumah Sakit Boromeus, Bandung, pada Selasa (16/4/2024) sekitar pukul 21.40 WIB.

Sebagai bentuk penghormatan atas jasa serta pengabdian yang telah diberikan Prof. Abdul Djalil Pirous, ITB melaksanakan prosesi pelepasan jenazah di Aula Timur, ITB Kampus Ganesha, Bandung, pada Rabu (17/4/2024).

Selanjutnya sekitar pukul 11.00 WIB, jenazah akan diberangkatkan ke pemakaman Cibarunai, Sarijadi, Bandung.

Prof. Abdul Djalil Pirous, atau yang dikenal dengan A.D. Pirous ini lahir pada 11 Maret 1932 di Meulaboh, Aceh. Beliau merupakan seniman seni rupa di Indonesia, sekaligus perintis pendidikan desain grafis di ITB. Tak hanya itu, beliau pun adalah pendiri studio seni dan desain bernama Decenta (1973-1983).

A. D. Pirous menyelesaikan pendidikannya di Departemen Seni Rupa ITB pada tahun 1964. Kemudian melanjutkan studi tentang printmaking?dan desain grafis di Rochester Institute of Technology, Rochester, New York, Amerika Serikat pada tahun 1969.

Kemudian beliau kembali ke ITB pada tahun 1972 sebagai Kepala Studio Desain Grafis Jurusan Desain ITB. Dua tahun kemudian, beliau mendapatkan lukisan terbaik 1st Indonesian Biennale oleh Jakarta Art Council.

Tahun 1975, Prof. Abdul Djalil Pirous mendirikan DECENTA atau Design Center Association di Bandung. Setahun kemudian, dia meraih peringkat kedua lukisan terbaik Indonesian Biennale oleh Jakarta Art Council.

Beliau akhirnya ditunjuk sebagai dekan pertama FSRD ITB pada tahun 1984. Lalu beliau dikukuhkan sebagai Guru Besar Emeritus ITB sejak tahun 2005.

Pada tahun 1984, beliau mendapatkan Silver Prize Seoul International Art Competition dari Kementerian Luar Negeri Republik Korea. Selanjutnya di 1985, dia meraih Piagam Hadiah Seni Seniman Kontemporer dari Kemendibkud Republik Indonesia. Tak berhenti sampai situ, di tahun yang sama, Prof. Abdul Djalil Pirous pun menjadi Distinguished Visitor to the USA, yang diundang oleh Information Services USA.

Prof. Abdul Djalil Pirous pun sempat ditunjuk menjadi perwakilan Indonesia dalam Printmaking Workshop Special Program for 3rd Asian Art Show Contemporary Asian Prints, Fukuoka Art Museum, Jepang pada tahun 1989. Beliau pun merupakan pengajar senior Pascasarjana Seni Rupa dan Desain ITB yang membuka mata kuliah baru "Seni Rupa Modern di Asia Pasifik dan Asia Tenggara".

Di tahun 1991, beliau ditunjuk sebagai Ketua Delegasi Indonesia untuk Komite Nasional untuk Asian International Art Exhibition. Beliau juga sempat menjadi Deputi Direktur Contemporary Art Exhibition of the Non Aligned Countries, Kemdikbud RI pada tahun 1994.

Beliau juga merupakan anggota Ahli Konsorsium Universitas Seni Kemdikbud RI pada tahun 1985.
Prof. A. D. Pirous menikah dengan Erna Garmasih, yang juga merupakan seorang pelukis ulung. Erna juga merupakan alumni ITB dan pernah berkuliah di Perancis. Sebagai informasi, Erna pun termasuk generasi kedua seniman perempuan di Indonesia.

Pernikahan keduanya dikaruniai tiga orang anak, yakni Mida Meutia, Iwan Meulia, serta Raihan Muerila.

Di tahun 2003, pasangan ini mulai membangun rumah impian mereka di Bandung, yang rampung pada setahun kemudian. Pada tahun 2017, mereka meresmikan galeri bernama "Serambi Pirous", yang menjadi tempat beraktivitas, berkarya, dan menampilkan karya seni mereka.

Karya Prof. Abdul Djalil Pirous
Prof. Abdul Djalil Pirous merupakan seniman lintas zaman di Indonesia. Dia memiliki berbagai pengalaman berkarya sejak masa kolonial, Orde Lama, Orde Baru, hingga reformasi. Atas karya-karyanya tersebut, menjadikan beliau sebagai seniman pembaru seni lukis modern dengan latar belakang karya Islam.

Perjalanan karirnya dimulai sejak tahun 1960. Karya-karyanya sudah dipamerkan ratusan kali dalam pameran berskala nasional hingga internasional.

Adapun pameran tunggal yang pernah beliau laksanakan, antara lain Pameran Retrospektif I untuk karya 1960-1985, di TIM pada tahun 1985 dan Retrospektif II untuk karya 1985-2002, di Galeri Nasional, Jakarta pada tahun 2002.

A. D. Pirous mempunyai gaya lukis yang khas, yakni dengan tekstur dan warna-warna yang dibuat sangat terelaborasa dan sabar. Cara melukisnya pun mempunyai identitasnya tersendiri, yaitu dibuat dengan cara melapisi warna dengan pasta pualam dan pisau palet. Pembeda pameran itu yaitu Ayat-ayat Semesta yang berfokus pada gaya karya Pirous.

Pada tahun 2010, seni modern dan abstrak di Asia Tenggara semakin mendapatkan tempat di dunia internasional. Hal ini membuat beliau beserta dengan pelukis lain, seperti Ahmad Sadali, Fadjar Sidik, dan Umi Dachlan semakin mendapatkan panggung di pasar seni internasional.

Pengaruh Kaligrafi Islam Terhadap Karya Prof. Abdul Djalil Pirous
Salah satu keunikan Prof. Abdul Djalil Pirous adalah karyanya yang erat dengan kaligrafi Islam. Selain memberikan karya dengan konsep benda alam, lanskap, kehidupan sehari-sehari, dan figur binatang, beliau pun memberikan perhatian khusus terhadap karya yang berhubungan dengan kaligrafi Islam.

Karya pertama beliau mengenai kaligrafi Islam diperkenalkan pada 1970 dengan menampilkan Surah Al Ikhlas: Pure Faith.

Awal beliau mulai berkarya dengan kaligrafi, yaitu ketika Prof. Abdul Djalil Pirous melihat pameran fragmen keramik, manuskrip kuno Islam, kaligrafi Al-Qur'an dan lukisan miniatur yang dipamerkan di Metropolitan Museum of Art, New York, Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an. Dari melihat objek-objek tersebut membuatnya teringat akan kampung halamannya di Aceh, yang memberikan pengaruh kepada karya-karyanya.

Berbagai lukisannya telah dipajang di koleksi Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Selain itu, beliau juga mendesain ornamen untuk Gedung Bank Indonesia di Padang, Sumatera Barat.

Kecintaannya terhadap agama dan budaya Islam juga dibuktikan saat beliau menjadi Wakil Ketua Festival Istiqlal I di Jakarta pada tahun 1989 dan menjadi Wakil Ketua Mushaf Istiqlal Al-Qur'an Kementerian Agama Republik Indonesia pada 1990. Pada tahun 1995, beliau kembali menjadi Wakil Ketua Festival Istiqlal II di Jakarta.

Atas segala prestasinya, beliau pun ditunjuk oleh Presiden Soeharto sebagai Profesor Seni Rupa pada tahun 1993 dan mendapatkan penghargaan Satyalencana Kebudayaan dari Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2002.

Adapun penghargaan yang pernah beliau dapatkan antara lain:
1. Karya Cetak terbaik dalam Art Show Naples, New York, Amerika Serikat (1970)
2. Lukisan terbaik dalam Pameran Biennale I Dewan Kesenian Jakarta (1974)
3. Lukisan terbaik dalam Pameran Biennale II Dewan Kesenian Jakarta (1976)
4. Medal Perak dari Kementerian Luar Negeri Republik Korea (1984)
5. Anugerah Seni oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1985)
6. Satyalancana Kebudayaan oleh Presiden Republik Indonesia (2002)
7. Anugerah Meukuta Alam (Penghargaan Kebudayaan) dari Gubernur Nangroe Aceh Darussalam (2006)
8. Anugerah Budaya Dedikasi Seni dan Budaya Wali Kota Bandung (2010)
9. Anugerah Adhi Karya Rupa dari Kemenparekraf RI (2015)
10. Habibie Award dalam Bidang Ilmu Kebudayaan (2015)

Pameran Tunggal
1. Pameran Seni Lukis Kaligrafi Islam dalam Chase Manhattan Art Program, Jakarta (1972)
2. Pameran Seni Grafis Islam dalam Chase Manhattan Art Program, Jakarta (1976)
3. Retrospectif I untuk karya-karya 1960-1985, di Taman Izmail Marzuki (1985)
4. Retrospectif II untuk karya-karya 1985-2002, di Galeri Nasional, Jakarta (2002)
5. Ja'u Timu di Selasar Sunaryo Art Space (2012)
6. Verses of the Universe di Kuala Lumpur, Malaysia (2015)
7. A. D.Pirous: Spiritual Calligraphy. World Trade Center, Jakarta (2016)
8. Suaka - Modernist Series #1, Art Agenda S.E.A, Jakarta (2022)

Pameran Bersama
1. "The 8th International Biennial Exhibition of Prints". National Museum of Modern Art, Tokyo, and Museum of Modern Art, Kyoto, Japan (1972)
2. "The 3rd Triennale of India", Lalit Kala Academy, Rahindra Bhavan, New Delhi, India (1975)
3. "The Biennale of Grafic Arts", Ljubliana, Yugoslavia (1977)
4. "Western Pacific Biennale Melbourne", Print Council of Australia (1978)
5. "The 3rd World Biennale of Grafic Art", Iraqi Cultural Center, London (1980)
6. "Contemporary Asian Art Series, Fukuoka Art Museum, Fukuoka, Japan (1980)
7. Pameran Lukisan dan Grafis, Centre Culturel Francais, Bandung (1990)
8. Pameran Lukisan dan Grafik 13 Seniman Bandung, Jawa Barat Trade Center, Bandung (1990)
9. "2nd Asian Travelling Exhibition of Painting Photography and Childrens Art", IMF Visitors Center, Washington DC, United States of America (1991)
10. "6th International Asian Art Exhibition", Fukuoka, Japan (1991)
11. "7th International Asian Art Exhibition", Gedung Merdeka, Bandung (1992)
12. "Indonesian Modern Art", Gate Foundation, Amsterdam, The Netherlands (1993)
13. "8th International Asian Art Exhibition", Fukuoka dan Tanagawa, Japan (1993)
14. "Lintasan Seni Indonesia - Denmark" oleh RC Pondok Indah, Jakarta (1993)
15. "9th International Asian Art Exhibition", Taipeh, Taiwan (1994)

Prosesi pelepasan jenazah almarhum Prof. Abdul Djalil Pirous berlangsung secara khidmat. Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., dalam pidato pelepasannya menyampaikan belasungkawa yang teramat dalam atas wafatnya almarhum.

Semasa hidup, beliau telah menapaki perjalanan panjang di dalam karirnya. Beliau juga merupakan sosok terhormat yang banyak berjasa tidak hanya bagi ITB, namun bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

"Keluarga besar ITB berkabung atas berpulangnya Prof. Abdul Djalil Pirous. Kita semua hadir di sini untuk memberikan penghormatan terakhir, penghargaan, atas darmabakti, dan cinta beliau kepada ITB," ujar Prof. Reini.

"Selamat jalan Prof. Abdul Djalil Pirous, terima kasih atas segala dedikasi dan pengabdiannya. Doa kami semua menyertai Bapak, semoga berada dengan tenang di sisi Allah SWT," lanjutnya.

Sementara itu, perwakilan dari keluarga Prof. Abdul Djalil Pirous, yakni Iwan Pirous, yang merupakan anak almarhum mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar ITB atas segala perhatian dan penghormatan kepada beliau.

"Terima kasih kepada seluruh sahabat dan rekan civitas academica ITB atas dukungan yang tak terhingga. Mari bersama-sama merawat apa yang telah beliau tanamkan. Dengan tulus kami ucapkan, selamat jalan Ayah dan guru kami yang tercinta," kata Iwan.